SK | CH-07

1.3K 299 7
                                    

Saat kakinya berpijak pada lantai rumah sang ibu, Tirta kembali teringat akan kenangan yang sudah ia lewati. Tirta tumbuh dirumah ini, dan ternyata putra sulungnya juga tumbuh dirumah ini. Rumah sederhana dengan sejuta kenangan.

Rasa-rasanya, Tirta masih merasakan kehadiran sang pemilik rumah.

Tirta kembali tersadar dari lamunan kala mendengar isak tangis. Ia menoleh, putranya telah berlinang air mata. Menatap setiap sudut rumah tempat Kendy menghabiskan waktunya bersama nenek.

Menarik Ken kepelukannya. "Dah, jangan nangis. Kan ada papa sama Ken."

"Ken sedih ... Nggak ada nenek," Isaknya. Suara Kendy sedikit teredam didada Tirta.

"Nggak boleh sedih, nanti memberatkan nenek."

"Ken nggak bisa nggak sedih."

Terkekeh. "Oke. Sedih boleh, tapi jangan nangis terus," Memberi jarak, lalu mengusap linangan air mata dipipi putranya. "Jelek banget, gantengnya ilang deh."

Tidak lucu, batin Kendy. Mau sebanyak apa kata-kata mutiara yang ia dengar agar tidak lagi bersedih, semua itu tidak berpengaruh pada perasaan Kendy. Ia sedih, hatinya sakit.

"Ken ke kamar, istirahat. Papa juga mau beresin baju papa dikamar nenek."

Ken menarik ingusnya, lalu mengangguk. Dengan langkah tanpa tenaga, Ken berjalan menjauhi Tirta, tubuh Ken terlihat merunduk lemas.

***

Ken berdiri disisi meja belajar, ia sudah memakai piama berwarna baby blue dengan gambar bulan, juga memakai sendal bulu lucu miliknya.

Anak itu terlihat termenung. Menatap pintu dan kasur bergantian terus menerus.

Ken lelah, ingin istirahat, tapi jika tidur sendiri ia takut. Kalau tidur bersama papa, Ken merasa enggan.

Lama berpikir, Ken akhirnya memutuskan untuk tidur didepan televisi. Tanpa membawa selimut, Ken merebahkan tubuhnya diatas karpet bulu. Tidak lupa Ken menyalakan televisi agar ada suara-suara yang ia dengar.

Kedua mata jernih Kendy mulai terpejam. Sembari memeluk remot televisi, Ken akhirnya terlelap, nyenyak ditemani suara televisi.

***

Saat jam menunjukkan pukul dua belas malam, Tirta baru saja selesai membereskan memindahkan barang yang ia bawa.

Tirta merenggangkan ototnya sejenak, sebelum akhirnya beranjak dan berjalan menuju dapur. Tenggorokannya terasa kering.

Menghela nafas. "Capek banget lipetin baju aja," Beonya sembari menuangkan air putih kedalam gelas.

Saat menenggak minumnya, samar-samar Tirta mendengar suara televisi dari ruang depan. Tanpa disadari dahinya membentuk sebuah kerutan.

"Tivinya nyala?" Meletakkan gelas diatas meja, Tirta beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang keluarga.

Sampainya diruang keluarga, televisi memang menyala. Tirta langsung berjalan kearah televisi dan menekan tombol agar televisi tak lagi menyala.

Pria itu menguap. Saat membalikkan badannya, Tirta sedikit telonjak. Terkejut melihat putra sulungnya terlelap diatas karpet bulu sambil memeluk remot.

"Ngapain tidur disini," Melihat Ken benar-benar sudah terlelap, Tirta memutuskan untuk tidak membangunkan Kendy. Tirta membawa Ken kegendongannya dan memindahkan Ken kekamar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweet KendyWhere stories live. Discover now