Beginning

2.7K 359 37
                                    

"Kira-kira tuh bocah cacat lagi ngapain ya?"

"Kita terlalu berlebihan ga sih? Sampe berdarah gitu anaknya."

"Yaelah peduli amat. Lagian dia duluan yang cari masalah sama gua. Ayo cabut."

Heeseung yang sedari tadi mendengar percakapan Jeno dengan kedua temannya itu seketika merasa curiga. Pasalnya tadi ia tidak bertemu Jake saat dikelas, saat ia ingin mengajak pria itu untuk pergi ke kantin bersama. Dengan cepat Heeseung memasukkan seluruh bukunya kedalam tas dan berlari menuruni tangga pergi ke kelas Jake.

Kosong.

Tak ada siapapun. Hanya ada sebuah tas dan itu milik Jake. Heeseung berdecak kesal dan segera mengambil tas ransel hitam itu. Sekolah sudah mulai sepi namun Heeseung tetap mencari Jake. Ia tidak menemukan pria itu dimana-mana. Toilet, gudang, bahkan ruang guru. Hanya ada satu tempat yang belum ia hampiri.

Belakang sekolah.

Tanpa berlama-lama, Heeseung berlari kebelakang sekolah. Dan benar saja, ia melihat seorang pria yang sedari tadi ia cari tengah terbaring lemah diatas tanah.

"JAKE!"

Dengan setengah berlari Heeseung menghampiri Jake dan melihat bagaimana hidungnya mengeluarkan darah juga sudut bibirnya yang sedikit terluka. Kedua tangannya langsung terkepal tanda amarahnya mulai memuncak. Ingin rasanya ia menonjok Jeno sekarang juga.

Tidak kuasa melihat Jake yang terus saja meringis kesakitan, lantas Heeseung memeluk Jake sambil mengusap kepala pria itu lembut.

"Sorry Jake. Gua telat."

Jake yang mendengar itu melepaskan pelukan Heeseung lalu tersenyum tipis. "Aku pikir kak Heeseung udah pulang."

Heeseung menggigit bibirnya, menahan matanya yang tiba-tiba berkaca melihat keadaan Jake sekarang ini. Ia merutuki dirinya sendiri. Seharusnya dia mencari Jake saat istirahat tadi bukannya malah pergi ke kantin bersama temannya karena tidak menemukan Jake dikelasnya.

"Kak Heeseung jangan nangis. Aku yang dipukul kok kakak yang nangis."

Heeseung tersenyum kecil melihat bagaimana tangan Jake membuat untaian kalimat itu. Heeseung pun memeluk Jake kembali sambil berkata, "Bilang ke gua Jake. Siapa aja yang udah ngelakuin ini ke lo. Gua ga mau lo boong. Bilang ke gua orangnya."

Jake langsung menjatuhkan kepalanya kebahu Heeseung hingga siempunya bahu bisa merasakan bagaimana air mata Jake membasahi seragamnya. Melihat Jake yang terisak, tangan Heeseung terulur untuk mengusap punggung Jake, mencoba menenangkannya.

"Bilang ke gua Jake siapa orangnya?"

Jake tidak sanggup menjawab pertanyaan itu. Ia hanya bisa terisak sambil menahan rasa sakit pada tubuhnya. Kedua tangannya juga meremas jas sekolah Heeseung untuk menyalurkan tangisnya.

"Kalau lo belum bisa jawab sekarang it's okay, Jake. Gua ga maksa."

Tangan Heeseung tetap setia mengelus punggung pria itu dengan tangan satunya mengelus kepala Jake lembut. Merasa Jake sudah sedikit tenang, ia melepas pelukannya lalu menatap Jake dan berkata, "Kita pulang ya. Udah mau sore. Lo bisa ceritain di asrama aja ntar."

Jake mengangguk lemah sebagai jawaban namun di satu sisi ia tidak mau kembali ke asrama. Ia takut bertemu Sunghoon juga tiga seniornya yang menghajarnya tiada ampun tadi dan lagi ia tidak mampu berjalan sekarang, tubuhnya masih terasa sangat lemas.

"Kak Heeseung aku ga bisa jalan. Sakit..."

Heeseung pun membalikkan tubuhnya dan menundukkan tubuhnya sedikit, menyamakan tingginya dengan Jake yang sedang terduduk. "Ayo naik."

I WISH I COULD HEAR || SungJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang