Kehilangan atau kedatangan?

253 64 75
                                    

                           Welcome kak!
                                      •

                     {Selamat membaca}

Sebagai wanita tentunya memiliki perasaan kepada lawan jenis, layaknya wanita lainnya.
Hem, kata mereka cinta itu dari mata lalu turun ke hati, nyatanya berbeda dengan Fathia.
Ketulusannya dalam mencintai, Fathia rela bertahan menunggunya selama bertahun-tahun. Padahal menatap mata pria tersebut saja belum pernah sama sekali.
Hanya dasar mengenal di media sosial, lalu terpikat dengan hatinya. Memang benar kata seorang Syaikh, "Ketika memiliki keindahan akhlak, maka manusia dapat mencintainya sekalipun ia belum pernah melihatnya."
Bagaimana tidak begitu kagum? ketika wajahnya tidak terpapar di media sosial manapun. Bagaimana tidak mencintainya? sedangkan ia memiliki keindahan akhlak yang luar biasa. Bagaimana tidak ingin memilikinya? sedangkan kehadirannya dapat merubah kebiasaanku.

 Bagaimana tidak ingin memilikinya? sedangkan kehadirannya dapat merubah kebiasaanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#Search: Pinterest

Fathia Laibah Az-Zahro.

Gadis berparas manis dengan gerigi gingsulnya, pipi chubby dan wajah yang putih, bulu mata yang melentik serta satu lesung pipi di sebelah kanan menyempurnakan keindahan parasnya.
Dari kecil aku merasa kurang beruntung dalam hal apapun, aku selalu berusaha untuk selalu tegar menghadapi dunia yang sangat kejam.

Aku selalu berusaha menjadi apa yang orang lain inginkan, aku harus bisa menjadi wanita yang sempurna. Aku merasa bahwa dunia memang tidak adil pada kehidupanku, dan aku merasa bahwa aku tidak pantas untuk dimiliki pria manapun, namun aku sangat jatuh hati pada pria yang hanya aku kenali di media sosial. Muhammad Ghibran Al-Ghifari. Seorang Ustadz dari salah satu tahfidz online semasa itu, aku selalu merasakan nyaman saat aku berkomunikasi dengannya.

Dan aku menjadikannya rumah yang sesungguhnya, tempat dimana aku meluapkan kesedihan, masalahku, dan semua hal aku ceritakan kepadanya. Aku memberikan kepercayaan penuh. Bahkan tanpa aku sadar aku mencintainya secara perlahan. Aku juga tidak pernah menyerah untuk mendapatkannya, hanya saja caraku berbeda dengan wanita lainnya.

Aku berusaha meminta kepada penciptanya, aku berusaha mendoakan dirinya, jika yang terbaik pasti Allah akan satukan. Suatu hal yang mustahil ku pikir, jika aku dapat memilikinya, sedangkan dirinya saja tidak pernah ku lihat sebelumnya. Setelah 6 tahun ternyata perasaanku masih sama hanya milik Ustadz Ghibran. Aku yakin semua usahaku tidak akan sia sia begitu saja, hingga akhirnya Allah mengabulkan doa-doaku, Allah mengirim Ustadz Ghibran untukku.

***

"Fat, udah tau belum?" ucap Zoya (Adik perempuanku, wajar saja dia tidak memanggilku mbak, atau kakak,karena jarak kami saja hanya satu tahun, dan dari kecil kami selalu bermain bersama, sehingga ia menirukan teman-temannya memanggilku sebatas nama) mengulurkan ponselnya.

"Apa nih?" aku penasaran dan mengarahkan pandanganku pada ponsel yang ia ulurkan.

"Rayyan meng-khitbah santri sebelah" ucap Zoya.

Ishq Habibi [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang