S2 - Part 90

1.5K 203 11
                                    

"Nona, sebaiknya nona segera sadar karena bila tidak, Kaisar dan Permaisuri akan menjual cincin pernikahan mereka untuk dapat menjamu nona."

Niesha yang memang sudah sadar namun masih mengumpulkan nyawa, langsung memelototkan matanya cepat. "Apa? Sungguh?"

"Untuk apa saya berbohong, nona?"

Menganggap bahwa benar Zero tak akan mungkin membohonginya pun segera bangkit dan keluar dari kamar yang kini di tempatinya. "Dimana posisi Kaisar dan Permaisuri?"

"Mereka saat ini masih di dalam istana namun tengah berjalan keluar, menuju kereta kuda yang telah di persiapkan bagi mereka."

Niesha yang mendengar itu langsung bergegas agar tidak terlambat.

Beruntung, baru saja Niesha menginjakkan kaki di pintu besar, jalur masuk dan keluar istana utama. Niesha langsung berpapasan dengan kedua sosok yang dicarinya.

"Salam hormat saya pada matahari dan bulan Kekaisaran Geya." Niesha mencoba mengontrol nafasnya dan memberikan salam hormat yang anggun.

"Astaga! Bangkitlah Lady Niesha. Mengapa Lady tidak beristirahat saja? Lady pasti kelelahan." Heera, Permaisuri cantik namun terlihat kurus dan pucat itu, segera membantu Niesha untuk bangkit. Dirinya sungguh khawatir dengan keadaan Niesha.

"Benar. Istirahatlah terlebih dahulu. Kami akan mengundang anda kembali ketika waktunya makan malam tiba." Charles selaku Kaisar pun turut meminta Niesha agar segera beristirahat.

Niesha menggeleng pelan. Zero telah memberitahunya bahwa Kaisar dan Permaisuri Geya ini hendak keluar untuk menjual perhiasan pada saudaranya. Agar setidaknya diberikan harga yang cukup layak dan bila memungkinkan, hanya berniat menggadaikannya saja untuk sementara.

Miris bukan? Seorang Kaisar dan Permaisuri yang agung, harus menggadai atau bahkan menjual cincin pernikahan mereka sendiri demi menjamu tamu.

"Mohon maafkan saya, tapi saya tidak memiliki banyak waktu, malam ini juga, saya sudah harus kembali. Sehingga, saya ingin menyelesaikan semuanya saat ini juga." Bohong. Sebenarnya Niesha tidak diburu waktu. Niesha hanya mencari alasan logis agar Kaisar dan Permaisuri Geya ini tidak tersinggung dan tentunya tidak curiga, darimana Niesha tahu bahwa mereka hendak menjual perhiasan demi menjamu dirinya.

Heera langsung menatap Charles, ragu. Dirinya belum memberikan apapun tapi sosok penolongnya sudah harus pergi. Permaisuri merasa malu karena tidak dapat melayani Niesha di istananya dengan baik dan layak.

Mendengar pikiran Heera, Niesha tersentuh dengan sosok kebaikkan pemimpin Kekaisaran Geya ini. Tidak salah dirinya membantu mereka.

"Jangan khawatir. Setelah saya berhasil membuka segel artefak suci milik Kekaisaran Geya, saya yakin bahwa besok juga keadaan sudah kembali seperti semula, meski prosesnya akan bertahap. Jadi, lain waktu saya akan berkunjung kembali dan lebih banyak menghabiskan waktu di Kekaisaran Geya ini."

Meski sempat meragu. Tapi akhirnya Charles dan Heera menuruti keinginan Niesha.

Charles, "sekali lagi maafkan kami yang belum sempat menjamu apapun pada Lady. Mohon jangan sampai kapok datang kembali."

Niesha tersenyum lembut. "Tentu. Sekarang mari temui Putri Meera dan Putri Leera, sekaligus benda artefak yang tersegel itu. Bisakah, Yang Mulia?"

"Tentu. Saya akan mengambilnya terlebih dahulu. Kalau begitu, istri saya yang akan menemani Lady." Meski Charles seorang Kaisar. Namun Charles masih tahu bersikap sopan dan hormat. Terlebih pada sosok yang telah menyelamatkan nyawa putrinya dan kini bahkan hendak menyelamatkan Kekaisaran Geya dari kepedihan.

Melihat sang suami telah bergegas pergi, Heera langsung mengamit lengan Niesha dengan lembut. "Apa sungguh keadaan Lady sudah baik?"

Niesha mengangguk dengan senyum ramahnya. "Tentu. Aku terberkati dengan mana yang melimpah dan cepat daur ulang."

Permaisuri Heera tertawa kecil dengan kalimat Niesha yang dikiranya sebuah candaan. Padahal faktanya memang Niesha tidak pernah benar-benar menggunakan mana nya.

"Putriku pasti sangat diberkati surga hingga dapat memiliki teman seperti Lady. Sulit untuk menjabarkan seberapa saya dan keluarga saya, bahkan seluruh rakyat Kekaisaran Geya, berterimakasih pada Lady. Tanpa Lady, mungkin kami sama sekali tak memiliki harapan. Saya bersumpah, bila suatu hari nanti, Lady mengalami kesulitan, janganlah sungkan untuk meminta bantuan kami."

Entah Niesha harus senang atau miris dengan pernyataan Heera. Karena pada dasarnya, putrinya bukan terberkati. Justru sebenarnya dirinya datang untuk membalas perbuatan Meera di masa lalu.

Bersyukur Niesha tidak gelap mata. Niesha selalu memutuskan sesuatu perkara dengan alasan jelas dari kedua belah pihak.

Bila tidak, mungkin Niesha juga akan membunuh orang yang tidak benar-benar bersalah. Mungkin?

"Tentu. Saya akan menagihnya suatu hari nanti." Canda Niesha dengan tawa kecilnya.

***

Niesha menatap artefak yang mengambang di udara setelah kotak penyimpanannya di buka pun hanya menatap aneh. "Zero, itu sungguh artefak yang mampu memberikan sihir di masa lalu?"

"Benar, nona. Tidak hanya masa lalu, melainkan saat ini juga."

Niesha, "tapi kenapa bentuknya hanya seperti batu arang biasa."

"Jangan menilai sesuatu dari sampul luarnya, nona. Faktanya, benda yang nona bilang arang tersebut adalah benda pusaka yang membuat manusia jaman ini memiliki sihir."

Niesha membenarkan dalam hatinya. Memang manusia tak luput dari 'first impression'. Sehingga ketika melihat sesuatu yang kurang bagus atau indah di pandang. Mereka langsung menganggap buruk. Padahal muntahan paus yang bentuknya aneh saja, lebih bernilai tinggi bila dibandingkan dengan sebongkah emas.

"Lady?" Charles, Heera, Meera, dan Leera menatap Niesha yang justru melamun menatap artefak kuno mereka. Membuat mereka sedikit khawatir.

Niesha langsung tersadar dan tersenyum kikuk. "Maaf, saya sempat terpana dengan artefak tersebut. Baiklah, sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa bukan saya yang akan membuka segel dari artefak ini, melainkan Putri Leera."

Semua langsung terkejut, tak percaya.

Heera langsung bergerak mendekati Niesha. "Hmm Lady, bukankah Lady tahu bahwa yang dapat membuka segel adalah pemilik elemen Cahaya?"

Niesha tanpa ragu, mengangguk. "Itu benar, tapi kita juga tahu, bahwa siapapun yang membuka segel tersebut, maka sama saja dengan terikat kontrak dengan artefaknya. Saya yang bukan anggota keluarga Kekaisaran Geya, tentu tidak pantas mendapatkan berkah itu. Keturunan Geya lah yang berhak. Oleh karena itu, saya akan menyerahkan elemen Cahaya saya pada Putri Leera."

Charles langsung menangkap tubuh Heera yang limbung karena serangan kejut. Sedangkan Meera menatap rumit Niesha. Leera? Dirinya masih ling lung dengan apa yang di dengarnya.

"Lady, tolong jangan bercanda. Kami sungguh rela bila artefak suci kami harus dimiliki oleh orang seperti Lady. Jadi, jangan mengorbankan nyawa Lady untuk memberikan elemen sihir Lady." Charles dengan tegas menolak. Dirinya masih sangat tahu diri agar tidak mengorbankan seseorang berhati baik seperti Niesha. Bila sesuatu terjadi pada Niesha, pastilah perasaan bersalah akan melekat pada keluarga Kekaisaran Geya.

"Benar, jangan menciptakan resiko yang begitu membahayakan. Percuma Artefak kembali dapat digunakan, bila pada akhirnya kami harus berperang dengan Archduke La Christ." Meera juga tidak setuju.

Mulanya Meera memang berniat mengorbankan pemilik elemen Cahaya untuk diambil kekuatannya dan digunakan. Tapi ketika mengenal sosok Niesha. Meera menjadi sungkan.

Lagipula memang sejak semula, tujuan Meera membuka segel Artefak adalah demi kesejahteraan Kekaisaran Geya. Jadi, tidak peduli siapa yang berhasil membukanya, selama mereka bersedia mensejahterakan Geya, maka Meera akan menerimanya.

Meera juga tidak ingin kehilangan seorang sahabat yang begitu tulus dan baik hati.

Dunia pasti akan berduka bila sosok malaikat seperti Niesha harus pergi.



To Be Continued

New Me : 0Where stories live. Discover now