1

184 12 2
                                    

Hari ini lebih dingin dari biasanya, hujan turun tanpa henti dari pagi hari. Syukurnya dicuaca seperti ini aku bisa mendapat harga murah untuk memesan taxi online.

Perkenalkan, namaku Maya Handoko, aku adalah penulis yang cukup terkenal disalah satu situs Novel Online. Hari ini aku sedang menunggu seorang wanita paruh baya yang sudah membuat janji temu denganku beberapa hari lalu. Jujur, aku cukup terkejut saat mengetahui usianya dan sangat tidak menyangka bahwa ceritaku dibaca olehnya, tapi ternyata keponakannyalah yang memenangkan undianku dan memberikan kesempatan itu untuk dirinya.

Beberapa minggu lalu, aku mengadakan undian yang bernama 'Your Story Come True' dimana pemenangnya akan berkesempatan untuk bertemu langsung denganku secara personal dan cerita hidupnya akan ku garap menjadi projek novelku yang selanjutnya. Banyak dari mereka sangat antusias, karena tidak hanya kisah hidup mereka saja yang akan aku abadikan dalam novelku, mereka juga akan mendapatkan 30% dari hasil jualnya.

Tidak bermaksud sombong, nama penaku cukup terkenal dikalangan para pembaca online dan publishers di luar sana. Dan benar saja, mereka semua sangat bersemangat saat tau mereka mempunyai kesempatan mengabadikan kisah hidup mereka dalam bentuk cerita novel dan ikut mendapatkan royalti. Tenang saja, aku sudah menyiapkan kontrak dimana sosok mereka tetap akan menjadi anonymous dan jati diri mereka akan aman selamanya.

Sudah 15 menit aku menunggu, akhirnya datanglah seorang wanita cantik berjalan mendekat ke arah mejaku. "Anda Maya? Maaf membuat anda menunggu lama. Perkenalkan, nama saya Sika, senang bertemu dengan anda." Jujur, aku cukup takjub melihat sosoknya, untuk seseorang yang sudah berusia 50 tahun, dia masih terlihat sangat cantik dan sehat. Fashionnya terkesan sederhana, namun sangat menggambarkan bagaimana karakternya.

Kemeja cream dipadankan dengan skirt A line berbahan jeans, rambutnya diikat asal hingga terkesan santai namun elegant. Dia sama sekali tidak terlihat seperti nenek-nenek.

"Hallo, benar saya Maya, salam kenal. Seharusnya saya yang berbicara formal, karena saya masih siswi sekolah menengah atas." Aku pun langsung mempersilahkannya untuk duduk dan memanggil waitress untuk memesan minuman.

"Jangan dianggap beban, santai saja, kamu bisa panggil saya Sika tanpa embel-embel kakak, tante atau nenek. Kamu bersekolah dimana?" Ucapnya dengan sedikit kekehan. Jujur situasi ini membuatku kikuk, namun aku tetap berusaha sopan.

"Aku bersekolah di SMA 2 Mitara jurusan IPS 1" Aku dapat melihatnya terdiam sejenak mendengar jawabanku. "Benarkah? Wah, kebetulan yang sangat pas" jawabnya seraya menunjukkan senyum ramah yang justru terlihat sedih dimataku. "Boleh aku tanya kenapa?" Tanyaku penasaran karena gelagat dan nada bicaranya yang berubah sendu.

"Mungkin, kita mulai saja ceritanya sambil menunggu pesanan" Aku pun langsung mengeluarkan recorder, notebook, pena dan laptopku untuk mencatat setiap kesimpulan yang aku dapat dari obrolan santai kami.

"Pertama, perkenalkan, namaku adalah Sikara July. Cerita ini akan berlatar pada masa SMA-ku, SMA 2 Mitara, dimana aku akan bertemu kembali dengan sahabat masa kecilku dan seseorang yang akan menjadi pemeran utama dalam ceritamu. Aku dan dia pertama kali bertemu tidak dengan kesan yang baik, namun lambat laut, kami pun mulai dekat. Aku adalah orang yang naif saat itu, masa remaja yang tidak akan terulang seumur hidup itu aku jalani dengan penuh kehati-hatian. Aku tumbuh besar di bawah didikan orang tua yang konservatif, hal itu membuatku plin plan ketika dihadapkan dengan pilihan antara you only live once atau work hard because the world will become crueler. Namun semua keraguanku runtuh karena satu orang lelaki. Lekaki yang mengenalkanku bahwa dunia sangatlah luas, bahkan tidak akan cukup dijelajahi seumur hidup, jadi penuhilah setengah hidup itu dengan tawa yang saat kau tua akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Aku sungguh berterimakasih padanya, dia yang menolongku keluar dari sempitnya pandanganku tentang hidup, dia yang membantuku yakin bahwa di luar sana masih banyak yang perlu di lihat. Dia yang membawaku pergi mengitari kota tanpa takut tersesat, dia yang mengajakku melihat pemandangan tanpa kenal waktu, dialah cintaku, sang penyelamatku."

KalosWhere stories live. Discover now