2

41 3 0
                                    

Ternyata begini rasanya menghirup udara bebas pertama kali. Rasa tenang yang tidak bisa dideskripsikan, dimana saat pagi hari tiba, dia tidak harus menghadapi meja makan yang suram dan penuh tekanan, Sika sangat amat bersyukur. Dia tidak tau lagi bagaimana cara menjelaskan perasaannya saat ini, semua terasa begitu.. lega.

Hari ini adalah hari keduanya menjalani kehidupan sekolah yang normal, Sika tengah menyisir surai hitamnya yang akan ia ikat cepol. Bahkan ia sudah sangat lama ingin merasakan rambutnya dicepol, mengikatnya dengan pola yang anak-anak seusianya lakukan, mengikuti jaman.

Sika tersenyum lebar melihat pantulan dirinya dicermin, sangat cantik dan modis.

Sika tersenyum lebar melihat pantulan dirinya dicermin, sangat cantik dan modis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku suka!! Batinnya.

"Kita sudah sampai nona" Ucap pak Opik, supir pribadi yang selalu siap mengatarnya kemana pun.

Sika tidak sekaya itu, tidak juga sekurang itu, ekonomi keluarganya berada di tengah-tengah dan itu sudah lebih dari cukup.

"Terima kasih pak, nanti jemput seperti biasa ya" Ucap Sika seraya turun dari mobil.

"Baik nona" Sahut pak Opik pada Sika yang sudah sepenuhnya berjalan menjauh menuju gerbang sekolah.

Sika berjalan dengan penuh percaya diri, sesekali ia menghembuskan nafas hangat pada kedua tangannya karena hawa dingin di pagi hari, atau mungkin karena sudah akan masuk musim hujan?

Sika pun kembali mengeratkan cardigan berwarna pastelnya, sepertinya esok dia harus mengenakan cardigan rajut yang lebih tebal.

---

"Ayo ke kantin" Ajak Ayu pada Sika yang tengah merapikan buku-bukunya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, tanda bagi para murid memasuki waktu istirahat.

"Ayo!" Sika kemudian menggandeng tangan Ayu, mereka berjalan beriringan menuju kantin.

"Jadi, kamu sudah yakin mengikuti ekskul PMR? Kegiatannya banyak dilakukan di luar sekolah loh, juga mengikuti relawan sana sini, ayahmu setuju?" Sika terdiam sejenak mendengar pertanyaan Ayu.

"Itu yang aku suka dari sekolah ini, semua ekskul serempak diadakan disatu hari, jadi tidak perlu khawatir, ayahku taunya aku mengikuti club Bahasa Inggris" Jawabnya dengan nada dan raut wajah yang terlihat diatur senatural mungkin.

"Bagaimana dengan ibumu, ibumu pasti tau"

"Tenang, ibuku tidak mau ayahku marah padaku, jadi dia akan melindungi kebohonganku" Ucapnya dengan nada angkuh yang justru memperjelas gelagatnya. Ayu pun hanya tersenyum datar melihat kepercayaan diri Sika.

Sesampainya mereka disana, mereka langsung menuju antrian pembelian soto ayam.

"Itu Kavian, kita duduk disana saja ya?" Selesai memesan dan sedang mencari meja kosong untuk makan, Ayu yang melihat kekasihnya sedang berada di pojokan pun langsung berjalan cepat dengan Sika yang mengikuti langkahnya.

"Kavian siapa?" Bisik Sika pada Ayu karena saat ini mereka sudah duduk berhadapan dengan seorang laki-laki yang Sika percayai dialah yang bernama  Kavian.

"Sika, kenalin dia pacarku, namanya Kavian, dia adalah ketua Osis di sekolah ini. Kav, dia adalah Sika, sahabat masa kecilku yang pernah aku ceritakan." Sika melebarkan matanya tak percaya, Ayu berpacaran? Dia bisa pacaran? Maksudnya, dia boleh pacaran? Seperti apa ya rasanya?

Membuang pikiran anehnya, Sika dan Kavian pun berjabat tangan sebentar dan menyebutkan nama masing-masing.

"Aku tidak tau kamu punya pacar" Goda Sika sembari menoel-noel bahu Ayu gemas. Ayu pun tersipu malu karena kembali mengingat adega saat Kavian menyatakan cinta padanya.

"Aku dan Kavian berpacaran dari kelas 10 semester akhir"

"Wah, pasangan muda yang masih segar rupanya" Godanya lagi hingga membuat Ayu menutup wajahnya malu. Kavian yang melihat kekasihnya tesipu pun hanya tersenyum kecil.

"Sudah, jangan menggodaku terus!" Sika hanya tertawa kecil melihat tingkah Ayu.

"Ohiya sayang, Manyuk kapan masuk sekolah? Dia ada hutang sepuluh ribu padaku" Selagi menikmati soto ayam yang lezat, Sika menoleh mendengar sebutan tidak biasa untuk seorang manusia, apa Ayu sedang marah? Apa itu Manyuk?

"Senin masuk, tapi sepertinya akan kena skorsing lagi jika telat" Sahut Kavian pada kekasihnya.

"Awas saja kalau dia berani bolos lagi, hutangnya akanku beri bunga besar" Sungut Ayu memanyunkan bibirnya, terlihat lucu bagi Kavian.

"Kalian lanjut saja, aku harus kembaki ke ruang Osis untuk rapat, nanti pulangnya tunggu di parkiran ya" Ucapnya seraya mengusap kepala Ayu penuh sayang dan beranjak pergi dari hadapan mereka. Ayu melambaikan tangannya pada sosok Kavian hingga punggung lelaki itu hilang di ujung koridor kantin.

"Manyuk itu apa, Yu? Umpatan, kah?" Mendengar itu Ayu tidak bisa tidak batuk, Sika dengan sigap memberinya minum karena wajah sahabatnya sudah berubah merah.

Setelah batuknya reda, Ayu mulai tertawa kecil hingga membuat Sika kebingungan.

"Astaga Sika, aku tidak tau harus mengatakan apa, kamu polos sekali. Apa selama kamu hidup pernah mendengar Manyuk itu umpatan?" Ayu kembali tertawa hingga mengeluarkan air matanya. Mendengar itu, Sika menggeleng kecil yang justru membuat Ayu semakin sakit perut menahan geli.

"Ayolah, jangan begitu, kamu membuatku terlihat bodoh" Ayu mulai meredakan tawanya, dia menarik dan membuang nafas beberapa kali, berusaha tenang.

"Manyuk itu manusia, Sika, nama orang, dia itu sahabatnya Kavian, dia juga satu ekskul dengamu. Besok aku kenalkan padamu, tapi jangan kaget ya, dia satu-satunya murid tampan berandalan di sekolah ini." Sika pun ber-oh ria dan kembali menikmati makanannya.

Namun, rasa penasaran Sika akan sosok Manyuk mulai memenuhi pikirannya. Tanpa ia sadar, dia sedang menantikan hari itu datang.

KalosWhere stories live. Discover now