RAIN, YOU, AND HERE✅

51 4 0
                                    

YEONBIN/SOOBJUN UNIT

Yeonjun: June Emmerich
Soobin: Samuel Marine

Selamat Membacah readers kuehhh♡
_________________________________________

"Kamu suka hujan?"

Aku tersenyum seraya menoleh padanya dan melepas headphone, "Tak tahu," jawabku dengan santai

Pemuda berambut merah muda itu lalu tersenyum padaku, "Orang selalu menjawab begitu, mereka tak pernah mengatakan hal yang pasti."

"Bagaimana denganmu sendiri?" Kutanya balik sembari masih sibuk dengan pikiranku

"Aku suka, sangat suka."

Hanya deheman yang kuberikan sebagai balasan, kemudian kembali mengacuhkannya. 

"Namamu siapa?" Ia bertanya kepadaku

"Aku Samuel Marine ." Lagi, kujawab dengan singkat karena merasa itu tak penting.

"Aku June, June Emmerich."

Aku hanya mengangguk dan memakai headphone ku, kembali kuacuhkan presensi seseorang bernama June itu. Tak lama pemuda itu kemudian pergi dengan busnya dan melambaikan tangan padaku.

Kalimat June mungkin tak kuhiraukan, karena kukira itu akan jadi pertemuan terakhir kami, sama seperti dua orang asing yang berpapasan di jalan kemudian berlalu tanpa pernah bertemu kembali.

Namun, esok di tempat yang sama dengan membawa sekeranjang roti ia menyapaku dengan senyuman khas.

Aku kembali duduk di sampingnya, masih dengan alunan musik yang mengalir di telingaku. Ia menawarkanku roti, karena kebetulan lapar roti itu kuterima.

Aku melepaskan headphoneku, menyisihkan musik dari telingaku dan mulai mendengarkan suara pemuda itu bercerita. Seperti jam pasir berjalan obrolan kami berhenti saat bus yang menjemputnya datang.

Entah kebetulan atau tidak pemuda itu kembali muncul di hari berikutnya di tempat yang sama dengan pakaian nyentrik khasnya jaket leather hitam dan jeans biru beserta rambut merah muda muletnya yang sedikit panjang

"yo! Samuel!"

"How's your day?"

Dia selalu memanggil namaku duluan, menyapku, dan mengajaku berbincang, kami kemudian semakin akrab layaknya teman seperjalanan. Banyak cerita bisa kudengarkan darinya, June selalu memiliki cerita yang menarik. Hampir tidak sehari pun luput tanpa kami bertemu.

Aku merasa perjalananku pulang jadi lebih menyenangkan setelah bertemu June, tanpa sadar setiap kali pulang dari tempat kerja menuju halte aku berharap ada June di sana. Menyapaku dan berbincang bersama. Rasanya seperti ada orang yang menyambutmu saat pulang adalah bayaran melepas penat terbaik untukku.

Hari ini kuputuskan untuk membeli es krim rasa mint choco dekat tempat kerjaku, aku berniat berbagi dengan June karena ingat dia permah bilang menyukai mint choco.

Sesampainya di halte aku tak melihat June, aku kemudian duduk berpikir mungkin dia telat atau sedang berada di rumah saja. Hingga es krim mencair dan bus menjemputku, aku tak bertemu June. Itu adalah kali pertama kami tak bertemu.

Aku menunggunya sepulang kerja, esok, dan lusa. Namun ia tak kunjung muncul, seterusnya hingga kupikir mungkin June tak lagi pulang dengan bus ini.

Aku kembali bekerja di pagi hari dengan pikiran khawatir soal June, apa sesuatu yang buruk terjadi. Aku melanjutkan pekerjaan dengan kacau seharian. Manajer bahkan menyuruhku pulang sebelum senja datang.

Aku menurut dan kebetulan hari sudah mendung. Tak sempat meminjam payung aku berlari menuju halte untuk berteduh.

Langkahku terhenti saat melihat seseorang berjas hitam duduk di bangku halte tersenyum sendu padaku. Tak dapat kulihat dengan jelas  wajahnya, sehingga aku segera menghampirinya karena kukira itu mungkin June.

"June, apa itu kamu?!" Aku memanggilnya

Semakin dekat harapanku pupus, orang itu bukan June.

"Ah, maaf... kukira temanku." Aku duduk disamping orang berjas hitam tersebut dengan canggung, tak ada percakapan di antara kami selama beberapa menit, hanya ada suara hujan memenuhi rungu masing-masing

"Kamu suka hujan?"

"Oh?"

"Itu yang June tanyakan di hari pertama kalian bertemu bukan?"

Aku mengerutkan keningku, "Kamu mengenal June?"

Orang itu menghela nafasnya sejenak, kemudian mengeluarkan sebuah cincin silver, ia nampak memandanginya sejenak.

"June bilang perjalanan pulangnya menjadi lebih menyenangkan karena kamu."

Nafasku tercekat sejenak, kemudian kembali kutanyakan tentang keberadaan June, "Di mana June?"

"June sudah berada di tempat yang lebih baik, dia pulang setelah selesai melawan penyakitnya..."

"Terima kasih kepada kamu membuat sisa waktunya terasa begitu berharga."

Aku ingat jelas saat June menanyakan perihal hujan, mungkin kini jawabanku memiliki ujung yang berbeda sejak June pergi. Aku memandangi cincin milik June yang di berikan pria itu saat hari hujan.

Aku kemudian beralih pada hujan di depanku lalu melepaskan headphone dari telingaku, merasakan gemuruh dan rintik hujan saling beradu balap menyentuh bumi.

June Emmerich kuberikan jawabanku atas pertanyaanmu kala hujan itu.

"Aku menyukainya, June."

"Aku menyukai hujan sama seperti saat kamu menatapnya penuh kebahagiaan."

Pertemuan kami memang singkat layaknya kapal bersinggah di pelabuhan, aku juga berterimakasih pada June karena mengenalkan hujan dan rintiknya yang dapat menyentuh raga penuh rasa.

TAMAT—

The Chapter Upon Me [TXT ONESHOOT]Where stories live. Discover now