[24] Pins and Needles

7.8K 1.1K 521
                                    

"With every goal, wish, or plan we deem important, we invite anxiety."

Mokokoma Mokhonoana

***


Akhir-akhir ini, Joey merasa ada yang aneh dengan keseluruhan kehidupannya. Semuanya berjalan terlalu cepat, kadang berantakan, dan tidak beraturan. Bukannya selama ini semuanya berjalan teratur—sesuai dengan apa yang Joey inginkan—meskipun ada sesuatu yang melenceng, Joey dengan mudah menemukan jalan keluarnya.

Berbeda dengan apa yang dia rasakan beberapa bulan terakhir ini, semuanya terkesan lepas kendali dan Joey tidak lagi bisa mengaturnya.

Janaka dan keanehan pria itu.

Belum kuliahnya.

Dan pekerjaannya yang akhir-akhir ini bisa beragam banyaknya.

Joey tahu bekerja sebagai personal assistant—seperti apa yang dikatakan banyak orang—harus serba bisa karena dia-lah salah satu pendukung atau pemberi bantuan yang terdekat dengan atasannya, tapi apa yang diberikan kepadanya akhir-akhir ini menjadi sedikit berbeda.

Hestamma seratus persen mempercayakan andil dirinya untuk mengurus segala keperluan yang menyangkut InstantOrder kepada dirinya, pria itu bahkan mengatakan kalau ada sesuatu yang tidak sesuai atau tidak disetujui Joey—wanita itu punya suara untuk menolak ide atau apa pun itu yang ditujukan InstantOrder.

"Itu karena Pak Hestamma udah percaya banget sama lo, Joey. Karena kalau mau dilihat-lihat selama ini juga, 'kan, yang bisa bikin Pak Hestamma dan Mbak Laras ada di sini juga salah satunya dari bantuan yang lo kasih juga. Mungkin karena pertimbangan itu, Pak Hestamma bisa yakin ngasih lo kesempatan sebesar ngegantiin peran Pak Hestamma di InstantOrder." Itu yang dikatakan Jeremy ketika Joey mempertanyakan kemampuannya untuk menggantikan peran—secara tidak langsung—dari Hestamma di salah satu usaha besar yang ia rencanakan bersama sahabat-sahabatnya itu.

"Sudah ketemu belum, Joey? Jeremy sudah kasih kabar?"

Dan ini dia keragaman tugas lain dari pekerjaannya yang disebutkan Joey sebelumnya.

Joey berjalan cepat, mengikuti pace langkah Hestamma yang sudah lebih dulu berjalan di depannya. "Mas Jeremy sudah kirim emailnya, Pak. Barusan saya forward ke email Pak Hestamma," balas wanita itu sigap sambil memperhatikan email yang dikirim Jeremy beberapa menit lalu.

Keduanya berjalan menyusuri terminal 3 dengan langkah cepat, selain ada meeting penting yang harus didatangi Hestamma berkaitan dengan pekerjaannya di QuickGuide di InterContinental, atasan Joey itu juga punya jadwal lunch dengan beberapa pejabat bersama keluarganya dan yang terakhir—yang sering pria itu tanyakan bahkan di sela penerbangan mereka dari London ke Jakarta—update tentang permasalahan yang dialami Kumala 2 hari lalu.

"Ini saya kalau balik pulang ke Kemang kira-kira keburu nggak, sih, Joey?" Hestamma dari kursi belakang mobil menyahut menanyakan ke Joey tentang kemungkinan dirinya untuk bisa pulang ke rumah orangtuanya.

Dengan cepat—karena sudah hafal dengan semua jadwal Hestamma di Jakarta seminggu ini—kepala Joey menggeleng cepat, "Nggak bisa, Pak," jawabnya menatap ke depan. "Tapi, saya sudah reservasi kamar di InterContinental, Pak. Jadi, Bapak bisa istirahat di sana sebelum ketemu dengan Mr. Thompson," jelas Joey lagi.

Hestamma mengangguk-anggukan kepala sambil membuang pandangannya ke arah luar kaca, "Kamu tolong kabari ke Ibu Kinara, ya, Joey. Bilang kalau saya baru bisa mampir nanti malam." Joey mengangguk, ia sudah siap untuk mengirim pesan ke Ibu dari Hestamma ketika pria itu menimpalinya dengan pertanyaan lain. "Jeremy sampai di Jakarta sorean, 'kan? Hari ini?"

LET THE CAT OUT OF THE BAG (COMPLETED)Where stories live. Discover now