16.Melepas Rindu

232 20 10
                                    

Josh bergegas kembali ke kamarnya, sementara Patricia kalang-kabut membongkar isi lemari, berusaha menemukan pakaian yang pantas untuk menemui boss-nya yang datang dadakan. Bagaimana tidak panik, matahari sudah ada di atas kepala, sementara mereka belum ada di tempat kerja.

Di depan cermin meja rias, Patricia menyisir rambutnya yang acak-acakan.

"Astaga! Apa ini?" Patricia terbelalak, kaget dengan apa yang dilihatnya.

Fokus ke bagian leher dan bahu, terdapat tanda merah pekat keunguan menodai kulit pucatnya. Jelas itu kissmark, terjadi akibat kulit yang dihisap terlalu kuat, sampai-sampai pembuluh darah pecah. Bila ditelusuri lebih lanjut, akan ditemukan lebih banyak lagi di sekujur tubuhnya. Namun, yang dipikirkannya sekarang, bagaimana cara untuk menutupi bagian yang terlihat saja.

Josh merenggut t-shirt sembarang dari lemari. Tak sempat menyisir, Josh merapikan rambutnya yang mulai gondrong dengan ruas jari.

Bukan mimpi di siang bolong, begitu menbuka pintu, Mia sudah ada di hadapannya. Dilihat dari raut wajahnya saja sudah membuat Josh ketar-ketir.

"Kenapa tidak bilang dulu kalau Mama mau datang."

Wajah bengkak, cetakan sarung bantal kusut di pipi, menjadi bukti yang tak terelakkan lagi, kalau putranya baru bangun tidur. Ditambah kaus yang ia kenakan terbalik, pasti karena dipakai dengan terburu-buru. Mia hanya bisa berdecak sambil geleng-geleng.

Baik Josh ataupun Patricia sama-sama tertunduk di hadapan Mia. Seperti tersangka yang sedang diinterogasi polisi.

"Kenapa jam segini kalian masih tidur?"

"Kami lembur sampai subuh, Ma. Mama jangan salahkan Patricia, Josh yang maksa, kok."

"Maksa apa?" Mia mengernyit heran.

Josh kaget sendiri dengan ucapannya, begitu pun Patricia yang ikut melotot.

"Maksa supaya dia lembur," jelas Josh lebih lanjut.

"Ibu bisa cek sendiri, semua hampir rampung kami kerjakan, tinggal menambahkan detail kecil. Hari ini kami sedang menunggu pesanan peralatan barista dari Jakarta." Patricia ikut menjelaskan meskipun sedikit terbata-bata.

Mia menurunkan sedikit kacamatanya, menatap Patricia dengan seksama. Aneh dengan penampilannya yang mengenakan turtleneck padahal cuaca panas.

****

Mia tampak sangat takjub dengan padu padan karya seni yang disuguhkan sehingga tampak serasi dan enak dipandang. Ini bukan cuma tentang desain interior, tapi juga karya seni yang mengagumkan.

Melihat wajah semringah ibunya, Josh jelas bangga dengan hasil kolaborasi mereka berdua. "Bagaimana hasilnya, Ma? Josh tidak salah pilih partner, kan?" Josh merangkulkan tangan pada pundak Patricia. Meyakinkan sang Mama yang semula meragukan kemampuan Patricia karena masih amatir.

"Luar biasa! Mama suka semuanya, terutama mural bunga matahari dan sunset-nya, indah sekali!" Mia menyapukan telapak tangannya pada lukisan dinding karya Patricia.

Keakraban putranya dengan desainer interior itu tampak sangat nyata. Apalagi selama ini Mia belum pernah melihat Josh memperkenalkan seorang gadis pun padanya.

****

Sudah ditetapkan coffee shop yang akan menyelenggarakan grand opening malam Minggu besok itu diberi nama "Lovey Dovey" tentu Josh dan Patricia ikut andil dalam pemilihan nama, sedangkan Amber yang digadang-gadang akan mengelola usaha kedai kopi kekinian itu belum tampak batang hidungnya sampai sekarang. Jelas membuat Mia jengkel dibuatnya, punya anak perempuan satu-satunya susah sekali diatur.

Time After Time (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang