22.Tak Habis Pikir

148 21 12
                                    

Patricia agak paranoid, ketika perjalanan pulang, seperti ada seseorang yang mengikutinya. Langkah demi langkah hatinya semakin gelisah. Apalagi suasana sekitar cukup sepi, hanya ada jejeran mobil yang terparkir, disinari lampu jalan yang cahayanya tidak begitu terang. Meskipun jantung dag dig dug, Patricia memberanikan diri untuk menoleh, pria tinggi dengan hoodie hitam itu pura-pura mencari kesibukan lain, memperhatikan keadaan sekitar.

Sampai di apartemen dengan keadaan selamat, Patricia bisa kembali bernapas lega. Ia mengintip dari balik tirai, memastikan bahwa pria itu masih ada atau sudah pergi. Ternyata masih ada, dan yang lebih mengejutkan pandangannya tertuju pada jendela apartemennya. Patricia buru-buru menutup gorden.

Terdengar suara bel pintu sedikit membuatnya melonjak. Mengintip lewat door viewer, orang di depan pintu membuat Patricia menghembuskan napas lega.

"Kenapa lama banget buka pintunya?" tanya Jill yang heran melihat Patricia berkeringat dingin, tampak dari anak-anak rambutnya yang basah dan wajah yang agak pucat.

"Gue cuma mau mastiin yang datang bukan orang yang gue curigai," kata Patricia dengan suara yang masih gemetaran.

"Maksud lo, gue?" Entah kenapa Jill yang biasanya santai, sekarang malah jadi curigaan.

"Bukan lo! Barusan, waktu gue balik, gue ngerasa kayak ada yang ngawasin gue. Orangnya tinggi, pake hoodie item, pake masker item. Lo liat ga, waktu jalan ke mari?"

Jill mencoba mengingat. "Ga ada."

"Syukur deh, mungkin udah pergi."

Gerak-gerik Jill terasa aneh, jadi lebih diam, kaku, seperti ada yang disembunyikan.

"Lo kenapa, Jill, aneh banget?"

"Aneh apanya?"

"Gue agak susah jelasinnya, gak kayak lo biasanya."

Jill terlihat semakin tegang. "Maksud lo, lo curiga sama gue yang nyebarin video itu?" Jill sekonyong-konyong melontarkan kata-kata yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Patricia.

"Astaga." Patricia berdecak heran. "Meskipun waktu kejadian itu hanya ada lo, gue bakal lebih percaya hantu yang nyebarin video gue, daripada curiga sama lo. Gue tau lo lebih dari siapa pun, Jill. Lo ga lagi dalam ancaman, kan? Apa Leon yang ngancam lo?"

Mata Jill menajam, perubahan itu membuat Patricia kaget. "Lo curiga sama Leon, sama aja lo curiga sama gue!" tegas Jill penuh penekanan.

"Lo kok gitu?" Patricia tercengang, tak habis pikir dengan jawaban Jill. "Kalo ada apa-apa cerita sama gue, Jill!" Patricia tetap percaya pada firasatnya, ada sesuatu yang tidak beres dengan Jill.

"Gak usah!" Jill memalingkan pandangan dari Patricia. "Tau gini, gue gak bakal mau dateng."

"Sekarang gue tanya sama lo, lo lebih percaya sama pacar lo, apa gue sebagai teman sekaligus sodara lo?"

"Gue lebih percaya Leon."

Mata Patricia terpejam, seraya menghirup napas dalam-dalam. "Oke, terserah. Gue cuma mau bilang, Leon ga sebaik yang lo kira. Beberapa kali gue pernah liat dia jalan sama cewek lain, tapi gue ga bilang sama lo, karena percuma, pastinya lo gak bakal percaya juga, kan?"

Nada bicara Patricia ikut meninggi. Tadinya ia memanggil Jill untuk melepas rindu dan curhat seperti biasanya tentang masalah pribadi. Tapi, coba lihat sekarang, Jill sama sekali tidak seperti biasanya, seolah sengaja menebar benih permusuhan.

"Gue memang cuma bakal percaya sama Leon. Gue tau, dari dulu lo emang gak pernah suka sama Leon, makanya lo jelek-jelekin dia."

"Jill! Lo-- udah didukunin apa gimana? Buka mata lo! Selama ini apa yang udah dia korbanin buat lo? Ga ada! Dia cuma manfaatin kebaikan lo. Hubungan kalian udah hampir 10 tahun, mana? apa dia ada niat buat serius?"

Time After Time (TAMAT)Where stories live. Discover now