Bab - 10

322 47 4
                                    

Setelah memastikan keadaan Sakura baik-baik saja serta menyuruh bibi Chiyo untuk menjaganya, Sasuke langsung menyeret Itachi untuk meminta penjelasan tentang bagaimana dan di mana kakaknya itu bisa mengenal Sakura. Namun, mendapati sikap Itachi yang terlampau tenang membuatnya yakin jika ini tidak akan mudah. Dia masih bersandar nyaman pada dinding dengan tangan terlipat di dada sambil terus memperhatikan sang kakak yang kini sedang menyesap teh hijau yang baru saja di suguhkan Ayame, salah satu Asisten rumah tangga di kediamannya untuk mereka berdua.

"Itachi?" panggilnya. Demi apa pun, dia tak memiliki stok kesabaran melimpah, dan sikap kelewat santai Itachi berhasil membuat stok itu kian menipis setiap detiknya.

"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, bolehkah aku bertanya juga?"

Itachi mengindahkan panggilannya, dan malah mencoba bernegosiasi dengannya. Sasuke menghela napas dengan alis legam yang saling bertaut dalam. Kentara sekali jika dia tidak terlalu menyukai apa yang baru saja kakaknya itu katakan.

"Kau boleh bertanya apa pun padaku," ujar Sasuke. "Tapi, tidak ada jaminan jika aku akan menjawab pertanyaanmu."

Itachi hanya mengangkat bahunya santai- terkesan tak peduli. "Kalau begitu, kau tidak akan mendapatkan jawaban atas pertanyaanmu itu."

Sasuke mendengus, dia lupa jika yang sekarang ini berbicara dengannya adalah Uchiha Itachi, kakaknya yang memiliki sifat luar biasa menyebalkan dan sangat gemar membuat orang lain kesal. Oh, Sasuke sepertinya melupakan satu hal; kecuali dirinya, semua orang dengan marga Uchiha memang memiliki sikap menyebalkan. Kalo sudah begini, dia bisa apa selain mengalah? Sikap panik Itachi ketika dia membawa Sakura sudah cukup membuatnya terkejut, dan perasaan terkejut itu berubah menjadi rasa penasaran.

Itachi dan Sakura saling mengenal? Sepertinya memang iya dan itu bukanlah satu hal aneh karena keduanya masih berada di kota yang sama. Tapi tetap saja, rasa penasaran tentang bagaimana cara mereka bisa saling mengenal muncul begitu saja tanpa bisa dia cegah. Maksudnya, dia mengetahui hampir semua teman Itachi, dan tentu saja pengecualian untuk Sakura. Tidak ada orang yang memiliki rambut merah muda di antara daftar pertemanan sang kakak, Sasuke sangat yakin itu. Atau jangan-jangan? Tidak tidak-

"Kau kekasihnya, ya?" Sasuke buru-buru bergabung bersama Itachi. Dia mengaduh saat kakinya tak sengaja bertabrakan dengan kaki meja. Netranya memberikan pandangan menuntut agar Itachi segera memberi jawaban atas pertanyaannya. "Aku benar, 'kan? Kau kekasih Sakura, 'kan?"

-lidahnya sudah lebih dulu membuat masalah sebelum otaknya benar-benar membuat perintah untuk tetap diam dan tak mengatakan hal yang mustahil.

Lihat, kan? Sekarang dia malah mendapati raut jenaka menghiasi wajah Itachi. Sudut bibirnya juga berkedut seolah sedang menahan tawa- hendak menertawakannya. Tapi, menurutnya itu tidak sepenuhnya mustahil. Sebab, dia ingat, Sakura pernah bercerita padanya jika perempuan itu sudah memiliki kekasih. Fakta bahwa Itachi mengenal Sakura, membuat Sasuke langsung berpikir ke arah sana.

"Kau serius berpikir ke sana?" Itachi benar-benar tertawa sekarang. "Astaga, Sasuke."

"Lalu, kenapa kalian bisa saling mengenal?"

"Kau akan tahu jawabannya jika mau menjawab beberapa pertanyaanku."

Sasuke membuang muka, mendengus dengan keras dan menghela napas panjang. Dia mengangguk setengah rela dan mulai menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang Itachi berikan padanya, tentang ke mana dia pergi malam itu dan bersama siapa.

"Ah, jadi memang Sakura, ya? Tapi, bagaimana kau bisa mengenalnya?"

Meski tingkat kejengkelan yang dia rasakan sudah hampir di ambang batas, Sasuke tetap menjawab, "Aku tidak sengaja bertemu dengannya. Kau ingat waktu ayah membahas soal perjodohan itu dan aku pergi saat tengah malam?" Itachi mengangguk dengan ekspresi penuh minat. "Saat itu aku bertemu dengannya."

Yes, I Will. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang