[ 2. Misi Menyelamatkan Adik ]

3K 240 107
                                    

[Misi Menyelamatkan Adik]

[Misi Menyelamatkan Adik]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

"Bang, mau langsung ke rumah, apa mampir ke tempat lain dulu?"

Halilintar yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas mengangkat sebelah alis. "Emang, lo mau kemana?"

"Gue mah, ngikut. Tapi enakkan ke kafe dulu gak, sih? Bosen di rumah," jawab Taufan seraya mengikat kemeja birunya di pinggang. Hanya memakai kaos putih berlengan pendek. Cuaca saat ini memang sangat panas.

"Yaudah." Halilintar berdiri dari duduk. Menenteng tas ranselnya di bahu. "Ajak Gempa dulu. Kelasnya di mana?"

"Sebentar." Taufan meng
eluarkan handphonenya. Melihat notif dari Gempa yang belum tersentuh sejak sepuluh menit lalu. "Dua titik empat."

"Oke." Mereka berdua berjalan menuju pintu kelas. Tampak para mahasiswa masih merapikan buku-buku mereka. Ada pula yang masih duduk diam untuk menunggu kelas selanjutnya. Berbeda dengan Taufan dan Halilintar yang hanya mendapatkan kelas pagi.

Di depan pintu, mereka berdua tak sengaja berpapasan dengan laki-laki berambut ungu, memakai kacamata.

"Halo, Taufan, Halilintar," sapanya.

"Yo, Fang! Udah lama gak keliatan. Kangen, nih." Taufan mengangkat tangan, berniat untuk memberi tos. Fang yang peka ikut mengangkat tangan. Telapak tangan mereka saling bertabrakan.

"Gue juga. Udah lama gak main. Apalagi sama si merah tsundere ini." Fang melirik Halilintar yang dibalas tatapan tajam oleh sang empu.

"Apaan," balas singkat Halilintar. Malas berdebat.

"Waduh, ngerinya. Kayak anak perawan lagi PMS aja. Singkat banget." Fang tersenyum miring. Memang sejak dulu, Fang tak pernah berhenti menggoda Halilintar. Karena seru sekali melihat ekspresi si sulung.

Dahinya mengkerut. Suara tulang-tulang jari terdengar. Halilintar naik pitam. Ingin memberi sebuah pukulan kasih sayang, tapi Taufan langsung menggenggam kepalannya, mencoba menahan.

"Eh, Fang. Nanti mau ikut main ke kafe, gak?" tanya Taufan seraya tertawa canggung.

Mendengar itu, senyuman jahil yang tercetak di wajah Fang langsung memudar. "Kayaknya gak bisa. Dosennya Kakak gue sendiri, njir. Kagak bakalan dibolehin."

"Ohh, yaudah, deh. Kami duluan, ya. Daa~" Seraya melambaikan tangan, Taufan menarik tangan Halilintar menuju keluar kelas. Tersenyum cerah saat Fang melambai balik.

"Tadi, kenapa lo ajak dia? Kesel banget gue. Untung, si Landak Ungu itu kagak ikut," cemooh Halilintar sinis. Wajahnya memerah menahan kesal.

"Yeuu 'kan jarang-jarang, bang."

Halilintar memutar bola matanya. Malas meladeni.

"Kak Taufan? Kak Hali?"

Merasakan sentuhan di pundak, lantas membuat dua sejoli itu tersentak, membalikkan badan. Menemukan laki-laki beriris gold yang sedang menatap dengan sorot mata kebingungan. Kedua kakaknya pun juga begitu.

MetallospaeraWhere stories live. Discover now