2~

459 50 7
                                    

Hola~ mari lanjutkan cerita abal-abal ini lagi

Happy reading

"Baik anak-anak kelasnya sampai sini saja jangan lupa tugasnya ya"

"Baik Pak" kelas terakhir akhirnya selesai waktunya para siswa-siswi berpulangan.

"Zhan apa kau langsung pulang?" tanya acheng yang berada disebelah kursi zhan, "Sepertinya tidak" zhan menjawab sambil mengemasi buku-bukunya.

"Kalau begitu kita kebelakang sekolah ya" kata acheng membuat zhan berhenti dengan kegiatannya, "belakang sekolah?" gumam zhan.

"Iya, apa kau tidak tau katanya ada siswi yang mau menembak siswa dan siswa itu dari kelas kita" jelas acheng.

"Siswa dari kelas kita?" Zhan lagi lagi tampak berpikir membuat acheng bingung.

"Ada apa dengan mu" acheng bertanya melihat zhan yang malah melamun, "Tidak apa apa, aku akan ikut denganmu" kata zhan lanjut mengemasi bukunya.

'Mengapa bisa samaan, tidak mungkin itu chengxiao kan' zhan membatin penasaran.

"Aku sudah selesai acheng" kata zhan memegang tasnya, "Baiklah ayo" .

*Dibelakang sekolah*

Terlihat banyak sekali siswa-siswi yang seperti menunggu sesuatu, sepertinya gosip itu benar.

"Acheng bagaimana kita mau lihat" tanya zhan, ia dan acheng kini sudah dihimpit.

"Ayo kita ke paling depan" acheng dan zhan berusaha melewati kerumunan untuk pergi ke paling depan.

"Katanya chengxiao akan menembak siswa populer"

"Benar, katanya siswa itu dari kelas 15"

"Siapa ya orang itu beruntung banget dia bisa disuka chengxiao"

Zhan dan acheng yang sudah didepan dapat mendengar satu persatu omongan mereka zhan saat ini sudah tidak bisa berpikir positif, 'chengxiao?'

"Apa spesialnya sih wanita itu, cuma modal seksi doang bangga cih" bukan acheng namanya kalau tidak judes.

"Iri saja kau"

"Aku tidak akan iri dengan wanita seperti itu okay" acheng membalas kata zhan, mentang-mentang ia tidak punya gunung bukan berarti ia tak menarik ya.

"Asal kau tau banyak sekali pria yang menyukai ku ya"

"Apa bener? kok bisa mereka suka sama nona galak ini"

"Kau!"

"Hahahaha"

"Daripada kau, begitu menyukainya tapi tidak pernah diterima" acheng menutup mulutnya setelah keceplosan mengatakan hal itu mengira zhan akan sedih namun pemuda manis itu hanya tersenyum.

"Yang penting aku usaha" kata zhan tenang, "Usaha yang tiada hasilnya" acheng memukul mulutnya yang terlalu ceplas-ceplos berkata tanpa berpikir sungguh kebiasaannya.

"Acheng!, bisakah kau berhenti melukai hati mungilku ini" zhan merengek layaknya seorang bayi.

"Ck iya iya itu hanya keceplosan", kata acheng

Love is like playing chaseHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin