Maaf

449 37 1
                                    

Renjun dan Jaemin saling bertukar pikiran melalui pandangan mereka. Tak ada yang berani berbicara saat ini. Mereka berdua sedang diinterogasi oleh Xiaojun.

Jari tangan Jaemin memainkan jari tangan Renjun yang duduk diranjang sebelahnya. Renjun sendiri mencoba menenangkan adiknya itu. Sedangkan Xiaojun memilih didudukkan dikursi roda agar lebih mudah menatap adik2nya karna dia belum cukup kuat untuk berdiri lama. Jaemin terus saja menunduk. Karna tatapan Xiaojun sangat menyeramkan menurutnya.

"Gak ada yang mau ngomong?" Tanya Xiaojun dingin.

"Emmm Ojun ge, Nana gak,,,,," ucap Jaemin.

"Kalo ngomong tuh ditatap lawan bicaranya Na Jaemin" tegur Shotaro tak kalah dingin.

Jaemin terdiam. Walaupun ia seorang Queen of mafia, tapi dihadapan orang2 terdekatnya dia tetaplah sosok  yang rapuh hatinya.

"Kalian berdua bisa gak lembut dikit. Kasian Nana sama Injun nya woy" ucap Haechan menyela.

"Gak usah hakimin Nana, adek gue. Semua ini salah gue. Gue yang nyuruh Nana buat sembunyiin masalah ini. Gue cuma gak mau nambahin beban pikiran lo aja ge. Hidup kita berempat dulu udah sulit" ucap Renjun tegas dengan menggenggam erat jemari Jaemin yang terasa dingin.

"Sekasar dan sekejam apapun Nana, dia tetap sosok lembut hati, ge. Jadi tolong jangan salahin Nana disini. Semua ini mutlak kesalahan gue" lanjutnya.

"Alasan lo terlalu klasik, Njun. Kita hidup bareng2 dari kecil dan lo lebih percaya sama dia si psikopat gila itu dibanding gue gege lo. Apa yang dia punya sampe lo bisa lebih percaya sama dia dibandingkan gue, hah?" Teriak Xiaojun marah.

Xiaojun tak sadar jika perkataannya itu membuat hati kecil Jaemin tercubit. Memang faktanya Xiaojun, Renjun dan Shotaro itu sudah tinggal dipanti sejak kecil. Sedangkan Jaemin tiba dipanti saat umur 10 tahun.

"Kok omongan gege jahat banget ke Nana? Dia yang udah selametin gue ge waktu gue sekarat dulu. Kalo gak ada dia waktu itu, lo gak bakal bisa liat gue sekarang" ucap Renjun marah karna adiknya disakiti.

"Gue gak papa, Injun ge. Yang dibilang Ojun ge bener, seharusnya lo cerita kedia dari dulu. Seharusnya lo jauhin gue karna apa yang gue lakuin udah bikin lo gak sembuh2 dari trauma lo. Seharusnya gue nyerah aja dulu" ucap Jaemin bergetar menahan agar airmatanya tidak jatuh.

"Gak Na, lo itu obat gue. Tanpa lo, gue mati Na. Plis jangan bilang kek gitu lagi. Lo itu alasan gue bertahan sampe sekarang" ucap Renjun panik.

"Dery ge, Uchan-aa, bisa bawa kekasih kalian buat nemuin para orangtua dulu? Biarin Nana sama Injun istirahat lebih lama karna kondisi mereka bisa memburuk kapan aja. Buat yang lain selain Jeno dan uncle Alin juga silahkan keluar" ucap Haechan dingin lalu pergi dari sana tanpa menoleh sedikitpun.

Hati Haechan menangis melihat Jaemin yang terpojok seperti itu. Entahlah Haechan tak tahu mengapa ia merasa selalu ingin melindungi Jaemin dari siapapun yang ingin menyakitinya.

Haechan berjalan menuju toilet. Dia hanya ingin menangis tanpa diketahui Chenle, adiknya. Dia tidak ingin terlihat lemah.

Setelah masuk ke toilet, tiba2 ada yang memeluknya dari belakang. Dia sempat tersentak, tapi aroma khas Mark membuat pertahanan Haechan runtuh.

"Nangis aja, yang lain gak bakal denger" bisik Mark.

"Jaemin gak salah hyung. Dia gak ada maksud kek gitu ke Ojun ge. Kenapa Ojun ge tega ngomong kayak gitu? Seakan-akan Nana bukan siapa2 mereka" gumam Haechan ditengah isakannya.

"Dejun cuma butuh waktu aja. Dia gak mungkin bener2 marah sama Jaemin" ucap Mark.

💚

"Xiao Dejun, apa sebenarnya yang ada di dalam pikiranmu tadi? Kenapa lo bisa ngomong kayak gitu ke Nana yang jelas2 adek lo sendiri?" Gumam Hendery.

"Gue udah nyakitin hati adek gue, Der. Nana pasti benci gue sekarang" ucap Xiaojun dengan airmata berlinang mengingat perkataannya tadi.

Hendery tidak menanggapi perkataan  kekasihnya. Pikirannya masih terngiang dengan kata2 Xiaojun diruang rawat Jaemin tadi. Dia terus melamun sambil mendorong kursi roda yang Xiaojun naiki hingga sampai diruang rawat dimana ibunya berada.

"Gue cari Echan dulu ya, gue takut adek gue kenapa2. Lo bisa masuk sendiri kan?" Ucap Hendery.

Ia pergi tanpa menunggu jawaban dari Xiaojun. Sang kekasih hanya menatap kosong kepergian Hendery.

"Loh ada Ojun sama Taro. Kenapa gak masuk langsung nak?" Tanya Yuta menghampiri 2 anak angkatnya.

"Injun lagi jagain Nana ya? Nana pasti rewel banget sampe2 gak bisa ditinggal gitu" ucap Yuta lagi.

"Dad, maafin Ojun. Nana sama Injun pasti sekarang benci sama Ojun" ucap Xiaojun.

Tangisannya pecah dipelukan ayah angkatnya. Yuta bingung kenapa anak angkatnya itu bisa berkata seperti itu. Apa sebenarnya yang telah terjadi selama mereka melaksanakan misi?.

"Nakamoto Shotaro, bisa jelasin sama daddy apa yang gege kalian maksud?" Tanya Yuta.

"Nana sempat tak terkendali waktu tau daddy sama yang lain jalani misi tanpa kami. Injun berusaha kendaliin dia dengan menembak bius Nana, itu yang nyuruh Taro. Karna panik dan khawatir dengan kondisi Nana, Injun terserang panic attack. Kata Yangie, itu sudah Injun derita lama banget..." ucap Shotaro.

"Ojun ge shock dan sempat dirawat juga. Waktu kondisi mereka udah lumayan stabil, Ojun ge interogasi Injun sama Nana. Tapi Ojun ge kelepasan ngomong yang gak2 tentang Nana, Dad. Taro juga salah disini. Kami takut Nana bakal benci sama kami"

Shotaro akhirnya terisak juga. Jujur saja Shotaro merasa sesak saat melihat Jaemin berusaha mengontrol tubuhnya yang gemetar. Renjun yang nyaris lepas kendali karna sang adik.

"Kalian istirahat dulu disini. Temenin baba dulu ya. Daddy bakal temenin Nana sama Injun dulu" ucap Yuta.

Yuta sambil melamun. Sang suami baru saja selesai menjalani operasi untuk mengeluarkan beberapa peluru yang bersarang ditubuhnya dan juga menjahit beberapa luka menganga bekas sabetan senjata tajam lawan. Sekarang dia harus menghadapi anak2nya yang sedang bertengkar. Yuta bukanlah orang yang penyabar seperti Sicheng. Dia bingung bagaimana menangani 2 anak sekaligus.

"Daddy, boleh Nana minta peluk?" Tanya Jaemin memohon setelah melihat siapa yang masuk keruangan itu.

"Nana hebat, Nana anak baik, Nana luar biasa" gumam Yuta.

"Dad,,," ucap Renjun ragu.

"Gege sama Jeno cari makan dulu ya" ucap Guanlin memberi ruang ayah dan anak itu untuk berbicara.

"Injun juga gege yang hebat. Daddy salut sama kamu, sayang. Pasti sakit banget ya. Maaf daddy gak tau kalo kamu sakit" ucap Yuta lirih.

Yuta mengusap lembut pipi Renjun. Sedangkan Jaemin berada didalam pelukannya. Dia tidak bisa membayangkan betapa sulit kehidupan anak2nya itu.

"Jangan pendam apapun lagi ya, bagi semua yang kamu rasain sama yang lain, okey? Biar gak ada penyesalan dibelakang, sayang" ucap Yuta menasihati Renjun.

"Maafin Injun, dad. Injun gak bakal sembunyiin apapun dari kalian lagi" ucap Renjun.

Ia memeluk erat sosok yang menjadi tumpuannya sekarang. Dia sekarang memiliki tempat untuk bersandar, berkeluh kesah dan berbagi cerita.

Yuta terus mengusap punggung 2 remaja didekapannya itu. Tak berapa lama, suara dengkuran halus terdengar dari keduanya. Yuta tersenyum lega melihat 2 kesayangannya itu tertidur.

"Panggilkan Jeno dan Guanlin, lalu minta Yangyang dan yang lain memindahkan ranjang anak2 ke kamar suamiku" ucap Yuta pada Bodyguard yang ada diluar.

"Baik tuan besar" ucap sang Bodyguard.






TBC

Si Manis Yang KejamWhere stories live. Discover now