7 ; Kebetulan

170 20 0
                                    

Happy Reading!

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Happy Reading!

Bagian 7

Kebetulan

"Buset, baru balik dari les, Raf?" Pertanyaan dari Haikal berhasil membuat Jendra dan orang-orang yang ada di kamar Jinan menoleh.

Rafka mengangguk. Cowok itu berdiri di depan pintu dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, lalu memilih duduk di samping Juna yang sedang memakan singkong keju buatan ibu Jinan.

"Rajin amat, baru semester satu udah les aja, sampe malem banget lagi," ceplos Satya. Ia menggaruk kepalanya seraya fokus menatap anak-anak catur di depannya.

"Rafka kan ngincar ITB, wajar kalo udah ngambis sejak awal," sahut Jinan.

"Juna sama Erlang juga mau ngambil ITB, tapi kagak seambis Rafka tuh." Haikal berucap.

Juna mendadak tertawa mendengar itu. "Kalian percaya Rafka rajin les karna mau ngambis? Rafka mah udah pinter dari sononya, gampang aja buat dia mau nembus ITB. Dia rajin les ya karna ada gebetannya di sana," ucapnya yang langsung disikut oleh Rafka.

"Oalah, jadi ada Jelila ya di sana? Pantesan." Satya mengangguk-anggukkan kepalanya. Sementara Rafka hanya bisa mendengkus kesal.

Bukan rahasia umum lagi bahwa Rafka menyukai teman seangkatannya yang bernama Jelila.

"Udah sampe mana, Raf, usahanya? Si Jelila udah mulai luluh belum?" tanya Haikal dengan senyum menggoda. Lalu, perhatiannya jatuh pada catur di depannya, "Skakmat!"

"Ck, anyinglah!" Satya berujar kesal karena kembali kalah dalam permainan catur bersama dengan Haikal.

"Boro-boro luluh, ngelirik Rafka aja gak pernah tuh." Erlangga yang duduk di samping Jendra menyahut. Ia tersenyum tengil saat melihat raut kesal Rafka.

"Kasihan," ucap Jinan. Kemudian, pandangan cowok itu beralih pada Jendra yang terdiam sambil menyandarkan kepalanya pada kepala sofa sejak tadi. "Jendra Jendra, tumben diem aja dari tadi."

Hal itu membuat semua orang yang ada di kamar Jinan menoleh pada Jendra. Tampak tatapan penasaran dari teman-temannya. "Kenapa, Jen? Ada masalah?" tanya Erlangga yang notabenenya adalah sepupu Jendra.

Jendra menggelengkan kepalanya. "Gue cuma mikir."

"Mikirin apa?"

"Mikirin Kanina lah!" sahut Satya seraya berdiri setelah memasukkan anak-anak catur ke dalam kotak catur yang baru saja ia pakai.

Jendra mendengkus, "Gak salah sih."

"Buceeeeen!" seru Haikal sebelum menghempaskan badannya pada kasur Jinan.

Goresan Luka✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora