Bab 1 Perasaan

11 4 0
                                    

_____
_____

"Akkhhhhhhhh!" Erangan Reza yang sedang diajari split dibarengi ekspresi menahan rasa sakit.

"Tahan, sebentar lagi!" Ujar Bagas dengan posisi menekan punggung Reza dari arah belakang agar split yang dilakukannya maksimal.

Tetes demi tetes keringat Reza mulai berjatuhan pada lantai ring tarung tersebut. Bagas masih menahan tubuh Reza agar tidak terangkat dan Reza bisa tetap melakukan split dengan sempurna.

"Oke sip." ucap Bagas melepaskan tekanannya pada punggung Reza.

"Haaahkh...haaahhh..." Reza terengah-engah dengan wajah yang dipenuhi keringat.

Bagas berdiri dan bersandar pada bantalan sudut ring. Dia hanya tersenyum melihat Reza yang terengah-engah.

15 menitan Reza berbaring dan mengatur napasnya, lalu Reza beranjak bangung dan langsung mengambil sarung tinju serta memakai pelindung kepala.

Begitupun dengan Bagas yang ternyata sudah siap dengan sarung tinju dan pelindung kepalanya. Sekarang giliran Reza menguji teknik-teknik pukulan Bagas yang selama ini diajarkan oleh Reza, mereka berdua bersiap dengan posisi boxing stance.

Lalu mereka pun memulai latihan sparing, Reza memulai pertama memberikan pukulan jab yang berhasil dihindari oleh Bagas. Meski hanya latihan, tetapi keduanya melakukan sparing dengan cukup serius. Hal ini bukan berarti keduanya ingin melukai satu sama lain, akan tetapi keduanya hanya mengeluarkan kemampuan terbaik mereka disetiap latihan.

Bahkan tidak sedikit keduanya mengalami memar setiap selesai berlatih. Meski begitu, luka atau memar yang mereka dapati tidak pernah sampai parah. Karena mereka juga memberikan batasan kekuatan disetiap pukulan.

Mereka terus saling memukul, menghindari dan menahan setiap serangan yang diluncurkan dari masing-masing. Sparing yang dilakukan keduanya cukup sengit dan imbang, hingga akhirnya Bagas melihat ada peluang untuk memberi pukulan pada Reza.

Bugggggg

Pukulan cross dari Bagas menuju kearah dada, meski berhasil ditahan oleh Reza. Tetapi pukulan Bagas berhasil membuat Reza terjatuh.

"Hahhaha, makin kuat ya pukulan lu!" Ujar Reza dengan napas terengah-engah.

Bagas hanya tersenyum menanggapi pernyataan dari Reza.

"Ahhkhhhhhh...hahh..hhaahhh." Bagas langsung membaringkan tubuhnya dengan napas yang tidak teratur karena kelelahan.

Mereka berdua berlatih seperti itu bukan hanya berlatih biasa, tetapi saling melatih dengan kemampuan masing-masing. Seperti Reza yang melatih pukulan pada Bagas, karena Bagas memiliki kekurangan dalam performa pukulan. Sedangkan Bagas, melatih dasar-dasar pelatihan kaki karena Reza tidak memiliki kemampuan menendang yang baik. Jadi Reza sangat unggul dalam pukulan, sedangkan Bagas unggul dalam tendangan.

"Hi guys!" Ujar Sindi yang datang ke tempat latihan dan langsung naik ke atas ring.

Bagas dan Reza tidak memberi respon atas sapaan Sindi, karena kedua nya masih dalam keadaan kelelahan.
Sindi lalu berdiri diantara keduanya dan mengambil foto. Reza langsung menutupi wajah, sementara Bagas langsung bergaya. Lalu Sindi naik dan duduk di atas bantalan sudut ring.

"Keluar yu cari makanan!" Ajak Sindi.

"Gak ah males!" Tegas Reza.

"Ambil HP aku di situ!" Pinta Bagas seraya menunjuk ke arah meja didekat tembok.

Sindi langsung mengambil dan memberikannya kepada Bagas.

"Mau pada makan apa?" Tanya Bagas.

"Burger ukuran besar dan fried chicken spicy" Ujar Sindi.

Pelukan TuberkulosisHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin