Bab 4 Kehangatan

6 3 1
                                    

Dukkkk

Kepala Anjas membentur laci kecil, karena keadaannya masih mengantuk. Anjas pun kembali meneruskan tidurnya, hanya beralaskan jaketnya yang ia bentangkan agar tubuhnya tidak bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai rumah sakit.

"Duhhhhh!" Lirih suara Zayan yang baru tersadar langsung membuat Anjas terbangun dari tidurnya.

"Zay! Lu aman kan?" Tanya Anjas memastikan.

"Gua dimana? Reza mana?" Tanya Zayan seraya memegangi lengan kirinya.

"Lu sekarang di rumah sakit, Reza yang bawa lu kesini, " jelas Anjas dengan ekspresi setengah mengantuk.

"Sekarang Reza dimana?" Tanya Zayan lagi.

"Dia tadi ngurusin dulu pelaporan ke kantor polisi, mungkin sekarang lagi istirahat di rumahnya, udah lu tidur lagi udah malem ini!" Ujar Anjas sedikit memberi penjelasan.

"Eh bentar," ucap Zayan.

"Apa lagi!" Tanya Anjas dengan nada agak kesal.

"Kita pulang sekarang aja ya, gua lagi gak ada duit buat biaya rumah sakitnya." Ucap Zayan dengan ekspresi khawatir.

"Lu belum sembuh, udah sekarang istirahat dulu aja, masalah biaya gimana nanti aja!" Sahut Anjas.

Zayan pun kembali membaringkan tubuhnya, Anjas lalu terduduk dilantai dengan bersender pada tempat tidur. Seraya mengusap wajah, sebenarnya Anjas juga merasa khawatir akan biaya rawat inap. Sebab sedari sore Bagas belum kunjung kembali ke rumah sakit, bahkan saat ini Anjas harus menahan rasa lapar. Karena ia tidak membawa uang sepeserpun.

Hingga akhirnya Anjas kembali terlelap tidur dengan posisi terduduk. Keadaan ruangan rumah sakit yang mulai sepi dan hawa dingin yang menyelimuti. Menjadi semakin terasa, sebab waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Heyyyyy....bangun!" Suara perempuan yang terdengar sayup oleh Anjas, yang ternyata itu adalah Sindi yang datang ke rumah sakit.

"Hmmmm, apaan?" Tanya Anjas dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Sudah makan belum? Nih aku bawa makanan!" Ujar Sindi seraya menyodorkan kantong kresek berisi makanan ringan, nasi, beserta air minum.

Mendapati hal tersebut, Anjas langsung mengambil makanan yang diberikan Sindi. Bahkan Zayan juga kembali bangun karena mencium aroma lezat dari makanan. Hingga akhirnya Anjas dan Zayan memakan makanan tersebut dengan lahap.

"Wajah bengkak gitu tapi makan rusuh," ucap Sindi kepada Zayan, yang hanya dibalas senyuman oleh Zayan.

"Lu kok bisa tau kita disini?" Tanya Anjas seraya makan.

"Ya aku tadi dikabari sama Ibu nya Reza, dan katanya teman Reza ada yang harus dirawat dulu,"
"jadi ya mumpung kebetulan ngelewat sini jadi mampir dulu sembari nganterin makanan." Jelas Sindi.

"Thank's lu udah bawain makan buat kita, tau aja kalau kita lagi kelaperan." Ucap Anjas yang dibarengi anggukan Zayan.

Menanggapi hal tersebut Sindi hanya tersenyum manis, namun Zayan merasa ada yang janggal akan senyuman Sindi tersebut. Lalu Sindi pun berpamitan dan bergegas pulang karena sudah ditunggu sang Kakak di parkiran. Zayan dan Anjas mengucapkan terimakasih. Akan tetapi lagi dan lagi Zayan merasa janggal akan tatapan mata yang seolah tidak selaras dengan senyuman dari Sindi.

Walaupun begitu Zayan tidak berani mengatakan apapun. Hingga akhirnya mereka berdua selesai makan dan Anjas harus membantu Zayan yang ingin ke toilet untuk buang air kecil.

_____
_____

Keesokan hari matahari bersinar dengan cerahnya, langit biru terpampang dengan jelas yang ditemani segumpalan awan.

Pelukan TuberkulosisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora