________Taehyung sampai di penthousenya, dia keluar dari mobil dan berjalan masuk tapi langkahnya terhenti saat seseorang menariknya dan mengukungnya di pilar basement.
"Jungkook? lepaskan aku sialan." Taehyung memberontak dan memasang ekpresi jijik oleh setiap setuhan jungkook.
"Tae tolong dengarkan aku, maafkan aku—"
Plak'
"Aku bilang lepas dan tidak ada yang perlu di bicarakan lagi."
Setelah memberi tamparan keras di pipi jungkook, taehyung berlari pergi tidak membiarkan jungkook berbicara lagi padanya.
"Sial." Umpat jungkook kesal sambil memainkan pipi dalamnya.
Tamparan taehyung sangat keras membuat pipinya nyeri tapi lebih nyeri hatinya karena penolakan dan kebencian yang diberikan taehyung padanya.
Jungkook kemudian masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan kawasan penthouse taehyung dengan hati kecewa.
Sedangkan taehyung didalam lift mengigit jarinya dengan perasaan bersalah. Apa dia menampar jungkook terlalu keras? Taehyung tidak ingat karena tadi dia begitu marah saat melihat wajah jungkook. Tapi itu sepadan karena jungkook telah menyakitinya.
"Pasti sangat keras." Bisik taehyung sambil menatap tangannya yang memerah. "Tapi bodo amat."
Taehyung keluar dari lift dan berjalan ke arah penthousenya.
"Kau sudah pulang."
Taehyung yang baru membuka pintu kaget saat mendengar suara ibunya.
"Ibu?."
"Kemarilah ibu ingin berbicara." Panggil nyonya kim sambil menepuk sofa disebelahnya.
Taehyung menghela nafas dan berjalan menuju ibunya , dia meletakkan tasnya dan menidurkan kepalanya di paha ibu yang sangat dicintainya.
"Kau menolak jungkook lagi?."
"Apa ibu yang menyuruhnya datang kesini?."
Taehyung mendongak untuk menatap ibunya dan nyonya kim hanya mengangguk sambil mengusap rambut putra bungsunya yang sangat dicintainya itu.
"Semua orang pasti membuat kesalahan tidak terkecuali jungkook, tapi sampai kapan kau akan lari seperti ini saat hatimu masih mencintainya." Ucap nyonya kim sambil tersenyum lembut pada putranya.
Taehyung bungkam, dia tidak tau harus menjawab atau menanggapi seperti apa. Dia sangat bingung dengan perasaannya saat ini tapi yang pasti untuk sekarang taehyung sangat membenci pria bernama jungkook itu.
"Sangat sulit untuk memaafkannya ibu karena disini sudah terlanjur sakit." Taehyung menunjuk dadanya sendiri.
Nyonya kim tetap tenang, dia menunduk dan mencium kening putranya lembut. "Anakku, jika kau masih melanjutkan ini, ibu yakin kalian berdua akan sama-sama tersakiti."
"Tapi dia menghianati tae dan meninggalkan tae ibu. Bajingan itu pembohong, dia mengingkari semua janjinya."
"Tapi dia memiliki alasan—"
"Istrinya?." Potong taehyung langsung. "Mungkin dia mencintai istrinya."
Nyonya kim menggeleng, "itu tidak benar."
"Kenapa ibu malah membelanya saat semuanya sudah jelas jika dia menyakiti hati tae sampai titik terendah."
Taehyung bangun, dia berdiri dan berlari ke arah kamarnya dengan air mata berlinang. Kenapa semua orang tidak mengerti perasaannya, kenapa mereka malah membela jungkook pria brengsek yang telah menghancurkan hatinya.
"Kalian tidak mengerti, tidak tapi lebih tepatnya kalian memang tidak mau mengerti."
Taehyung menjatuhkan dirinya ke ranjang dengan tangisan keras. Dia benci hidupnya, dia benci orang-orang yang tidak mau mengerti dan memilih membelanya dari pada dirinya.
"Aku lelah, aku capek tidak bisakah kalian paham itu." Gumam taehyung dengan mata terpejam.
Dia menarik selimut dan meringkuk di atas ranjang lalu menangis semalaman tidak menghiraukan panggilan ibunya.
______
"Apa taehyung menampar mu terlalu keras nak jungkook?"
Nyonya kim menatap pipi jungkook yang terlihat memerah dengan cap lima jari yang membekas di pipinya.
"Saya pantas mendapatkan ini ibu." Jawab jungkook dengan senyum tipis.
"Kalo aku jadi tae, udah pasti aku bakal meninju hidungmu juga bukan hanya sekedar tamparan saja." Ucap jimin sambil menahan tawa.
Jungkook menatap jimin tajam tapi beberapa saat kemudian dia menghela nafas. "Ibu, apa tae tidak akan pernah memaafkan jungkook."
Nyonya kim menyesap tehnya dan menatap calon menantunya. "Dia masih sangat menbecimu jadi untuk saat ini jangan muncul didepannya sampai dia benar-benar tenang."
"Tapi—"
"Udahlah kook cuma sementaranya doang sampe hati dia tenang dan untuk sekarang kamu fokus aja sama perusahaan dan anakmu. Lagian mungkin taehyung kek gitu karena merasa kamu pasti akan mengejarnya jadi untuk sekarang menghilanglah dulu." Nasehat jimin sambil menepuk-nepuk bahu jungkook.
"Baiklah." Pada akhirnya dia harus setuju, jika memang taehyung tidak ingin melihat wajahnya maka sebisa mungkin dia harus menghindar dari pandangannya agar pria yang dicintainya tidak semakin membencinya.
"Hanya sementara nak jungkook dan ibu memiliki rencana bagaimana membuat taehyung melupakan kebenciannya padamu."
Nyonya kim tersenyum dan jimin juga ikut tersenyum. Jungkook sempat diam tapi dia kemudian terkekeh saat ibu mertuanya sangat baik ingin membantunya walaupun dia pernah menyakiti hati putranya.
"Percayalah taehyung sangat mencintaimu tapi dia masih sakit saja."
Jungkook mengangguk dan mengucapkan terimakasih karena dia masih diberi kesempatan untuk bisa menjadi pendamping taehyung.
Disisi lain taehyung yang baru bangun tidur mengambil handphone nya dan mengernyit saat membaca pesan yang masuk padanya.
"Wajar jika hatimu amat sakit, itu artinya cintamu sangat besar padanya."
Pesan yang terima taehyung dari nomer yang tak dikenal.
JANGAN LUPA VOTE ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
VOGUE ( bl 21+ ) | Jjk+Kth
Fanfiction"Jungkook, aku ingin kau berada di dalam ku." Ucap Taehyung dengan tatapan menggodanya. "Kau benar-benar seorang jalang Tae." Jungkook mengeram, dia merasa nasibnya sial karena menjadi satu tim dengan Taehyung si pria penggoda. Jungkook juga harus...