9

48 8 7
                                    

Matahari pagi menembus kaca hingga memberikan penerangan ke dalam kamar yang dibuat gelap jika malam. Sinar mengusik tidur lelap gadis cantik yang baru saja tidur pukul dua.

Peregangan tubuh dilakukan sebelum akhirnya duduk walaupun mata masih tertutup. Sudah lebih dua menit dia diam untuk mengumpulkan jiwa. Dengan sedikit kehidupan, sepasang kaki itu turun bergantian ke lantai, berjalan keluar dari ruang tidur menuju dapur.

Segelas air ia bawa lalu duduk di salah satu kursi di ruang makan.

"Pagi," sapa seseorang yang membuat sang empu membuka mata lebar dan menoleh dengan begitu kencang.

Lelaki dengan senyum manis yang lebar.

Astaga, dia lupa. "Ya ampun," keluhnya dengan lesu. Ia meneguk air lagi untuk menetralisir kekesalan yang entah tiba-tiba saja muncul.

"Kenapa dengan wajah mu? Kan kau sendiri yang menyuruh ku menginap." Jungkook terkekeh.

Krystal menunduk sebentar lalu menatap lelaki disebelahnya.

Benar. Semalam Krystal yang menyuruh Jungkook menginap. Bukan apa-apa, tapi bocah tujuh belas tahun itu semalam datang dengan darah diwajahnya. Sebagai seorang manusia yang memiliki hati, ia tidak bisa tidak mengajak Jungkook masuk kerumahnya.

"Luka mu sudah lebih baik?"

"Ya, lumayan. Semalam kau merawat ku dengan baik," jawab Jungkook.

Krystal terdiam. Lalu mengambil nafas dan bertanya lagi. "Apa yang terjadi pada mu?"

Sorot mata Jungkook fokus pada Krystal. Senyum tadi lama-lama mengendur dan hilang dari wajahnya.

"Kau berkelahi lagi dengan Eunwoo? tanya Krystal lagi.

"Berkelahi, ya. Dengan Eunwoo, tidak."

"Lalu siapa?" Suara Krystal semakin lirih ketika melihat sorot mata Jungkook yang semakin terlihat sedih.

"Ayah ku."

Krystal terkejut bukan main.

"Ayah mu? Dia memukuli mu?"

Jungkook tersenyum getir. "Sebenarnya kami saling memukul."

"Apa?!"

"Ya, begitulah." Kepala Jungkook tertunduk.

Melihat itu, Krystal dengan pelan menangkup wajah Jungkook. Kalau tidak salah lihat, ia melihat adanya setitik air dari ujung mata bulat itu.

"Apa yang terjadi? Apa kau ingin aku melaporkan ini pada polisi?" Ibu jari Krystal bergerak pelan di pipi Jungkook.

"Aku hanya ingin mati."

Sontak perkataan itu membuat Krystal tergugu, dengan cepat ia membawa kepala Jungkook ke dalam pelukannya.

"Jangan mengatakan hal seperti itu," kata Krystal sambil mengeratkan pelukan. "Jika kehidupan terlihat buruk namun kematian pun belum tentu baik."

"Aku ... Aku boleh memeluk mu?"

"Peluk aku."

Dengan izin Jungkook melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Krystal. Menarik perempuan itu hingga berhimpitan dengannya.

Tenang ... Ini sangat menenangkan. Pelukannya hangat. Jungkook menyukainya. Bukan hanya pelukan, Jungkook juga menyukai Krystal. Dari awal pertemuan mereka.

Mereka terlarut dalam keadaan. Hingga akhirnya Krystal bersuara, "Kau bisa cerita pada ku jika kau mau, tapi aku tidak akan memaksa jika kau memang tidak ingin."

𝓜𝓲 𝓒𝓪𝓼𝓪Donde viven las historias. Descúbrelo ahora