𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒘𝒆𝒏𝒕𝒚 𝑭𝒊𝒗𝒆

138 27 108
                                    

𝟐𝟓. 𝑲𝒆𝒈𝒊𝒍𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒑𝒖𝒕𝒖𝒔𝒂𝒏 𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓

.
.
.

Bandara internasional Incheon—

Setelah mendapatkan telpon dari Namjoon, orang itu langsung mencari tahu terminal keberangkatan. Setelah nya dia menunjukkan tiket kepada petugas di pintu masuk bandara. Kemudian pergi ke counter untuk check in.

Tapi baru juga mau mengantri—karena banyak yang juga berangkat di jam yang sama dengan pesawat yang sama pula, orang itu menghentikan langkah nya saat melihat beberapa orang polisi yang berada di sana seperti mengecek satu per satu orang yang akan pergi juga.

Karena memang, sebelum menuju gate keberangkatan, petugas bandara mengecek identitas para penumpang juga. Dan di sinilah, dia terjebak. Apalagi saat melihat polisi, mungkin mereka sudah tahu kalau dia akan melarikan diri ke luar negeri.

Dengan gerakan perlahan, dia coba bergerak mundur agar tidak ketahuan. Dia menahan nafas nya karena gugup.

Prak!

Dia terkejut saat dia menabrak seseorang membuat beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Mungkin karena tabrakan itu menimbulkan suara cukup kencang karena ponsel orang yang dia tabrak jatuh ke lantai.

Tapi yang membuatnya terkejut, adalah orang yang ia tabrak ternyata salah satu polisi. Matanya membulat sempurna, “Mati aku!” gumam orang itu lirih.

Polisi itu pun terkejut, “Kau.” dia ingat kalau tadi sersan Kim bilang kalau ciri cirinya ada luka di pipi.

“Benar. Itu kau!”

“Aaish, shit!”

Grep!

Hoseok mencekal pergelangan nya, “Mau ke mana kau? YA! KALIAN SEMUA—AAARGH!”

Hoseok berteriak saat matanya di semprot dengan semprotan merica cair. Dengan mata yang tertutup karena perih, dia berteriak pada rekannya yang lain, “YA! TANGKAP DIA CEPAT!!!”

Segera, setelah titah itu mereka pun berbondong-bondong untuk mengejar orang itu. Jadilah, sore itu mereka mengelilingi satu bandara untuk mengejar orang itu yang sialnya larinya cepat sekali.










Karena sudah terdesak dan terkepung, dia memutuskan sembunyi di dalam bilik toilet. Karena terburu-buru, dia jadi menjatuhkan barang bawaan nya tadi. Yaa, lebih penting dirinya sendiri sih daripada barang bawaan nya.

Dengan tangan yang gemetar dan nafas yang memburu, dia mengambil ponsel nya di saku jaket dan menelpon Namjoon. Tapi sayangnya, beberapa kali di telpon pun tak kunjung di angkat oleh Namjoon.

“Aaargh, sial! Aku tidak mau tertangkap, tapi kenapa bos tidak mengangkat telpon ku?” rutuknya sambil mengacak acak rambut nya frustasi.

Di saat kepalanya sedang berpikir bagaimana cara untuk melarikan diri, dia melihat ada ventilasi di dalam bilik toilet. Mungkin dia bisa melarikan diri lewat sana agar tidak ketahuan.

Maka dari itu, dia pun beranjak menaiki kloset dan membuka penghalang ventilasi itu lalu memanjat untuk keluar.

Brakh!

Dia tersenyum puas saat berhasil mendarat mulus di luar, namun—

Click!

Matanya membulat sempurna saat melihat salah satu polisi yang tadi ia semprot dengan cairan merica sudah ada di depan nya dan menodongkan pistol di depan nya.

PAYBACK TIME✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang