⨳ 042 :: �

968 78 14
                                    

One month passed..

Suara teriakan menggema diruangan gelap itu. Marvin benar-benar menyiksa pria itu dengan brutal hanya karena kesalahan kecil. Semenjak hilangnya Helena, Marvin benar-benar seperti seorang iblis.

Para anak buahnya menunduk begitu Marvin melewati mereka. Marvin berjalan masuk ke kamarnya dengan keadaan pakaian dan tangannya dipenuhi darah-darah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan noda-noda tersebut.

Marvin memejamkan matanya begitu air shower mulai membasahi tubuhnya. Kepalanya terasa sakit saat mengingat kembali mengenai tentang Helena. "Shit, kau benar-benar membuatku gila Helena,"

Setelah Marvin menyelesaikan mandinya, dia naik ke atas ranjang berniat untuk beristirahat lebih awal saat ini. Namun baru saja dia duduk seekor kucing yang dulu pernah dia temukan tiba-tiba naik duduk diatas pangkuannya.

Kucing tersebut semakin besar dan berisi tentunya, para pelayan disini benar-benar menjaga kucing tersebut dengan baik. "Kemana kamu pergi Helena?" Gumam Marvin mengusap lembut kucing tersebut.

"Apakah ucapan aku benar-benar menyakiti mu hingga kau pergi?" Marvin menghela nafas. Dia mengangkat kucing itu untuk dia pindahkan disampingnya. Marvin tertidur dengan kucing tersebut yang ikut tertidur disampingnya. Selama Helena pergi, Marvin kini tidur sendiri sesekali ditemani oleh kucing tersebut.

Paginya Marvin melakukan kegiatannya seperti biasa. Sebagai seorang CEO dan pemimpin mafia. Soal mengenai James, Marvin sudah mengetahuinya dari satu bulan yang lalu. Sekarang James sudah Marvin asingkan ke sebuah negara yang jauh dari Italia. Sedangkan Jasmine memutuskan untuk pergi juga meninggalkan negara Italia.

Marvin benar-benar kesepian sekarang, hari-hari nya terasa lebih hampa mengingat kehadiran Helena yang sudah tidak lagi disampingnya. Menyesal? Tentu saja dia menyesal begitu mengetahui fakta tersebut.

Bahkan saat pertama tahu mengenai fakta itu, Marvin hampir saja membunuh dirinya sendiri jika saja tidak ada Luis yang menyadarkannya. Marvin juga saat ini tidak tinggal diam, dia sudah menyerahkan banyak anak buahnya untuk mencari keberadaan Helena setelah dia mengetahui fakta yang sebenarnya.

"Ini sudah lewat makan siang Marvin, kau harus makan jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan mu." Ujar Gino yang sedari tadi menunggu Marvin untuk makan siang bersama. Namun Marvin masih begitu sibuk dengan laptop dihadapannya.

"5 menit lagi aku akan menyelesaikannya." Jawab Marvin. Gino hanya dapat menghela nafasnya berat, sekarang hanya dirinya yang harus memperhatikan jadwal makan Marvin karena biasanya Jasmine atau mungkin Helena yang melakukan ini. Sekarang harus bagaimana lagi? Hanya dia sebagai teman sejak masa di kampusnya yang dapat di andalkan.

5 menit sudah berlalu, Marvin menepati janjinya. Dia segera menutup laptopnya lalu mengajak Gino untuk segera makan siang. Akhirnya Gino dapat menghela nafas lega, karena dia sudah merasa lapar sedari tadi menunggu Marvin.

"Bagaimana proyek besar-besaran yang dikerjakan Luis? Apakah dia belum kembali dari Malino?" Tanya Marvin membuka topik ditengah-tengah makan siang mereka.

Gino menggelengkan kepalanya. "Belum, kemungkinan lusa nanti dia akan segera pulang." Ujar Gino.

"Ah, aku baru ingat. Luis mengatakan saat berada disana dia bertemu dengan seorang ketua mafia juga, dan nanti saat pulang dia juga pasti akan membicarakan ini denganmu," tambah Gino. Marvin mengerutkan keningnya.

"Seorang ketua mafia? Seperti apa mereka? Apakah latar belakangnya sudah meyakinkan jika bisa bekerjasama denganku?"

"Mafia itu berkebangsaan Amerika, sayangnya Luis belum memberitahu secara lengkap tentang latar belakangnya, kita bisa menunggu saja saat kepulangannya nanti untuk mendiskusikan tentang ini." Ucap Gino. Marvin menganggukkan kepalanya. Mereka kembali melanjutkan makan siangnya sebelum melanjutkan pekerjaan kantor yang menumpuk.

⌑ 𖣯 ⌑

Marvin yang tengah duduk bersantai di taman miliknya menoleh begitu melihat kedatangan Sean dan Rylie dengan tas koper ditangan mereka masing-masing.

Sean dan Rylie menundukkan kepalanya sekilas seperti biasanya. "Maaf jika kita mengganggu waktu bersantai mu, aku disini akan melaporkan keuangan hasil penjualan." Ujar Sean menaruh koper itu lalu disusul oleh Rylie.

Saat Sean membuka koper, sudah terlihat begitu banyak uang didalam sana, begitu juga dengan koper yang Rylie bawa. Semua itu adalah hasil dari penjualan barang-barang ilegal yang Marvin jual ke hampir setiap negeri.

Marvin tersenyum melihat banyaknya uang disana. "Good job, aku bangga pada kalian berdua. Bulan ini aku akan menambahkan bayaran pada kalian." Ujar Marvin membuat Sean dan Rylie ikut tersenyum. Orang mana yang tidak bahagia mendapatkan tambahan bayaran bukan?

Mengenai Rylie, sekarang dia membantu Sean dalam penjualan itu. Sudah jelas beberapa hari ini karena mungkin keadaan sudah semakin normal, Sean dan Rylie akan terlihat sering berpergian keluar negeri.

"Bagaimana dengan informasi mengenai Helena?" Tanya Marvin tiba-tiba membuat raut wajah Sean dan Rylie berubah. Rylie menghela nafas berat.

"Sampai saat ini, maaf kami belum menemukan informasi Helena. Tidak ada jejak dari setiap bandara mengenai itu, kemungkinan Helena masih berada di Italia." Ucap Rylie.

"Baiklah jika begitu, simpan kembali uang-uang itu dan kalian bisa pergi." Ujar Marvin. Setelah itu Rylie dan Sean pergi meninggalkan Marvin untuk menyimpan semua uang-uang tersebut.

Marvin menyandarkan punggungnya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Walaupun situasi sekarang sudah bisa dikatakan cukup normal tidak ada masalah, namun semua itu tidak dengan hatinya. Hatinya benar-benar kosong semenjak kaburnya Helena malam itu.

"Cinta benar-benar bisa merubah kehidupan seseorang." Gumam Marvin tersenyum tipis. Sepertinya sekarang dia tahu mengapa orang tidak bisa hidup tanpa cinta, karena setelah mereka menemukan seseorang yang mereka cintai tidaklah mudah jika harus melepaskan begitu saja.

Seseorang akan melakukan segalanya demi menggapai seseorang yang dia cinta, termasuk dirinya sendiri. Dia mencari kemana-mana mengenai Helena, semua itu hanya demi Helena. Cinta benar-benar sudah berhasil membutakan Marvin.

"Damn, Helena." Marvin mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya dipenuhi dengan Helena, dia bisa banyak menghabiskan waktu dengan bekerja hanya agar tidak memikirkan Helena. Setiap dirinya mencoba untuk bersantai, bayang-bayang Helena terus menghantuinya.

Dia tidak tahu bagaimana caranya agar tidak bersikap kasar, karena itu seperti sudah begitu melekat pada dirinya. Sebelum rencana dia mengajak Helena kembali untuk bergabung, ada beberapa hari yang Marvin habiskan mendengar ocehan Jasmine bagaimana cara bersikap lembut pada wanita.

Terlihat konyol bukan? Marvin dalam beberapa hari mendengarkan semua ocehan tersebut. Tapi sepertinya semua itu tidak berpengaruh apapun untuk Marvin, dia tetap bertindak kasar pada Helena. Tujuan awalnya hanya untuk sekedar membantu mengembalikan berlian dan menangkap James saja.

Namun lambat laun, Marvin mulai menyadari sesuatu. Dia menginginkan Helena lebih dari itu, dia mulai melakukan apapun untuk Helena walaupun masih terlihat kasar oleh Helena terkadang. Marvin menginginkan Helena sepenuhnya, semua tentang Helena berhasil membuatnya candu.

Marvin merindukan bagaimana dia mendekap tubuh yang lebih mungil darinya itu, Marvin juga merindukan bagaimana kedua bibir mereka beradu dengan panas diatas ranjang, Marvin merindukan suara cantik yang selalu menghiasi harinya yang gelap, Marvin merindukan semua itu. Apakah semuanya sudah terlambat untuk Marvin? Dia baru menyadari satu hal, bahwa dia sudah jatuh pada pesona seorang Helena.

Seandainya saja dia tidak meninggikan ego nya saat itu, mungkin Helena masih berada disisinya saat ini. Marvin terlalu tersulut emosi hingga tidak pernah sadar sudah menyakiti wanita itu terlalu dalam. Padahal dia tahu bahwa latar belakang Helena yang begitu malang, mengapa dia justru semakin membuat wanita itu semakin terpuruk? Marvin bodoh.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

MAFIA | markhyuck Where stories live. Discover now