⨳ 026 :: �

1.3K 77 4
                                    

Pada paginya, rapat tersebut baru dilakukan. Helena juga tetap hadir disana menggunakan mantel tebal seperti orang-orang saat dimusim salju karena badannya sedikit karena masuk angin. Dia terpaksa datang karena dipaksa oleh Marvin sendiri.

Semua anggota disana menatap Marvin tidak mengerti tetap membawa Helena dalam keadaan seperti itu. "Marvin kamu benar-benar sudah gila?" Celetuk Jasmine menatap Helena khawatir.

"Tidak Jasmine, sudah aku tidak apa-apa." Helena yang justru menjawabnya. Jasmine menatap Marvin tak percaya yang hanya diam saja tidak menjawab apapun.

"Rapat akan saya mulai, harap tidak ada yang berbicara diluar topik kita hari ini." Marvin membuka suara menatap anggota-anggotanya satu persatu kecuali Helena. Dia benar-benar mengabaikan Helena yang padahal bibirnya sudah pucat.

Setelah Marvin membuka suara, sekarang mereka semua bisa mengatakan hasil apa yang mereka dapatkan selama satu minggu ini. Dimulai dari Gino, Sean dan Luis yang mengatakan selama pengamatan di bandara dan pelabuhan.

"Mereka melelangnya." Ucap Ashley saat gilirannya. Semua arah pandang sontak tertuju padanya apalagi Marvin. Tapi kemudian mereka dikejutkan saat tiba-tiba Jasmine menggebrak meja.

"Aku tahu! Ashley benar bahwa berlian itu dilelang. Aku tahu dimana mereka akan melelangnya, acara itu akan dilakukan dalam minggu dekat ini." Kata Jasmine menatap Rylie sebentar lalu beralih pada Marvin.

"Saran yang bisa aku keluarkan adalah, kita harus ikut serta dalam acara pelelangan itu untuk mendapatkan berliannya kembali." Sahut Rylie. Marvin tersenyum kecil, masih ada rasa lega, setidaknya berlian itu masih ada disekitar sini.

"Tapi sepertinya jika rencananya akan seperti itu aku tidak akan turun langsung." Ucap Marvin. Seperti biasanya, jika ada sebuah rencana mengenai dunia mafianya dia tidak pernah turun langsung melakukannya.

"Aku yang akan melakukannya," sahut Sean. Marvin menoleh padanya dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku setuju, Sean pasti bisa melakukan ini. Jika bisa aku juga akan ikut bersamanya," kata Luis ikut membuka suara.

"Apakah aku benar-benar bisa mempercayai kalian untuk mendapatkan berliannya kembali?" Tanya Marvin mengangkat satu alisnya menatap Luis dan Sean bergantian.

Sean mengangguk tegas. "Akan aku pastikan, berlian itu akan jatuh padaku." Jawab Sean mencoba meyakinkan Marvin.

"Setelahnya nanti aku akan datang membawa berlian itu," celetuk Jasmine. Marvin tertawa kecil menepuk-nepuk pucuk kepala Jasmine yang kebetulan berada didekatnya.

"Cukup pintar. Luis bisa mengabari yang lain untuk menyusul nanti mencuri berlian tersebut." Kata Marvin mantap. Dia melirik sebentar pada Helena yang sedari tadi masih diam menyimak mereka.

"Aku dan Helena akan menunggu keberhasilan kalian didalam mobil untuk memberikan kejutan pada James." Lanjutnya tersenyum tipis. Helena sontak menoleh membalas tatapan Marvin, namun belum lama dia segera mengalihkan kembali pandangannya.

Marvin berdiri, anggota mafia yang lain juga ikut berdiri. "Cukup singkat rapat ini, saya percaya pada kalian semua dapat menanganinya dengan baik." Ucap Marvin menutup rapat sambil menatap satu persatu bawahannya.

Marvin menggendong Helena keluar dari ruangan itu, namun tidak membawanya ke kamar. Tapi Helena justru dibawa Marvin ke mini dapur pribadinya dilantai tiga. Dia mendudukan Helena diatas meja makan. "Badanmu masih sakit?" Tanya Marvin merapihkan rambut Helena.

"Aku tidak apa-apa." Jawab Helena seadanya, padahal sudah jelas dia berbohong. Marvin mengecup lembut bibir Helena saat melihat bibir yang biasa berwarna cherry kini terlihat begitu pucat.

"Aku lupa untuk memberimu makan, aku akan membuatkannya." Belum sempat Marvin bergerak, Helena sudah kembali memeluknya melingkarkan tangannya erat dileher Marvin.

"Aku tidak mau," ucap Helena lemas menggelengkan kepalanya. Marvin mengusap sekilas punggung Helena dan mengecup pucuk kepalanya.

"Kamu harus makan agar cepat pulih kembali, kau harus ikut untuk misi tadi Helena." Kata Marvin lalu melepas pelukannya dan mulai memasakan sup hangat yang dia bisa.

Inilah salah satu alasan mengapa dia membuat dapur minimalis di lantai 3, karena dia memang bisa memasak sedikit-sedikit. Dan dia ingin melakukan itu secara pribadi tanpa ada yang menganggu, berbeda dengan dapur yang berada dilantai 2 dan 1 karena disana ada banyak pelayan yang memasakan makanan. Marvin tidak nyaman jika harus melakukannya disana.

"Mengapa dia tidak mengambil makanan ke bawah saja daripada harus membuat sendiri.." gumam Helena memperhatikan punggung Marvin.

Setelah membuat sup hangatnya, Marvin juga menyuapi Helena untuk makan. Dan Marvin kembali menggendong Helena untuk ditidurkan ke kamar setelah memberikannya makanan. Marvin melepaskan juga mantel yang asalnya Helena pakai, entah apa yang membuatnya tiba-tiba bersikap lembut lagi pada Helena.

"Marvin.. temani tidur disini." Rengek Helena saat Marvin hendak pergi setelah menidurkannya. Dan Marvin ternyata tetap mengabulkan permintaan Helena, dia tidur disamping Helena dan memeluknya.

"Terimakasih." Kata Helena memeluk Marvin erat. Marvin tidak menjawab apapun hanya berdehem kecil, tangannya mengusap-usap pantat Helena. Jangan tanyakan mengapa pantat yang justru Marvin usap, karena tangan Marvin sudah otomatis terbiasa terarah ke sana.

Marvin menundukkan kepalanya memperhatikan Helena yang tertidur, tanpa diminta sudut bibirnya sedikit terangkat. "Hanya aku yang boleh menyakitimu, dan hanya aku yang bisa mengobatinya." Bisik Marvin mengecup pucuk kepala Helena.

⌑ 𖣯 ⌑

"Kalian sudah mempersiapkan semua mengenai acaranya?" Tanya James pada beberapa anak buahnya yang kini mereka semua sedang berkumpul.

"Kita hanya menunggu hari saja, semua sudah selesai kami siapkan. Akan ada banyak petinggi-petinggi yang datang malam nanti." Ujar Axel yang menjawabnya. James tersenyum dan mengangguk.

"Bagus, saya harap tidak terjadi sesuatu kekacauan nanti. Setelah berlian itu berhasil dilelang, segera siapkan tiket pesawat untuk ke Prancis. Saya akan pergi kesana malam itu juga." Ucap James.

"Mengapa boss pergi keluar negeri sangat cepat?" Sahut Grey bertanya. Beberapa anak buah disana mengangguk seolah mereka semua juga memiliki pertanyaan yang sama seperti Grey.

James sontak menoleh sekilas pada Grey sebelum menjawab. "Saya mempunyai seorang kenalan yang tinggal di Prancis, setelah kita mendapatkan uang itu. Saya akan meminta kenalan disana untuk membantu kembali membangun perusahaan."

"Mengenai perusahaan aku percayakan pada Axel sementara waktu, kalian juga bisa membantunya agar perusahaan bisa kembali berkembang." Lanjut James.

"Terimakasih telah mempercayakan padaku, aku berjanji untuk menjaga dengan sepenuh hati." Axel berdiri untuk sedikit membungkukkan badannya sekilas pada James sebelum kembali lagi duduk seperti semula.

Setelah mereka lama membicarakan mengenai beberapa hal, James keluar dari ruangan tersebut untuk pergi ke sebuah tempat. Dia membawa mobilnya ke salah satu perusahaan yang masih berada didalam kontrak perusahaan, itu adalah perusahaan Marino.

"Apakah diantara kalian mengetahui informasi mengenai Helena?" Celetuk James tiba-tiba membuat kerutan dahi muncul pada beberapa anak buahnya. Pasalnya, sudah sangat lama James tidak membicarakannya dan baru saat ini menanyakan mengenai Helena.

"Aku sudah lama sekali tidak mengetahui kabarnya, tiba-tiba aku merindukan Helena." Lanjut James menatap sendu ke depan.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) MAFIA | markhyuckWhere stories live. Discover now