Jasmine berjalan cepat dilorong perusahaan mencari keberadaan Luis. Dia sudah kesana kemari mencari Luis yang tidak ada di mansion. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk ke kantor. Biasanya Luis akan ada diruangan Gino. Berharap saja Luis ada disana.
Begitu pintu dibuka akhirnya Jasmine bernafas lega begitu disana memang ada Luis dan Gino yang sedang berdiskusi. Dia berjalan mendekati mereka dan mendudukkan dirinya disofa samping Luis.
"Ada apa kamu kemari?" Tanya Luis begitu melihat Jasmine disampingnya yang sudah menatapnya khawatir. Jasmine sempat melirik pada Gino yang juga menatapnya, hal itu membuat Jasmine sepertinya harus mengurungkan apa niatnya kemari. Dia menggelengkan kepalanya sebagai respon.
"Ada yang kau sembunyikan sepertinya." Celetuk Gino yang melihat sikap Jasmine tidak seperti biasanya. Karena Jasmine jika sudah mencari-cari seperti ini jarang sekali untuk mengurungkan ceritanya. Dia juga akan bersikap selalu heboh, dan kali ini terlihat sekali wajahnya yang begitu panik hingga keringat dingin bercucuran dipelipisnya.
"Apakah ini tentang James?" Jasmine sontak membulatkan matanya saat Luis menyebutkan nama yang ingin dia ceritakan. Gino mengangkat satu alisnya tidak mengerti apa yang Luis katakan.
"Kau tahu? Jasmine berhubungan begitu dekat dengan James tanpa sepengetahuan kita." Ungkap Luis bercerita pada Gino didepan Jasmine sendiri. Jasmine diposisinya sudah panik apalagi saat Gino sudah menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
"Sudah aku katakan, aku sama sekali tidak mengetahui hal itu." Protes Jasmine menyenggol Luis. Gino masih setia menatapnya, Jasmine menghela nafas berat.
"Aku benar-benar tidak tahu bahwa James adalah sasaran kalian saat ini, lagipula sekarang aku sudah menjauhinya. Namun James justru menjadi sering menguntit aku kemanapun, seolah dia tahu bahwa aku akan pergi." Lirih Jasmine. Dia membuka ponselnya memberikan beberapa gambar mengenai isi chat dia dengan James pada Luis dan Gino.
"Bukankah ini lebih kita katakan pada Marvin?" Kata Gino setelah melihat isi ponsel Jasmine. Dia meletakkan ponselnya dimeja menatap Jasmine.
"Jika Marvin marah bagaimana?" Raut Jasmine sudah begitu sedih. Dia menyesal saat tahu memang James yang mencuri berlian Marvin. Gino tersenyum kecil dan menggeleng.
"Tidak akan, justru jika sudah seperti ini lebih baik kamu meminta bantuan pada Marvin. Dia tidak akan memarahimu, aku yang akan mengatakannya tenang saja." Ujar Gino menenangkan Jasmine. Jasmine mendengus dan mengangguk.
"Apa yang kalian rencanakan selanjutnya pada James?" Jasmine melirik pada laptop dihadapan Luis. Dia membaca isi-isinya.
"Gila, apakah ini data-data mengenai perusahaan Pietro?" Jasmine berdecak kagum melihat isinya. Dia menatap Luis dan Gino bergantian setelah membaca isinya. Namun setelah itu pintu terbuka, disana ada Rylie.
"Jasmine, sepertinya kamu belum mengenalnya. Dia Rylie yang akan menjadi partner kita nanti dalam rencana selanjutnya." Gino mengenalkan Rylie pada Jasmine. Jasmine sontak berdiri dengan raut terkejut dengan plus bahagia.
"Keren! Akhirnya aku mempunyai sesama wanita disini." Rylie hanya tersenyum ramah pada Jasmine. Dia menundukkan kepalanya sebelum berjalan untuk bergabung bersama mereka.
"Senang bertemu denganmu, Jasmine." Ucap Rylie setelah disamping Jasmine. Gino dan Luis tersenyum sebelum meminta pada Rylie dan Jasmine untuk duduk kembali.
⌑ 𖣯 ⌑
James meneguk vodka ditangannya hingga tandas. Dia mengacak rambutnya frustasi begitu mengingat bagaimana penolakan yang dia terima dari Jasmine. Hampir semua wanita menginginkannya, namun apa yang dia lihat sekarang? Jasmine menolaknya.
Dia berjalan sempoyongan keluar dari club tersebut. Membawa mobilnya dari sana ke arah apartemen seorang wanita yang sudah lama tidak dia jumpai. Setelah memarkirkan mobilnya dia segera masuk ke gedung apartemen tersebut dengan setengah kesadarannya.
Tak lama setelah James menekan tombol bel. Pintu apartemen tersebut terbuka oleh Helena yang dihiasi raut terkejut. Sudah lama sekali James tidak pernah ke apartemen ini kembali semenjak Helena meminta menjauhinya.
Tangannya menahan pintu apartemen itu saat Helena hendak menutupnya. James masuk ke apartemen tersebut secara paksa. Mengabaikan Helena yang memintanya untuk pergi.
"Sialan bau alkohol, kau mabuk?!" Sentak Helena begitu James mendekatinya membuat aroma alkohol yang pekat dari tubuhnya tercium oleh Helena.
"Helena, aku merindukanmu." Racau James langsung memeluk Helena erat. Helena memukuli pundak James hendak melepaskan pelukannya.
"Pergilah ke apartemen wanita yang kau kencani hari itu, apa yang kau lakukan kemari?!" Sontak James melepaskan pelukannya saat mendengar ucapan Helena.
"Kau melihatnya? Wanita itu menolak ku." Ucap James. Dia berjalan ke arah sofa sebelum membaringkan tubuhnya disana. Helena mengangkat satu alisnya menatap James yang sudah tepar disofa.
"Dasar brengsek, hanya datang saat kau membutuhkanku saja. Kemarin kau langsung pergi bersama wanita itu." Helena mencebik. Dia berjalan ke kamarnya mengabaikan James.
Saat pagi hari, James terbangun dengan kepala yang terasa begitu pusing. Dia berjalan ke kamar Helena lalu menidurkan kembali tubuhnya disamping Helena. Tangannya bergerak melingkar diperut datar Helena dengan sesekali mengendus aroma tubuh Helena yang sudah lama tidak dia cium.
Helena bergerak gelisah sebelum membuka matanya dan terkejut begitu melihat wajah James yang dekat dengannya. Bahkan hampir saja benda berwarna pink itu menempel satu sama lain.
"Apa yang kamu lakukan? Cepat sana pulang." Ujar Helena jengah. James menggelengkan kepalanya mengeratkan pelukannya pada Helena sebelum memejamkan kembali matanya.
"Aku ingin bersamamu, terus bersamamu," Lirih James. Helena menghela nafas berat, perlahan tangannya bergerak melepaskan dirinya dari James.
"Diam Helena, tetap disini sebentar saja." Helena akhirnya diam membiarkan James memeluknya. Dalam hati dia sudah berkali-kali mengumpati pria disampingnya saat ini. Dengan enaknya dia datang setelah ditolak oleh wanita tersebut, apakah James tidak memikirkan perasaannya?
"Aku minta maaf Helena, karena telah meninggalkan mu begitu saja." Kata James dengan mata yang masih terpejam. Sontak Helena menoleh padanya dengan kening mengkerut.
James membuka matanya perlahan menatap Helena. Dia mencuri kecupan tipis dibibir yang dia rindukan. Helena merotasikan bola matanya malas mendorong dada James agar sedikit menjauh.
"Kau tidak menerima maafku?" Tanya James tersenyum kecil. Helena menggelengkan kepalanya hendak bangun dan pergi. Namun James kembali menariknya berbaring.
"Helena aku minta maaf, setelah ini aku akan menunjukkan sesuatu padamu." Kata James. Helena menatapnya kebingungan, apa maksud James akan menunjukannya sesuatu?
"Apa yang akan kamu tunjukkan?" Tanya Helena. James tersenyum kecil mengambil kecupan lagi secara singkat dibibir Helena. Helena mendengus kasar lagi-lagi mendorong James untuk menjauh saat dirinya selalu mencuri kesempatan untuk mencium bibirnya, padahal jelas-jelas dirinya masih marah pada James.
"Aku malas berbicara denganmu, kau hanya sedang mencari kesempatan saja. Lebih baik kau pergi dan pulang." Ujar Helena. James tertawa mengabaikan ucapan Helena. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Helena. Seolah kali ini dia tidak akan melepaskan Helena begitu saja.
"Kali ini, kau akan selalu tetap bersamaku." Kata James penuh penekanan pada setiap katanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) MAFIA | markhyuck
Action┈┈ Marvin, kelahiran dari keluarga bangsawan Mafia di Italia, harus menghadapi situasi yang mendadak ketika berlian keluarganya, yang bernilai 3,2 juta Euro, dicuri oleh beberapa anak buahnya yang berkhianat. Marvin bertekad untuk melakukan segala y...