⨳ 041 :: �

1.3K 101 23
                                    

Marvin mendobrak kasar pintu salah satu hotel, dia berhasil menemukan lokasi Helena melalui GPS yang ada di ponsel Helena. "Pintu ini memerlukan sandi, tidak bisa aku dobrak." Ujar Marvin sambil mendengus kasar.

"Aku akan mencoba membukanya." Sahut Ashley lalu maju ke depan untuk mencoba melacak sandi tersebut. Keahlian seorang Ashley tidak dapat diragukan lagi, dia berhasil membuka sandi itu.

Setelahnya Marvin langsung masuk ke dalam sendirian. Dia menemukan Helena sudah terbaring diranjang dengan pakaian yang begitu berantakan. Banyak kissmark di sekujur tubuhnya. Pandangan Marvin beralih pada sebuah foto disisi Helena. "Damn," umpat Marvin sambil meremas foto tersebut.

Marvin segera merapihkan pakaian Helena lalu dia gendong badannya keluar. Katakan saja Marvin terlambat menemukan Helena, dia baru mendapatkan laporan sekitar pada pukul 1 malam. Tapi untung saja dia dapat menemukan Helena dengan cepat.

"Apa yang kau lakukan dengan pergi ke bar Helena?" Tanya Marvin menatap Helena dingin yang masih terpejam. Rahangnya mengeras begitu dia melihat kembali ada banyaknya kissmark disana.

Begitu sampai di mansion, Marvin segera membaringkan tubuh Helena diranjang. Dia menindih tubuh Helena lalu sedikit melepaskan secara perlahan pakaian Helena untuk memastikan sampai mana pria itu bermain main dengan Helena.

Marvin tidak tahu jika semua itu karena ulah James. Dia juga tidak tahu bahwa yang sebelumnya adalah karena James yang menjebaknya. "Kau bermain-main denganku, hm?" Lirih Marvin mengusap pipi Helena lembut.

"Kau sudah bermain dengan siapa jalang kecil?" Monolog Marvin sebelum akhirnya langsung menyambar bibir Helena. Persetan dengan Helena yang masih belum sadar, Marvin akan menghilangkan semua jejak yang berada di badan Helena.

"M-marvin?" Helena mendorong kecil badan Marvin dari atas tubuhnya. Dia terbangun saat Marvin tengah membuat kissmark dilehernya. Kepalanya terasa sangat pusing, berapa lama dia tertidur? Bagaimana bisa sekarang dia sudah berada dikamar Marvin?

"Marvin.. hentikan sakit." Ringis Helena kembali mendorong badan Marvin kuat-kuat hingga akhirnya Marvin berhasil untuk berhenti. Helena menundukkan kepalanya memperhatikan pakaian yang sudah berantakan dan sedikit terbuka terutama dibagian dadanya.

"Apa yang kamu lakukan?" Helena mengubah posisinya hendak bangun namun Marvin menariknya kembali untuk berbaring dan menindihnya. Helena masih belum menyadari bahwa Marvin saat ini sedang dalam suasana yang tidak bagus.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang telah kamu lakukan jalang kecil? Bermain dengan pria lain hingga sampai di hotel?" Tanya Marvin tersenyum sinis. Helena sontak menatap Marvin, ingatannya kembali berputar saat dirinya bertemu dengan James namun dia tidak mengingat apapun setelahnya.

"Marvin ini sungguh aku dijebak, aku benar-benar tidak pernah melakukan itu bersama orang lain.." ujar Helena menatap Marvin. Dan Marvin hanya berdecih membalas tatapan Helena.

"Apakah kau akan menjadi jalang hm? Apakah semua yang aku berikan padamu tidak membuatmu puas? Semurah itukah dirimu?" Kata-kata Marvin kali ini benar-benar membuat hati Helena tergores. Tanpa ragu Helena langsung menampar kuat pipi Marvin.

"Brengsek mulutmu Marvin! Apa bedanya denganmu yang selalu pergi ke club dan menyewa wanita-wanita disana!" Pekik Helena menahan isakannya. Marvin masih terdiam merasakan perih dipipinya akibat tamparan Helena.

"Apakah karena kekayaan mu lebih tinggi hingga bisa mengatai orang sesuka hatimu? Dasar bajingan!" Helena memukul-mukul kuat dada Marvin dengan air mata yang mulai mengalir dipelupuk matanya.

"Kau adalah pria paling brengsek yang aku temui!" Kali ini Helena mendorong kuat badan Marvin hingga terjatuh ke samping. Setelah itu Helena melarikan diri dari kamar melupakan keadaan pakaiannya yang acak-acakan.

Helena pergi keluar mansion tanpa ba-bi-bu dia mengambil salah satu mobil disana dan hendak membawanya kabur. "Lepaskan aku sialan!" Pekik Helena saat anak buah Marvin menahannya.

Untuk kali ini amarah Helena benar-benar sudah memuncak. Dia berhasil melarikan diri dari cekalan anak buah Marvin. Dengan segera dia pergi ke mansion melarikan diri tak peduli bagaimana nasibnya nanti bagaimana.

"Kau jahat Marvin.. memang tak seharusnya aku menaruh hati padamu." Gumam Helena ditengah-tengah isakannya. Pandangannya sedikit buram akibat air mata namun Helena sama sekali tidak peduli dia mengendarai mobil dengan kecepatan cukup tinggi.

Hatinya benar-benar tergores banyak luka lagi akibat Marvin. Dia pikir mungkin dengan dirinya bersama Marvin dia tidak akan merasakan rasa sakit seperti saat dirinya bersama James. Pria tetaplah pria, keduanya sama-sama saja tidak memiliki perasaan.

Pukul 3 malam Helena kebut-kebutan mobil dijalan yang begitu sepi. Katakan saja saat ini dijalan dia masih beruntung karena tidak ada kendaraan lain yang mungkin bisa membahayakan keselamatan nya.

"Aku tidak akan pernah kembali lagi padamu," gumam Helena mengigit bibirnya kuat. Dengan tekad yang kuat Helena akan memutuskan tak akan pernah kembali lagi ke mansion Marvin yang bisa dia bilang adalah neraka untuk hidupnya. Malam itu semua yang terhubung dengan Marvin, Helena putuskan yang sekiranya dapat dilacak oleh Ashley.

Helena tidak hanya sebentar tinggal disana bukan? Tentu dia sudah tahu mengenai banyak hal-hal yang bisa dilacak. Dan Helena melepaskan semua itu berharap Marvin tidak akan pernah dapat menemukannya lagi. Persetan malam ini dirinya akan kemana, Helena hanya ingin hidup tanpa kehadiran Marvin lagi.

Dia tidak peduli apakah akan mati dijalanan atau mungkin mati mengenaskan karena terbunuh. Dia hanya ingin pergi dari semua masalah yang selalu menghantuinya selama ini. "Jangan pernah hubungi aku lagi," gumam Helena sebelum akhirnya melempar ponselnya ke sebuah danau.

Helena ingin berterimakasih pada tuhan karena telah menemukan setidaknya satu setelan pakaian milik anak buah Marvin, dengan segera Helena menggantinya dan kembali membawa mobil dengan kecepatan tinggi meninggalkan kota Roma.

Roma, adalah sebuah kota yang begitu menyimpan banyak kenangan-kenangan buruk untuknya. Helena sebenarnya bisa mengendarai mobil, namun memang dia tidak pernah tunjukkan. Tapi untuk kali ini dia berhasil membawa mobilnya sendiri untuk meninggalkan Roma.

"Apakah aku harus mengunjungi nyonya Chitta?" Gumam Helena. Dia tiba-tiba teringat pernah bertukar pesan dengan wanita itu mengenai kabar dan tempat tinggalnya. Namun pertanyaannya, apakah Helena akan dapat berhasil sampai hingga kesana?

Hanya Chitta yang menurutnya satu-satunya pelarian dia saat ini. Tidak ada siapapun lagi yang dapat dia kunjungi ataupun untuk meminta bantuan. Karena Helena hanyalah seorang wanita yang berasal dari sebuah panti asuhan yang tidak memiliki siapapun.

"Tuhan, bantu aku." Helena kembali terisak sambil mengendarai mobilnya. Berharap saja kali ini tuhan berpihak padanya, jika tidak pun tak apa. Mungkin dia hanya akan mati mengenaskan dijalanan. Semakin Helena merasa sakit lagi didadanya semakin tinggi kecepatan mobilnya. Pikiran Helena hanya tertuju pada satu hal, dia hanya ingin pergi dari semua penderitaan nya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

Waktu dan tempat dipersilahkan kalau mau ikut nampar Marvin >>

(✓) MAFIA | markhyuckWhere stories live. Discover now