⨳ 048 :: �

987 79 11
                                    

Semakin berjalannya waktu hubungan Helena dan Marvin mulai membaik. Marvin membatalkan kepulangannya ke Italia, dan berniat nanti dia akan pulang membawa Helena. Untung saja disana Ashley masih dapat menghandle nya.

Marvin mengusap sesekali paha Helena yang sedang duduk dipangkuannya sambil fokus menonton sebuah film di tv besar Marvin. Villa ini Marvin beli, dia membeli tentu dengan harga yang sangat besar. Salah satu alasan dia beli adalah karena sekarang Helena mempunyai keluarga disini, kemungkinan nanti dia akan sering kesini bersama Helena.

"Bagaimana kabar dengan Jasmine disana?" Tanya Helena ditengah-tengah fokus pada filmnya. Dia mengusap sesekali punggung tangan Marvin yang memang begitu tidak bisa diam bergerak kesana-kemari.

"Jasmine pergi meninggalkan Italia, setelah aku mengasingkan James jauh dari sini." Ujar Marvin membuat Helena membeku. Perlahan Helena memiringkan kepalanya guna menatap Marvin.

"Mengapa kau melakukan hal itu? Kau tahu Jasmine mencintai James bukan? Bagaimana perasaan Jasmine begitu kau menjauhkan James dengannya?" Tanya Helena menatap tak percaya pada Marvin.

Marvin tersenyum tipis. "Aku tidak ingin ada yang merusak hubungan kita, lagipula kau tahu sendiri James sama sekali tidak mencintai Jasmine. James sudah terobsesi padamu." Ucap Marvin. Helena menggeleng-gelengkan kepalanya masih tidak percaya apa yang Marvin lakukan.

"Terobsesi sama sepertimu," kata Helena menimbulkan kekehan dari Marvin. "Kau benar, aku memang terobsesi padamu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu Helena."

"Beberapa hari lagi aku akan pulang ke Italia, lusa kita akan menemui tuan Jeoffree dan Chitta." Lanjut Marvin.

"Untuk apa? Kita bisa langsung pergi saja? Lagipula mereka sudah tahu aku akan ikut bersamamu," Marvin menggelengkan kepalanya mengubah posisi Helena untuk menghadapnya.

"Katakan saja mereka adalah orang tuamu, aku harus tetap meminta ijin pada mereka secara langsung sebelum membawamu kembali ke Italia." Kata Marvin menatap Helena intens. Helena tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, aku tidak tahu kau bisa bersikap seperti itu." Ucap Helena menggoda Marvin.

"Aku tahu bagaimana beretika saat dengan orang yang lebih tua, ayahku dulu mengajari itu begitu keras. Sayangnya dia sama sekali mengajari bagaimana cara pandang dan beretika saat berhadapan dengan seorang wanita." Ujar Marvin tersenyum tipis.

"Tidak apa-apa, aku akan melengkapi itu untuk membantumu." Helena langsung memeluk Marvin erat dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Marvin yang lebar.

"Besok nyonya Chitta mengajak mu untuk tes DNA." Celetuk Marvin membuat Helena terdiam. Perlahan dia mendongakkan kepalanya menatap Marvin.

"Untuk apa melakukan tes DNA?" Tanya Helena mengerutkan keningnya. Marvin tersenyum tipis menggelengkan kepalanya sambil mengecup kening Helena.

"Kita lihat saja besok." Marvin mendekap tubuh ramping Helena. Dia sudah mendengar semuanya dari Jeoffree mengenai putrinya yang sempat hilang, dan dugaan mereka adalah Helena. Besoklah sudah ditetapkan akan melakukan tes DNA apakah benar atau tidak Helena putri mereka atau bukan.

⌑ 𖣯 ⌑

"Jaga dirimu baik-baik disana, honey," Chitta mengusap pucuk Helena lembut setelah memeluknya erat sebelum berpamitan.

"Terimakasih ibu, ayah. Aku akan kembali lagi mengunjungi kalian!" Seru Helena menatap Chitta dan Jeoffree bergantian. Marvin yang memperhatikan itu hanya terkekeh.

Dari sini sudah terlihat bahwa DNA mereka sama. Dugaan Chitta mengenai Helena ternyata benar, Helena adalah putrinya yang sempat hilang. Saat itu air mata tidak bisa lagi terbendung bagi Chitta dan Helena. Sekarang Helena bisa merasakan untuk pertama kalinya sebuah pelukan hangat dari keluarga. Lalu bagaimana dengan Sean saudara Helena? Kita akan usut itu nanti.

MAFIA | markhyuck Where stories live. Discover now