Hari Pernikahan

5 0 0
                                    

Malam itu Andri menjelaskan semuanya kepada Zahra bahwa selama ini dirinya hanya menyayangi sebagai seorang sahabat tidak lebih, kenyataan itu sungguh membuat hati Zahra harus kembali hancur.

"Lalu semua perhatianmu selama ini. Itu apa?" Zahra menatap dengan mata berkaca-kaca.

"Memang salah jika aku memperhatikan sahabat sendiri? Kamu yang salah karena menyalah artikan semuanya," ucap Andri.

"Enggak, enggak. Kamu bohong!" Zahra masih tetap pada pendiriannya.

Andri yang sudah merasa sudah tidak ada yang perlu mereka bahas lagi, terlebih dirinya tenang karena Zahra baik-baik saja.

"Terserah, aku mengatakan ini sejak dulu. Agar kamu tidak salah paham," ucap Andri sambil beranjak.

Air mata mulai menetes dari ujung matanya, Zahra tidak pernah menyangka bahwa Andri sama sekali tidak memiliki perasaan untuk dirinya. Lalu setelah pengorbanan yang dilakukannya sama sekali tidak membuat pria itu luluh.

Melihat pria yang begitu di cintanya ingin pergi, Zahra sekuat tenaga turun dari ranjang. Menyadari hal itu Andri sama sekali tidak menoleh bahkan berlalu begitu saja.

Tubuhnya yang masih sangat lemas membuat Zahra terjatuh, dia terus berteriak memanggil Andri, tetapi sama sekali tidak di gubrisnya perlahan-lahan sosok itu menghilang dari pandangan.

Tepat di depan ruangan perawatan Marni berpapasan dengan Andri, pria itu segera meminta maaf karena dia tidak bermaksud menyakiti Zahra sama sekali, Marni hanya terdiam tanpa menjawab satu patah kata pun.

Malam itu, menjadi kenangan yang tidak akan pernah Zahra lupakan. Bagaimana tidak, pria pujaan hatinya justru akan menikah dengan orang lain bahkan tidak memberikan dia kesempatan untuk menunjukan rasa cintanya.

Namun, wanita berparas cantik itu tidak akan menyerah begitu saja. Dia berjanji apa pun yang terjadi akan merebut kembali Andri dari Anita karena yang berhak memilikinya hanya dia bukan wanita lain.

Setelah kejadian malam itu. Andri sudah tidak pernah menemui Zahra bahkan setiap kali di hubungi dia selalu menghindar terlebih ingin menjaga perasaan calon istrinya.

Anita tentu saja tahu cerita tentang Zahra–sahabat masa kecil Andri, tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang dulu pernah memfitnah dirinya rela berbuat hal berbahaya yang bisa saja merenggut nyawanya sendiri.

Di tengah sibuk mempersiapkan acara pernikahan, Anita ingin kembali menanyakan tentang perasaan Andri kepadanya karena tidak ingin jika semua ini terjadi hanya paksaan orang tuanya.

"Kamu sibuk?" tanya Anita sambil duduk di samping Andri.

"Tidak. Bentar lagi selesai, memang kenapa?" Andri segera menoleh ke arahnya.

"Nanti saja, kamu selesaikan dulu," ucap Anita yang tidak mau mengganggu.

Andri mengangguk, dia kembali fokus membuat daftar orang yang harus dirinya undang, Nita terus memerhatikan  setiap nama yang ditulis oleh Andri, tetapi perasaan aneh muncul karena tidak ada nama Zahra di sana.

"Kenapa Zahra tidak di undang?" tanya Anita.

Andri langsung menghentikan kegiatannya sambil menarik nafas panjang, dia mengerti mengapa Nita bertanya seperti itu. Tentunya dia punya alasan mengapa sampai tidak ingin sahabat kecilnya itu hadir.

"Kamu seharusnya sudah tahu, jadi tidak perlu bertanya lagi," jawab Andri.

"Aku tidak setuju. Memang benar Zahra telah banyak membuat kesalahan sampai nekat ingin bunuh diri karena kamu, tetapi ingat dia itu sahabat kecilmu." Nita mengingatkan kembali hubungan di antara mereka berdua.

Andri langsung membalik badannya hingga saling berhadapan, dia sungguh tidak menyangka bahwa Anita masih bisa berlapang dada atas semua yang telah Zahra lakukan. Pria itu sangat bersyukur karena memiliki calon istri seperti Anita yang mengerti bahkan mengingatkan saat dirinya akan membuat kesalahan.

Akan tetapi, setelah di jelaskan Anita bisa mengerti dan menghormati keputusannya. Mereka berdua tidak lagi membahas tentang itu dan mulai sibuk mengurus semua mengingat acara tinggal sepuluh hari.

**
Semua orang tengah sibuk menata dekorasi untuk acara pernikahan keduanya, tentu bahkan warga yang membantu mengingat Amri sosok yang dermawan membawanya dikenal sampai ke Desa tetangga.

"Aduh. Pak, kenapa repot-repot," ucap Amri sambil mengahampiri Pak Kades.

"Tidak repot, Wa. Saya justru senang karena bisa turut membantu acara ini," sahut Pak Kades.

"Pak Kades bisa saja," sahut Amri sambil tersenyum kecil.

Meski Pak Kades tidak membantu banyak, tetapi beliau menyumbang bangku untuk para tamu undangan yang hadir, awalnya Amri menolak karena merasa mampu dan tidak enak jika merepotkan banyak orang. Akan tetapi, mengingat jasanya untuk Desa hingga mereka dengan suka rela datang.

Semua berjalan dengan sesuai keinginan calon mempelai wanita, pesta yang sederhana bahkan untuk seorang Bos seperti Amri rasanya itu sangat biasa saja, tetapi dia bukan orang sombong dan berpikir kalau menikah tidak harus mewah.

**
Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, Anita terlihat begitu sangat cantik dengan balutan kebaya, riasan tipis serta rambut di sanggul, acara akad nikah belum di mulai, tetapi Andri sudah sangat terpesona oleh kecantikan yang dimiliki wanita yang sebentar lagi menjadi bagian hidupnya.

"Sudah, jangan diliatin terus," goda Dian.

"Ah, Emak," Kesal Andri yang merasa terganggu.

Dian terkekeh geli melihat wajah putranya yang kesal, dia sendiri tidak bisa bohong kalau Anita sudah berhasil mencuri perhatian semua orang yang datang ke sana olehnya, meski hanya mengunakan gaun sederhana.

Acara akad nikah di mulai, Amri tidak kuasa membendung kesedihannya karena dia telah berhasil mengantarkan Anita sampai gerbang pernikahan. Dan kini Anita telah sah menjadi istri Andri, suasana menjadi haru saat keduanya meminta restu kepada orang tua masing-masing. Tidak lupa mereka memberikan nasehat kepada keduanya.

**

Zahra terus mengurung diri bahkan dirinya tidak mengetahui kalau hari ini pernikahan Andri dan Anita di laksanakan, dengan wajah kusam dia beranjak dari tempat tidur lalu segera melangkah keluar kamar.

Tepat saat bersamaan melihat ibunya sudah sangat rapi membuat Zahra penasaran, dia berjalan dengan langkah gontai mendekat ke arah Marni.

"Ibu mau ke mana?" tanya Zahra.

Marni tersentak kaget, dia terdiam sejenak tentu bingung bagaimana cara mengatakannya, terlebih takut jika kejadian itu terulang kembali, Zahra terus menatap ibunya karena belum juga mendapatkan jawaban.

"Ibu kenapa diam?" tanya Zahra Kembali.

"Mau ada acara pengajian," jawab Marni bohong.

Zahra mengerutkan dahinya tentu saja dia tahu jadwal pengajian di sana, hingga yakin kalau saat ini ibunya tengah berusaha menyembunyikan sesuatu.

Takut jika ada tetangga yang datang untuk berangkat bareng Marni segera bergegas merapihkan bajunya lalu melangkah pergi, tetapi seketika Zahra menarik lengannya hingga membuat Marni terkejut.

"Kenapa bohongin aku? Sebenarnya Ibu mau ke mana?" Kata Zahra yang membuat Marni bungkam seketika.

"Ngapain Ibu bohong," elak Marni.

Zahra melangkah dan berdiri tepat di hadapan ibunya, tentu saja Marni tidak dapat berbohong lagi hingga dia mengatakan yang sebenarnya. Kakinya terasa lemas seketika Zahra terjatuh di lantai.

Melihat itu Marni merasa tidak tega dan langsung berjongkok, dia berusaha memberikan pengertian bahwa sekarang Andri telah menjadi suami orang lain, tetapi Zahra masih juga belum sadar bahkan dengan kasar mendorong tubuh Ibunya hingga tersungkur.

Sakit hatinya kali ini benar-benar telah membuat Zahra berubah menjadi sosok wanita jahat, bahkan tega bersikap kasar terhadap wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

Cinta Pembawa Petaka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang