Chapter 6

74 9 0
                                    

*Notes : Tulisan miring adalah sudut pandang dari masa lalu dan tulisan biasa adalah sudut pandang masa kini yang dialami Junghwan. Ini juga berlaku untuk beberapa chapter depan.*

Enjoy!
















































Baru saja Junghwan mengedipkan mata, tiba-tiba sekelilingnya berubah.

Junghwan sangat amat mengenali lingkungannya saat ini. Bahkan Junghwan juga paham dimana ia duduk sekarang. Senyumnya terbit ketika merasakan kembali masa dimana ia selalu bahagia. Masa dimana ia ingin selalu membekukan waktu, karena setiap detik yang ia rasakan adalah bahagia.

Junghwan menoleh kesamping. Nampak kedua matanya lelaki bersinar itu duduk disebelahnya. Tengah menatap lurus ke arah lapangan.

Merasakan Junghwan yang menatapnya, lelaki itu mengeluarkan hembusan nafas panjang.

"Kau ingat dimana ini?" Tanyanya.

Junghwan menggembungkan pipi dan mengangguk semangat.

"Tahu. Sekolahku." Jawab Junghwan dengan suara lirih. Takut-takut suara itu bisa didengar orang lain selain mereka berdua.

"Kita, tidak bisa nampak oleh siapapun. Tak perlu khawatir. Ingat, kita hanya menjadi penikmat-"

"LIHAT! LIHAT! ITU AKU DAN HARUTO!"





"Watanabe Haruto!"

So Junghwan, lelaki yang berada disebelah Haruto yang malah merespon panggilan tersebut dengan senyum ceria. Sedangkan Haruto menatap datar apapun yang nampak dihadapannya. Terdiam tanpa berniat sedikit mengatakan sepatah kata pun.

"Ah, Junghwanie! Rasanya sedih sekali kita bertiga beda kelas."

"Tidak apa, Doyoung! Aku malah bosan harus selalu sekelas bersama kalian dari dulu. Apalagi-"

Junghwan menyikut siku kirinya pada perut Haruto pelan, disambut lirikan lelah dari sang empu.

Kim Doyoung, teman satu kelas mereka saat SMP tertawa lebar demi mendapati interaksi dua sahabat itu.

"Aku harap kita bisa saling dekat nanti."

"Pasti."





"Aku penasaran, sedekat apa kau dengan Haruto kala itu." Ucap lelaki bersinar itu dengan suara lirih.

Junghwan menoleh dan tersenyum tipis.

"Haruto dan aku adalah sahabat sejak kecil. Haruto dulu pindahan dari Jepang. Dia kesini karena mengikuti Ayahnya pindah tugas. Berjarak empat rumah, namun lebih sering dia berada dirumahku. Saat pertama kali aku mengenalnya ketika Haruto berdiri ditengah jalan sembari memakan lolipop hingga bibirnya memerah. Ia mencegatku yang sedang bersepeda sendirian kala itu. Jujur, karena aku tidak memiliki teman seusia dekat rumah, jadi aku merasa Haruto adalah seseorang yang dikirimkan Tuhan untuk jadi temanku."

"Hebat." Respon lelaki bersinar itu dengan cepat.

"-walaupun Haruto saat itu tidak ingin menjadi temanku. Ia hanya ingin merampas sepeda yang kunaiki."

"Hahahaha. Lalu?"

"Aku menyuruhnya membonceng. Sudah, seperti itu saja."

"Umur berapa kala itu?"

"Enam tahun."









"Aku lelah."

"Haruto! Ayolah! Berjalan lebih cepat sedikit lagi! Aku masih ingin menjelajahi beberapa tempat. Siapa tahu bisa kita jadikan markas."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

See My Point Of View, Love. (WOOHWAN)Where stories live. Discover now