Part 1

113K 4.5K 25
                                    

Happy reading...

***

Sebelumnya..

"Anda siapa?" Tanya Mezya kebingungan.

"Ini bunda sayang, bunda Fana kamu lupa?" Tanya wanita itu yang bernama Fana.

***

Mezya masih kebingungan, tak mengerti apa yang wanita itu katakan. Bagaimana bisa wanita itu menjadi ibunya. Ibunya adalah Darna sejak kapan ibunya berubah menjadi Fana.

Karna panik, Fana berteriak memanggil dokter. "Dokter... Dokter.."

Dokter pun datang bersama suster. "Ada apa" Tanya dokter itu yang baru saja datang.

"Anak saya dok"

Dokter itu terkejut melihat Pasiennya yang sudah sadar, padahal semula ia sudah memeriksanya dan pasiennya itu masih koma.

"Nona Giren sudah sadar, ini keajaiban yang sangat mengejutkan. Mari saya periksa dulu" Ucap Dokter itu

Dokter itu memeriksa keadaan Mezya mulai dari kestabilan jantung, mata, dan tubuh lainnya agar memastikan semuanya baik baik saja.

"Ini sangat bagus, Nona Giren sudah 75% pulih. Kita tinggal menunggu luka lainnya kering" Ucap dokter itu.

"Tapi dok kenapa Giren tidak mengenali saya" Tanya Fana.

Dokter itu beralih menatap Mezya yang melamun. "Kenapa dokter sama tante itu manggil aku Giren yah, kan nama aku Mezya. Ibu juga kemana sih. Terus aku kok bisa di sini, bukannya aku udah mati yah" Batin Mezya

"Nona Giren" Dokter itu membuyarkan lamunan Mezya.

"Hah" Mezya mengejap ngejapkan matanya lucu.

"Apa anda ingat dia" Dokter itu menunjuk Fana yang tampak khawatir. Mezya menggelengkan kepala setelah melihat Fana dari atas sampai bawah.

"Apa anda ingat dengan nama anda" Dokter itu kembali bertanya, kini Mezya menganggukan kepala.

"Nama saya Mezya Gadisa Utami dok"

Fana yang mendengar itu pun membuka suara. "Sayang nama kamu itu GIRENTA WILONY CAKSARA bukan Mezya Gadisa Utami"

"Hah, Tante salah orang mungkin" Mezya sungguh tidak mengerti, mengapa semua orang mengira dia adalah Giren.

"Saya akan memeriksa nona Giren sekali lagi" Dokter itu pun kembali memeriksa Mezya.

"Sepertinya nona Giren mengalami amnesia. Mungkin ini efek benturan keras yang mengenai kepalanya." Dokter itu menjelaskan.

"Apa anak saya bisa mengingat semuanya kembali dok" Fana kini sudah menangis karna mendengar kabar bahwa anaknya mengalami amnesia.

"Bisa, karna nona Giren hanya mengalami amnesia sementara. Dengan sedikit kenangan masalalu akan membantunya perlahan-lahan mengingat memori memori yang hilang. Tapi jangan terlalu mendesaknya karena itu akan bersifat fatal. Jika nona Giren terlalu berusaha mengingat kejadian kejadian di masa lalu, dia akan merasakan sakit kepala yang cukup dahsyat. Jadi sebisa mungkin jangan terlalu membuatnya setres" Ucap dokter itu menjelaskan.

"Terimakasih dok" Dokter itu hanya mengangguk lalu keluar dari ruangan VIP yang Mezya tempati.

Sementara Mezya masih bergelut dengan fikirannya. "Apa apaan ini, kenapa jadi amnesia. Aku gapapa, aku masih ingat semuanya. Dokter itu kayaknya dokter abal abal deh. Tante ini juga kenapa sih. Apa jangan jangan dia gila yah karena di tinggal anaknya." Batin Mezya

"Apa jangan jangan aku lagi mimpi. Tapi masa iya sih" Batin Mezya menerka nerka. Karna ingin memastikan, Mezya mencubit pipinya sendiri.

"Sshhh" Rintih Mezya pelan saat merasakan sakit akibat cubitannya sendiri.

"Berarti ini bukan mimpi, tapi kok bisa sih" Batin Mezya

"Giren sayang kamu beneran gak inget sama bunda nak" Fana duduk di kursi dekat ranjang Mezya sembari mengelus kepala Mezya dengan kasih sayang. Mezya hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Yaudah gapapa bunda akan bantu kamu buat ingat semuanya" Fana tersenyum manis.

"Kita mulai dari perkenalan keluarga yah, nama bunda RIFANA HANASYA CAKSARA dan nama ayah RIBERTO DARMAN CAKSARA. Kamu anak bungsu bunda dan ayah. Kamu punya 3 Abang, yang pertama DEVANDRA RICART CAKSARA, Devan masih kuliah dan dia juga membantu mengurus cabang perusahaan ayah. Yang kedua YEZRIL GEVARTA CAKSARA, dan yang ketiga YEZRAN GEVARTA CAKSARA. Yezril dan Yezran itu kembar hanya beda 7 menit saja. Kamu dan twins sekolah di tempat yang sama" Fana menjelaskan dengan sabar. Mezya memang mendengarkan apa yang di katakan oleh Fana tapi ia tetap tak mengerti apa maksud dari semua yang dikatakan oleh Fana.

"Emm Tante saya mau ke toilet dulu boleh gak" Tanya Mezya ragu ragu.

"Kok manggilnya Tante sih, panggil bunda dong" Ucap Fana mengelus kepala Mezya.

"Iya b-bunda" gugupnya.

Fana tersenyum manis, ia pun membantu Mezya turun dari ranjang menuju toilet yang ada di ruangan VIP itu.

Mezya sudah masuk dalam toilet. Mezya membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Ia begitu terkejut saat melihat wajahnya di cermin.

"Aaaaaaa" Mezya menjerit.

Tok tok tok

"Giren ada apa nak, kenapa berteriak" Teriak Fana di luar toilet.

"Emm anu bund, eee ada kecoa" Alibi Mezya.

"Tapi kamu gapapa kan"

"Iya gapapa bund"

Mezya kembali menatap wajahnya di cermin. Wajahnya sangat berbeda dengan wajahnya yang dulu. Wajahnya sekarang lebih mirip tante tante girang yang kurang belaian.

"Kok bisa gini sih. Kenapa muka aku jadi berubah, aku juga kayaknya gak setinggi ini deh" Semuanya membuat Mezya pusing.

"Ini sebenarnya ada apa sih, kok aku bisa di tubuh gadis ini. Sekarang gimana aku ketemu ibu, pasti ibu udah ngira aku meninggal" Mezya menangis.

Tiba tiba Mezya teringat sesuatu. "Kalau jiwa aku disini tubuh aku gimana?"

"J-jangan jangan aku udah meninggal" Lanjutnya.

Karna shock Mezya semakin menangis tersedu sedu. Ia memikirkan ibunya yang tinggal sendiri tanpanya. Ia berfikir dunia ini sangat tega pada ibunya. Sudah kehilangan suami apakah dia juga harus meninggalkan ibunya di tengah kesulitan seperti ini.

Tok tok tok

"Giren sayang udah belum nak. Kok lama banget, bunda masuk yah" Sebelum Fana membuka pintu, pintu itu sudah terbuka dengan menampilkan Giren yang berdiri lesu.

"Kenapa sayang kok kamu kayak abis nangis gitu"

"E-engga kok bund, tadi cuman kelilipan aja" Elak Mezya.

"Yaudah kamu istirahat lagi yah" Fana memapah Mezya dengan perlahan menuju ranjangnya.

Bersambung...

My Twilight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang