CHARACTERS WITH PROLOG

583 54 4
                                    

✿✿✿

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

✿✿✿

Malam begitu dingin ditengah udara yang berhembus lembut mengelilinginya. Wanita yang belum genap 24 jam sebelumnya resmi menyandang sebagai seorang istri, kini terduduk terpaku di balik meja rias.

Wajahnya yang ayu kini meredup layu, netranya masih terus memandang selembar kertas yang tergeletak begitu saja di hadapannya. Maniknya yang memburam berusaha meluaskan pandangan pada seisi ruangan kamar mewah yang sengaja dipersiapkan untuknya dan sang suami.

Harusnya malam ini ia bisa menggugurkan statusnya sebagai seorang gadis dengan hati yang berdebar tapi juga mendamba merasakan bagaimana euforia malam pertama.

Malam yang sering digaung-gaungkan seluruh perempuan di penjuru dunia selepas hari pernikahan mereka. Tapi sayang seribu sayang, Revalina bukan menjadi salah satu wanita beruntung yang bisa merasakan itu.

Perasaan sesak itu kembali datang, membuat kedua tangannya reflek berpilin satu sama lain dalam pangkuan.

Suasana haru juga bahagia ketika janji suci terucap masih bisa jelas terekam dalam ingatannya. Deretan bunga juga semua pernak-pernik yang tersemat di sepanjang katedral -ditempat dimana ia dan sang lelaki mengucap janji setia, terlalu nyata untuk bisa ia enyahkan dan anggap sebatas bunga mimpi semata.

Pernikahan itu sederhana, terlalu sederhana untuk sebuah gabungan keluarga pebisnis dan konglomerat -yang identik dengan perayaan mewah, yang setiap detiknya uang selalu mengalir dalam rekening dalam nominal yang tidak sedikit.

Hembusan angin kala itu terlalu lembut mengenai bahunya yang telanjang, gaun pernikahan yang dipilihkan sang ibu mertua terasa nyaman namun masih terlihat proper untuk acara nan suci itu. Genggaman tangannya yang sedikit bergetar masih terasa sampai sekarang, begitu pula dengan pandangan lurus sang lelaki yang mengarah tepat ke bola mata juga untaian janji suci yang terlontar dari bibirnya.

Keseluruhan penampilan sang calon suami begitu sempurna dimatanya. Jas putih berlapis vest berwarna serupa juga dengan dasi kupu-kupu terbalut pas dalam tubuhnya yang atletis.

Rautnya yang tegang dan enggan -saat itu dirinya hanya mencoba menghempaskan pemikiran aneh itu, karena mana mungkin seorang yang akan menikah terlihat enggan dengan calon pasangannya, tapi sekarang semua terlihat begitu jelas -merapatkan tubuh lebih dekat, dan memasangkan sebuah cincin dalam jemarinya.

Dalam sedetik, semua perasaan cinta yang ia kubur dalam-dalam termuntah begitu hebatnya. Perasaan haru merayap cepat, kala semua untaian janji setia yang dulunya hanya ada dalam bayangan dan mimpi semata, menjadi jelas terdengar di seluruh sudut katedral suci.

" Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Tuhan yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."

The Light in Your EyesOnde histórias criam vida. Descubra agora