Mad atau EX

33 1 0
                                    

Wilhelm Darko Sturgeanhook. Bisa dipanggil Mad Darko: kegelapan gila (yang benar saja) atau EX Darko . Empat puluh tahun. Tampang tidak terlihat karena jelas ia memakai topeng. Anggap saja pemilik wajah datar yang mungkin menyenangkan. Sebab topeng yang dipakainya hanya berwarna putih dan dengan bibir merah mereka yang tersenyum sangat lebar. Dia memperkenalkan dirinya sembari berjalan menebas tumbuh-tumbuhan penghalang jalan.

Diantara kami berempat dari tim terakhir, hanya Ara yang kelihatannya risih jalan-jalan di antara semak belukar di hutan dekat akademi khusus. Well, aku juga baru tahu di dekat akademi ada hutan belantara. Kupikir hanya perkebunan biasa.

Guru pembimbing kami terus berceloteh dan sesekali tertawa mengerikan di perjalanan menuju tempat latihan yang ia sebutkan. Kata Tres kemarin, kami akan diberi seragam, tapi nyatanya? Sampai kami akan latihan juga tak ada kabar tentang seragam itu dari Mad Darko. Setidaknya kenyataan ini akan menyenangkan satu orang. Siapa lagi kalau bukan si tahu segalanya. Mungkin aku juga. Sebab aku takut aku tak boleh memakai jubah bertudung lagi.

"Kita sampai anak-anak!" kata Mad Darko dengan tangan yang bebas. Seakan menyambut kami di sebuah pertunjukan.

Tak ada apapun, selain ya tanah tanpa semak-semak yang luasnya tak lebih besar dari kamar asramaku.

"Untuk apa kita kemari Mad Darko?" Tanya Lond, pandangannya sibuk meneliti tempat ini.

"Iya! Ish. Banyak serangga disini Mad Darko!" Teriak Ara, dia paling belakang di barisan. Dia mengibas-ngibaskan tangannya ke rok pendek dan (stoking)nya.
"Aku benci serangga!" Gumam Ara, tapi semua pasti mendengarnya.

"Kita akan bersenang-senang, anak muda. Dan putri, sebaiknya mulai sekarang kau menyukai serangga. Kudengar disini ada serangga mematikan."

Aku bertanya-tanya, apa maksudnya kami akan dilatih di tempat ini sepanjang sore setelah kelas berakhir?

Mad Darko duduk di atas batu besar di depan kami. Tidak! Dia tidak duduk. Dia bersila dan melayang!?
Ah. Aku sebaiknya memeriksakan mataku.

"Kalian juga melihatnya atau hanya mataku yang bermasalah?" Tanya Amidas dengan terperangah.

"Aku lihat!" jawabku. Diikuti Lond dan Ara dengan ketakutan.

Baru saja aku akan menanyai Mad Darko, dia buru-buru membentuk sebuah senjata dari darah. Sebuah pedang besar yang dihadapkan tepat di hidungku.

"Tidak usah terkejut. Aku masih manusia anak-anak,"
"Aku akan menyebutkan aturan permainannya!" Kata Mad Darko menarik pedang ke pundaknya.

"Permainan?" Tanya Ara dan Tres bebarengan.
"Jangan menyela. Aku belum selesai."

Aku berpaling pada Lond. Mungkin dia tahu sesuatu. Tapi dia mengedikkan bahunya cepat. Berharap aku tak menanyainya lagi.

"Pertama, pertahankan satu nyawa yang kalian miliki."

"Dua, tangkap aku semampu kalian! Jika aku sudah tertangkap, aku akan mengejar kalian. Ini hanya satu ronde anak-anak. Mudah kan?"

Hanya itu? Bukan pelatihan menggunakan kekuatan kami?

"Sampai jumpa!" Kata Mad Darko dan menghilang secara sempurna.

Lalu suara tawa mengelilingi kami. Kami refleks berkumpul dan berjaga-jaga.

"Bagaimana dia melakukannya?" Tanya Tres, dan dia sudah merubah kulitnya menjadi emas. Melindungi dirinya sendiri.

"Jangan pedulikan itu. Ini waktunya kita mengejar. Kita berpencar. Dan siapapun yang sudah menemukannya, teriakkan Lalalulu. Mengerti?" Kata Lond. Memimpin.

EMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang