2

698 65 2
                                    

Sejak 2 hari lalu, setelah jeno memperkenalkan dirinya dengan baik juga mengungkap banyak hal. Orang orang itu tak pernah lagi datang ke kamar rawatnya.

Dan hari ini, hari dimana jeno bisa keluar dari rumah sakit, jangan tanya biaya rawat nya siapa yang membayar, yang jeno tau bahwa biaya rawat nya sudah terbayar lunas.

"Sembuh doang tapi pulang gak tau kemana"

Jeno berdiam diri di halte depan rumah sakit sejak satu jam lalu, menatap ramai nya lalu lintas di hadapannya yang terlihat padat.

"Ngekos aja kali ya?"

"Apa beli rumah minimalis?"

Pertanyaan pertanyaan itu belum juga menemukan titik terang sejak ia pertama kali hinggap di tubuh barunya.

Lagi pula kalaupun sudah punya pilihan, tapi tidak punya uang, percuma.

"Misi pertama, cari tempat tinggal, yang murah."

Jeno bawa langkahnya tak tentu arah, tekad nya sudah bulat. Ia tak akan tinggal di mansion keluarga jeno dunia ini.

Banyak pula alasan kenapa ia ingin tinggal sendiri, termaksud agar bisa menjauh dari sekumpulan pemuda yang sempat menjenguk nya kemarin kemarin dan juga hal lain.

"Bisa aja gua manfaatin mereka, tapi kalau mereka masih ngeliat gua sebagai jeno yang dulu yang sama aja" ujar jeno.

"WOIII MISI WOII MINGGIRR!!!!"

"HEHHHH!"

Suara dentuman yang cukup keras itu mengalih pandang orang orang.

Jeno memegang bokong serta pinggangnya yang terasa sakit. "Sialll, baru juga sembuhhhhh!!!"

Jeno tatap pria yang berada di hadapan nya sinis. Sudah tau trotoar ramai naik sepeda kaya di kejar setan.

"Sorry yaaa maaaff gak sengaja." Ujar pria tersebut sambil mengulurkan tangannya mencoba membantu Jeno untuk berdiri.

Sedangkan Jeno, matanya masih menatap sinis.

"Udah tau trotoar rame ya naik sepeda pelan pelan dong!"

"Lu juga udah gua suruh minggir gak langsung minggir."

Jeno tendang kaki orang di hadapannya. "Ya menurut lu?! Ngapa jadi nyalahin gua sih?!"

"Gua gak nyalahin lu?!"

Karna kesal Jeno jambak orang di hadapannya itu. "Coba ngomong sekali lagii COBAAA HAH!!!"

Pemuda itu menggerang kesakitan. "SAKIIT WOY SAKITTT DUH ADUHH LEPASS."

"Minta maaf dulu ke gua, yangg benerr!!" Ucap Jeno garang.

"Iya iya minta maaf gua lepasinn ini woy."

"YANG BENER!!"

Pemuda itu menangkup kedua tangannya menjadi memohon. "Gua minta maaf, maaf gua udah bawa sepeda gak bener dan berakhir ngelukain lu, maaf ya."

Jeno lepas jambakan pada pria itu, terganti dengan uluran tangan yang di balas pandangan bingung dari lawan bicaranya.

"Gua Jeno, lu?" Jeno lebih dulu memperkenalkan diri.

Saat tau ia di ajak untuk berkenalan buru buru pria itu membalas uluran tangan dari Jeno. "Hyunjin, Hwang Hyunjin."

"Ganti rugi!"

Hyunjin mengernyit. "Ganti rugi apaan?"

"Lu udah bikin badan gua sakit sakit padahal gua baru aja keluar dari rumah sakit, jadi lu harus traktir gua makan."

"Ngapa jadi traktir makan?!" Hyunjin berkacak pinggang.

Jeno yang tak mau kalah mengikuti gaya hyunjin. "Emang kenapa sih? Daripada lu harus biayain rumah sakit, hayoo."

"Yaudah okey, mau makan apa lu?"

"Apa ajalah, ayok!" Jeno menarik tangan hyunjin untuk segera jalan tapi di balas jitakan oleh sang empu.

"Sabar, sepeda gua." Hyunjin segera menaiki sepedanya dan membantu jeno untuk berdiri di belakang sepeda nya yang memang sudah tersedia untuk menaruh kaki.

"Pegang pundak gua yang kenceng, gua gak mau nambah ganti rugi kalo nanti lu jatuh." Ucap Hyunjin.

Jeno mendengus. "Iya iya bawel."

***

Warung pinggir jalan menjadi pilihan hyunjin. Jeno tidak berkomentar banyak, selama perjalanan pun mereka hanya saling diam.

"Lu cari tempat duduk, biar gua yang pesen."

Jeno mengangguk mengerti. "Ramen pedes ya."

Hyunjin mengangguk mengerti mendengar pesanan jeno. Sedangkan pemuda dengan senyum manis itu segera mencari tempat duduk.

Warung ramen pilihan hyunjin cukup mencuri perhatian jeno, tempat nya ramai tapi kerennya tidak kotor.

Kotor versi jeno itu, tempat makan yang banyak lalat juga kubangan air, serta bau tak sedap.

Melihat hyunjin datang menghampirinya dengan nampan berisi minuman dingin serta ramen membuat mata jeno berbinar.

"Gua gak tau lu suka apa gak, gua beliin iced matcha latte."

Jeno tersenyum. "Gua suka matcha, thank you." Hyunjin mengangguk sebagai balasan.

Mereka makan dengan tenang, terutama jeno. Anak itu terlalu menikmati kelezatan dari makanan enak itu sekaligus rasa nikmat karna semuanya gratis.

"UKHUK!!" Suara batuk jeno mengalih pandang hyunjin.

"Kenapa lu?" Hyunjin bertanya karna dapat ia tangkap gelagat aneh dari orang di hadapannya ini.

Dengan cepat jeno mengambil daftar menu yang berada di sampingnya.

"Umpetin gua hyunjin, jangan sampe gua keliatann." Jeno berbisik sambil tetap berusaha bersembunyi agar sosoknya tidak gampang dikenali.

Hyunjin memandang heran jeno. "Kenapasih?"

"Ssttt bantu gua, jangan sampe gua keliatan."

Hyunjin mengedarkan pandangnya, mencoba mencari tau siapa sosok yang coba di hindari jeno.

Sampai netranya bersitatap dengan sosok yang berada di kasir.























💌-haii, sedikit bingung bikin alur, tpi aku  mencoba enjoy untuk tetep lanjutinn. Kalo ada typo or anything bilang aja ya!! Thank you karna sudah mau bacaa, jangan lupa komen biar noi semangatt ngetik nya❣️❣️

UNTITLEDWhere stories live. Discover now