4

630 79 2
                                    

Jaehyun menatap figura foto di hadapan nya kosong. Perasaannya selalu aneh tiap kali ia memandang foto itu tapi ia tak tau kenapa.

"Yah?"

Panggilan tiba tiba itu sukses membuat Jaehyun tersadar. Di tatapnya kelima pemuda yang sudah ia anggap bagian keluarganya sendiri.

Kelima pemuda itu segera duduk rapih di satu satunya sofa yang ada di ruangan itu.

"Kalian tau Jeno kemana?"

Pertanyaan Jaehyun membuat mereka terdiam.

"Dia sudah keluar dari rumah sakit, tapi tidak pulang kesini."

Kelima pemuda itu saling bersitatap.

"Yah, ada yang perlu kita omongin." Mark menatap Jaehyun serius.

"Ayah percaya perpindahan jiwa?"

"Hal fiksi, tidak mungkin terjadi Mark." Ucap Jaehyun, seakan tau apa yang akan di bicarakan.

"Tapi itu yang dialami Jeno, ayah. Tubuh Jeno sudah diisi oleh jiwa lain, namanya Jeno juga tapi dia berasal dari dunia yang berbeda."

Jaehyun memijat kening nya pusing mendengar penjelasan dari Mark.

"Gak ada hal seperti itu Mark di dunia ini."

"Tapi Jeno sendiri yang ngasih tau ke kita ayah." Ujar Jaemin.

"Setelah dia sadar dia memperkenalkan dirinya sebagai Jeno dari dunia lain." Saut Renjun yang di angguki yang lain.

"Mungkin saja itu bagian dari rencana dia untuk bisa menjauh dari jangkauan keluarga nya."

Mendengar penuturan Jaehyun membuat yang lain mematung.

"Tapi, Yah."

"Sudah cukup Jisung, ayah minta kalian datang kesini untuk bantu mencarinya. Bawa dia kembali ke mansion ini bagaimanapun kondisinya." Jaehyun segera keluar dari ruang kerja nya setelah itu.

"Kita cari dia." Haechan segera bangkit dari duduk nya, diikuti yang lain.

***

Hyunjin menatap jengah kedua orang di hadapannya. Mereka tak henti henti nya membahas film yang mereka tonton tadi.

"Sampe kapan lu disini?"

Jeno dan Yeji menatap Hyunjin bersamaan, sukses membuat Hyunjin tergelak.

"Lu nanya gua?" Jeno menunjuk dirinya sendiri.

"Ya siapa lagi maemunah."

Jeno menatap Hyunjin memelas. "Gua nginep dulu ya disini, semalemmm ajaa. Pleasee Hyunjin.."

"Biarin Jeno nginep dulu, kasian dia belum nemu tempat tinggal."

Hyunjin menatap heran saudara kembarnya itu, kenapa ia malah membela Jeno.

"Kalo lu nginep mau tidur dimana emang? Gudang?"

"Ya bareng lu lah, di kamar." Ujar Yeji.

"Kok bareng gua?!"

Yeji berkacak pinggang. "Kalo boleh sama gua, dari tadi udah gua ajak ni bocah ke kamar."

Hyunjin mendengus. "Yaudah iya sama gua."

"Tidur di lantai ya lu." Ujar Hyunjin pada Jeno.

Yeji mendelik. "Masa tamu lu biarin di lantai si?!"

"Ya terus di manaaa????"

"Di kasur lu kan bisa, tidur berdua gak akan bikin lu kesempitan."

"Gua? Sama dia? Satu kasur? Yang bener aja deh lu." Hyunjin berujar julid.

"Udahlah gua di mana aja tidur nya." Saut Jeno di tengah tengah perdebatan saudara kandung tersebut.

Yeji merangkul Jeno gemas. "Lu tidur sama Hyunjin berdua gapapa kan, Jen?"

Jeno mengangguk sebagai jawaban.

"Jeno aja setuju masa lu gak?!"

Hyunjin merasa darah nya mulai bertambah naik. "Tapi kan gua yang punya kamar?! Persetujuan gua lebih penting lahh"

Melihat tatapan tajam yang di layangkan oleh Yeji membuat Hyunjin sedikit takut. "OKE FINE!"

"Gua duluan ke kamar, lu nyusul aja nanti." Hyunjin segera pergi ke kamar nya dengan tergesa. Ia tak mau mengalami darah tinggi karna harus berurusan dengan Yeji yang selalu bisa membuatnya emosi.

Hyunjin jadi menyesal membawa Jeno ke rumah nya untuk berteduh karna hujan yang sedari tadi belum usai. Lihat sekarang, saudara perempuan nya yang mirip kucing pms itu jadi menempeli bahkan membela Jeno terus hanya karna bocah itu terlihat imut.

"Siap siap jadi babu nih gua."

"Sial sial, untung gua anak baik hati dan rajin menabung." Hyunjin berjalan menuju kamarnya dengan terus mengeluh tanpa henti.


Baru saja ia keluar kamar mandi usai bersih bersih, dirinya sudah di kejutkan oleh sosok Jeno yang sudah terlelap di atas kasur miliknya.

"Beneran berdua ini ya?" Tanya Hyunjin entah pada siapa.

Hyunjin segera mendekat, ikut menidurkan tubuhnya di tempat yang ia perkirakan di sisakan oleh Jeno.

"Kalo lagi tidur gini baru keliatan manisnya."

Jari jemari Hyunjin mulai mengelus surai Jeno pelan.

"Rambut lu halus." Hyunjin semakin mendekatkan tubuhnya pada Jeno.

Mulai merengkuh tubuh itu kedalam dekapannya pelan.

"Gua peluk ya, soalny lu keliatannya kedinginan." Ucap Hyunjin.

Hyunjin menaruh kepalanya di atas kepala Jeno, hingga ia bisa mencium wangi shampoo miliknya yang tadi siang ia berikan pada bocah itu.

"Wanginya lebih enak kalo lu yang make."

Hyunjin terkekeh mengingat semua lontaran yang sedari tadi ia ucapkan pada sosok yang sekarang berada dalam pelukannya.

"Gua akui gua aneh, tapi lu lebih aneh Jen, masa lu bisa bikin gua tertarik kurang dari 24 jam."

"Kayanya gua beneran gila."

Hyunjin segera menutup mata nya, menyusul Jeno ke alam mimpi.

Sebelum benar benar tidur, satu yang ia harapkan, agar saat pagi tiba ia tidak mendapat tendangan maut nantinya.



























💌-sama Hyunjin dulu soalnya lucuuu❣️ yang lainnya nanti aja..

UNTITLEDWhere stories live. Discover now