Part 3

128 11 0
                                    

"Sopo yo kiro kiro" Badol masih memikirkan perempuan kemarin.

"Gak usah dipikir jeru jeru wes dol lek pancene jodohne gak bakal nandi nandi tapi Mandar nang aku ae hhahhaaa" Tawa Danu lepas seketika Badol  langsung melemparkan bantal kearah Danu.

"Yo raiso wo, pokok aku panggah berjuang masio gak kenal atiku iki wes ngrentek Dan wes mantep dari pandangan pertama"

"Jo nemen nemen Dol, awak dewe kudu iling Jangan berjuang mati matian untuk sesuatu yang tidak dibawa mati"

"Pehh.. Peehh quotes hari ini by mas Danuarta" Tambah piji yang tiba tiba datang lalu menyeruput kopi Badol.

"Wo jo akeh akeh" Sergah badol melihat
kopinya tinggal sedikit diminum piji

Piji tertawa renyah sudah kebiasaan mereka tidak pernah akur selalu nge roasting gigi kalo badol giginya hilang satu kebalikannya piji giginya maju satu.

"Iki pasti ngomongne mbak jihan"
Danu dan Badol pun beralih menatap piji

"Jihan? " Ucapnya berbarengan

"Iyolah, mbak mbak sopo se sing aku gak kenal pasti yo kenal kabeh tho lek pingin golek info kene nang aku"jelas piji seraya membusungkan dadanya.

" Hadehhh Gayamu kui lo sok kenal"

"Padahal ora blas" Lanjut badol diiringi tawa khasnya.

"Tapi mbak jihan bukan sembarang mbak mbak lo"

Badol mengernyit sekilas menatap wajah piji
"La emange mbak jihan jin apa malaikat"

Piji masih tetap tidak memberi jawaban badol semakin penasaran dengan perempuan kemarin sepertinya santri baru, kesempatan baru nih buat semangat baru di pondok.

"Panggilan kepada Danuarta Harap segera ke ndalem pusat!! "

Suara speaker itu mengema dseluruh tempat membuat mereka heboh

"Panggilan pusat wo" Kata badol
"Pusat.. Pusat.., gercep dong mas danu akeh cewek e ning dalan"kata piji menggupui
.
.
.
#Danuarta pov

        Ku percepat langkah kaki menuju ndalem Gus iqdam kami menyebutnya ndalem pusat, lumayan ekstrem akses menuju ndalem beliau, melewati dua gedung pondok putri yang lebih menyeramkan dari rumah hantu apalagi kalo jalan sendiri seperti ini , lain halnya kalo jalan bareng bareng aku lebih santai.
"Subhanalloh... Mas danu " Sekilas mataku menatap kesamping kanan rasanya kakiku ingin berlari tapi tak bisa kulakukan, banyak sekali santri putri membuat jantungku berdetak tak karuan.
"Hee  hee mas danu.. " Suara bisik bisik itu berasal dari mbak mbak yang duduk di teras kamar.
(Duhh gusti mlaku iki kok gak tutuk tutuk, rasane pingin miber ae) gumamku.

Ku hela napas berat setelah uji nyali tadi, lima menit serasa lima jam sekedar lewat didepan asrama para bidadari.

"Mas danu... " Teriak Gus el diambang pintu, ia pun langsung kupeluk.

"Loh mana mbak nay? " Tanyaku, karna biasanya tak bisa lepas dari Nayla.

"Mbak nay bersih bersih bantuin umma" Jawabnya dengan cadel membuatku ingin mencubit pipinya yang gemas itu.

"Ngomong sama siapa novel? " Gus iqdam berjalan kearah kami
"Owh mas danu" Kata beliau lalu beranjak duduk, segera kuraih punggung tangan beliau lalu kucium dengan ta'dzim.

Beliau berdeham sebentar, aku pun menunduk sedikit menjaga jarak dengan beliau.
"Dan tolong Anterin adek saya ke kampus "

"Enggeh Gus" Seraya ku anggukkan kepalaku dua kali.

Sedikit bingung dibenakku sejak kapan Gus farid kuliah gak biasanya beliau minta diantar.
Gus iqdam pun beranjak kedalam meninggalkan ku setelah memberi kunci mobilnya.

"Kunci nya sudahkan mas? "Mataku mengarah ke sumber suara itu, rasanya lidah ku kelu tak bisa berkata itu kan mbak yang kemarin mbak jihan, segera ku tundukkan pandangan ketika kedua mata kami saling bersitatap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kunci nya sudahkan mas? "
Mataku mengarah ke sumber suara itu, rasanya lidah ku kelu tak bisa berkata itu kan mbak yang kemarin mbak jihan, segera ku tundukkan pandangan ketika kedua mata kami saling bersitatap.

"Wes kan kuncinya" Ucapnya sekali lagi
"Ee...Sampun" Jawabku canggung.

Mbak jihan melangkah didepanku segera ku bukakan pintunya lalu kututup pelan.
"Mas nanti mampir ke indomart dulu ya" Ucapnya kepadaku mataku menatap sekilas dari kaca spion sejak kapan Gus iq punya adek secantik ini.

Sepanjang perjalanan beliau hanya diam sibuk dengan HP nya, tanganku masih fokus mengemudi aku berdeham sebentar mencairkan suasana . Ku hembuskan napas gusar akhirnya aku berkata
"Njenengan adek kandung  Gus iqdam nopo kerabat? "

"Kandung lah mas, kenapa gak mirip a? " Jawabnya seraya tersenyum lebar.

"Gak gitu mbak ehh...ning"kataku terbata

" Biasa aja mas panggil jihan juga gak masalah"

"Tapi kulo isin tenan yang kemarin itu ngapunten ya ning" Kataku malu mengingat kemarin beliau ku goda bersama badol.

"Gak papa mas namanya juga gak kenal"
Beliau hanya tersenyum terlihat dari kaca depanku.
"Di pesantren abah rata rata gak kenal sama saya , kan dari kecil saya sudah dimasukkan pesantren dikediri dan gak pernah pulang, yang saya kenal ya mas piji itu teman masa kecil dulu"

Kepalaku manggut manggut mendengar penjelasan ning jihan ternyata piji sudah kenal dari dulu kenapa dia tak memberitahuku awas aja kamu ji!!

"Berarti njenengan adik Gus farid nggeh? "

"Enggeh, cuma terpaut setahun dari kecil  suka berantem makanya sama abah saya dimasukkan pesantren dulu"

.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung dulu yaaaa... 😊
Tunggu part selanjutnya yang pasti lebih seru lagii nih

Dilarang plagiat✖️❗


Date:26 Desember 2023

DanuartaWhere stories live. Discover now