Part 4

148 12 3
                                    

Ku matikan mesin mobil segera beranjak keluar membukakan pintu untuk ning jihan, beliau melangkah keluar tiba tiba kakinya terkilir membuatku reflek memegang tangannya, mata kami saling bersitatap . Pertama kalinya menatap wajah ning jihan sedekat ini lidahku kelu dan membeku Beliau cantik sekali.

"Plakkkkkk... "

Tamparan keras membangunkanku, mataku terbuka lebar menatap badol yang duduk disampingku  aku meringis kesakitan memegangi pipiku tega teganya badol menampar.

"Knek setan opo wo, turu kok ngguya ngguyu gak jelas"

Aku mendengus sebal mereka malah menertawakanku
"Jangan jangan ngipi enak enak, awas lo jo lali adus" Kata piji.

"Ngawur... Koe kabeh ngganggu ae, aku sek tas nggandeng tangane ning jihan malah koe keplak dol" Kesalku karna tak ada satu hari lepas dari gangguan nya.
.
.
.
.

Pagi yang cerah ini kuawali dengan guyonan dengan teman teman sekedar menghilangkan kepenatan karna ya beginilah kehidupan kami di pesantren banyak sekali pekerjaan apalagi abdi ndalem yang tugasnya setiap hari.
Dikamar yang  tak luas ini dihuni para abdi ndalem, ada sepuluh santri dengan profesi yang bermacam macam, ada yang jaga koperasi seperti badol, ada yang bagian dapur seperti margono ada juga bagian bersih bersih pesantren seperti Ibnu dan dendi ada yang jadi supir seperti aku dan jovi juga ada bagian kantin seperti piji.

 Dikamar yang  tak luas ini dihuni para abdi ndalem, ada sepuluh santri dengan profesi yang bermacam macam, ada yang jaga koperasi seperti badol, ada yang bagian dapur seperti margono ada juga bagian bersih bersih pesantren seperti Ibnu dan dendi ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Fikri sadewo(piji)

Sedikit perbedaan antara santri biasa dan abdi ndalem atau pengurus pondok kami diperbolehkan membawa HP  untuk sarana komunikasi selebihnya ya dipakai tiktok an hehee itu sudah hobi kami kalo  nyantai.

Semua kami lakukan tanpa pamrih, ikhlas dan sabar menjalaninya demi barokah yang harus kami capai, percuma ilmu setinggi langit tapi kalau tidak barokah akan sia sia, terkadang kami juga saling tukar cerita saat  akan tidur disaat itulah kami semua bisa berkumpul entah masalah hadroh, masalah keluarga, masalah santri melanggar, dan masalah cinta semua saling mendengar dan memberi saran. Terkadang juga menambah wawasan berkumpul dengan para senior  seperti margono kami memanggilnya mbah no.

"Jo, piye penampilanku? " Kataku didepan kaca bersebelahan dengan jovi
Jovi mengangkat sudut  bibirnya dan memberi isyarat dua jempol tangannya.

"Mesti lek jojo seng di takok I jawab e yo panggah ngeten"kataku seraya menirukan jovi mengangkat dua jempol, ia malah tertawa.

" La aku kudu piye"jawabnya

"Yo kurang opo ngunu"

"Wes perfect kok" Kata Jovi seraya senyum tipis menutupi behelnya.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DanuartaWhere stories live. Discover now