2. Perkara Pinjam Seratus

56 6 0
                                    

Jangan lupa stok sabar yang banyak ya guys.....

Ingat cerita ini jangan disangkutkan dengan real life..

Malam sudah semakin pekat, Gantari menunduk di meja belajarnya. Ia mengingat-ngingat apa yang masih menjadi sumbunya masalah nyambek mokondo ini yang masih saja mengganggu hidupnya. Bukankah beberapa bulan lalu laki-laki itu yang memutuskan untuk pergi tanpa mengusik. Mengapa sekarang seolah menyerang mental Tari. Tari harus menyembunyikan semua masalahnya dengan sangat rapi. Jangan sampai orang rumah tau. Tari tidak bisa membayangkan bagaimana babanya akan kecewa.

"Hah...apa begini ujian kelayakanku ? pusing aku lama-lama. Ya Allah. Perasaan, Tari sudah menjadi batu. Diam-diam saja tidak bertingkah. Mengapa masih tetap saja diganggu sama nyambek mokondo." Kepalanya menunduk lagi. Matanya memejam. Begitu masih saja terdengar bisikan.

"Ning Tari, biar silaturahmi tidak putus pinjam dulu seratuss....hihihi...."

"Jangkrik, setan lagi ganggu juga. Astaghfirullah."

"Hihihihi....." tari menoleh, matanya nyalang menatap kucing jadi-jadian di bawahnya.

"Kamu ini demit macam apa kah, ganggu orang aja lagi cenat-cenut ini. Lagian masuk dari mana hah."

"Ya ada lah Ning. Sudah sabar saja. Dia gak akan tenang Ning."

"Tapi ganggu demi Allah."

"Ning punya hutang kali mangkanya diganggu terus." Kata kucing jadi-jadian itu. Dia belum berubah wujud aslinya.

"Hutang....? Kapan aku berhutang sama dia?" tangannya mengetuk-ngetuk meja. Matanya menerawang ingatan demi ingatan yang mungkin saja luput. Kemudian ada pesan dari kawan curhatnya yang ia mintai tolong kemarin tentang IT. Mumtaz.

Mumtaz

Assalamu'alaikum. Ning. Pesanmu udah gue baca semua. Mungkin ini perkara uang seratus yang waktu itu. Cuma mau ngingetin kamu ning. Uang seratus itu mungkin hak kamu, tapi dulu kamu bilang gak enak kan. Jadi ya jangan lupa dikembalikan ke dia. Mungkin dari situ bisa clear semua masalah ini.

Anda

Ah iya bener. Uang seratus waktu itu. Okeh besok dikembalikan. Dengan caraku sendiri. Makasih udah diingetin. Asli sih sekarang aku kesel banget taz.

Pesan itu terkirim pada Mumtaz.

Mumtaz

Sabar ning, aku gak bisa ngasih saran banyak. Soalnya ya you know keadaan kita gak jauh beda.

Anda

Wkwkwk emang lelucon takdir itu lucu banget gak sih.

Mumtaz

Iya bener lagi.

Pesan mereka berlanjut hingga malam larut sambil posisi Tari sekarang yang duduk di kasur. Perkara uang sertus saja panjangnya tidak bisa ditaksir. Seharusnya kalau orang itu waras tidak lagi mencari masalah dengan dalih menjalin silaturahmi. Memang benar jalinan silaturahmi harus terus terjalin. Tapi tidak adakah rasa bersalah sedikitpun pada orang yang telah disakiti. Dan sekarang datang lagi dengan mengganggu yang membuat hati kebat-kebit panas luar dalam.

Bayangkan sejak hari itu ia meminta nomornya disave lagi, laki-laki itu berulah apa ha? Membalas ketika Gantari sedang membuat status sok akrab sok iya. Kemana sih jalan pikirnya. Gantari hanya ingin hidup tenang tanpa perasaan yang mengambang. Benci tidak, suka juga masih ragu.

SADRAH NABASTALA (Simpul Rasa Series aka Ning Gantari)Where stories live. Discover now