Tidak Ada Bunga 1

239 9 0
                                    

Bel istirahat berbunyi. Raveena yang biasanya menunggu kelas sepi baru keluar, kini langsung keluar bersamaan dengan teman-temannya. Berjalan di koridor sekolah dengan banyaknya orang-orang yang berlalu lalang. Raveena melihat satu persatu orang yang lewat dan orang yang tidak jauh dari pandangannya. Sembari mengobrol dengan teman-temannya, Raveena sedang mencari Zayn.

"Rav, lo nggak ke kantin?" tanya Edlyn yang terhenti karena Raveena melewati kantin. Raveena menoleh.

"Tidak. Kalian masuk saja, ada hal penting yang harus gue selesaiin." jawab Raveena diangguki teman-temannya. Raveena melanjutkan langkahnya.

Di sepanjang jalannya, beberapa orang yang mengenal Raveena menyapa, begitu juga Raveena. Raveena sedang menguatkan mental sebelum bertemu Zayn. Entah perasaan apa yang akan Raveena dapatkan setelah bertemu Zayn nanti. Cukup jauh Raveena berjalan, akhirnya dia menemukan Zayn. Zayn sedang berjalan menuju kelas.

"Zayn," panggilnya. Zayn menoleh. Saat melihat Raveena wajah Zayn langsung berpaling dan melanjutkan langkahnya. Raveena mengejar dan berdiri di depan Zayn.

"Gue mau balikin jaket lo," ucap Raveena memberikan jaket Zayn.

"Buang aja," jawab Zayn singkat. Raveena mengernyit. Dia bingung kenapa Zayn jadi seperti ini.

"Sudahlah," Zayn mengambil jaketnya lalu mulai berjalan lagi. Saat melihat tempat sampah, Zayn memasukkan jaketnya ke sana. Raveena terkejut. Zayn membuat jaketnya begitu saja. Raveena mengejar Zayn lagi dan mensejajari langkah Zayn. Zayn hanya diam.

"Zayn, lo tau artinya mawar hitam?" tanya Raveena ragu-ragu. Zayn menghentikan langkahnya, Raveena pun mengikutinya. Zayn menatap Raveena, begitu juga Raveena kini menatap Zayn.

"Gue tau. Makanya gue ngasih mawar hitam itu ke lo." jawab Zayn membuat Raveena terkejut. Hatinya terasa perih. Raveena yang memberi pertanyaan, tapi dia juga yang merasa sakit. Harusnya Raveena tidak perlu menanyakannya agar dirinya tidak sakit hati.

Nasi sudah jadi bubur. Mata Raveena mulai berkaca. Zayn yang melihatnya langsung pergi. Zayn tidak mau goyah lagi. Cukup sampai disini. Raveena yang meminta perpisahan ini, jadi Zayn harus menepatinya. Tapi, Zayn. Apakah ini tidak keterlaluan? Raveena mengajak Zayn untuk berpisah dengan damai, namun Zayn meminta berpisah dengan kebencian. Raveena menahan tangisnya lalu terduduk lemas. Orang-orang yang melihat Raveena hanya diam, tidak berani bertanya.

Baru sebentar Raveena terduduk. Raveena segera berdiri dan mengambil kembali jaket Zayn yang di buang di tempat sampah. Raveena membawa kembali jaket Zayn ke kelas dan melihatnya kembali lalu memasukkan ke dalam tas. Raveena tidak peduli jika jaket itu kotor. Hanya saja Raveena ingin memungutnya, karena menyayangkan saja jika jaket mahal harus berakhir di tempat sampah sekolah. Atau jangan-jangan setelah ini dibakar atau apa.

Sementara Zayn, dari kejauhan memandangi Raveena. Hatinya juga sakit melihat Raveena yang terpuruk, apalagi melihat Raveena yang memungut jaketnya. Ia merasa bersalah, tapi ini sudah keputusannya. Ini adalah hal terbaik yang mereka pilih. Jika takdir mengizinkan, mereka pasti akan kembali bersama.

"Raveena! Ya Tuhan, kenapa wajah cantik ini jadi kusut? Siapa yang nyakitin? Bilang, bilang ke gue. Gue urut muka nya sampe berbentuk kotak." ujar Edlyn memasuki kelas. Begitu terkejutnya ia melihat Raveena yang sedang bersedih, padahal saat keluar tadi baik-baik saja.

"Apaan sih, muka gue dari dulu juga gini kali!" seru Raveena sembari terkekeh kecil. Tidak, Raveena tidak boleh sedih. Dia cukup bersyukur punya teman-teman yang baik seperti Ailee dan Edlyn yang selalu ada untuk Raveena. Walaupun tidak semua masalah bisa dibicarakan dengan mereka, tapi Raveena senang bisa bertemu dengan mereka yang selalu menghibur saat Raveena sedih.

After Break-upTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang