Lima belas sebelum maaf

186 9 0
                                    

Tidak terasa sudah satu minggu setelah Zayn keluar dari rumah sakit. Kini ia juga sudah beraktivitas seperti biasa. Ia juga bersekolah dan mendatangi Raveena setiap ada waktu luang. Sedangkan Raveena, ia terus menjalani kehidupannya dengan berpura-pura agar membantu Zayn mengembalikan ingatannya. Ia sedikit tersiksa. Sepertinya rasa cintanya yang dulu begitu besar, kini sudah pudar dan digantikan oleh kebencian yang harus dipendam.

"Sayang, ini baksonya!" ucap Zayn sembari menaruh semangkuk bakso di meja Raveena.

"Terima kasih," ucap Raveena singkat.

"Kamu mau minum apa? Biar aku yang beliin," tanya Zayn yang masih berdiri di samping Raveena.

"Tidak perlu. Aku bisa beli sendiri Zayn," jawab Raveena lalu berdiri untuk membeli minum. Zayn hanya mengiyakan ucapan Raveena dan segera duduk di bangkunya.

Kini Raveena sedang berdiri di depan salah satu lemari pendingin yang ada di kantin. Ia sendiri bingung ingin membeli minum apa. Ia sudah terlalu sering meminum es teh, jadi kali ini ia ingin membeli minuman berperisa jeruk. Saat ia mengambil minumnya, ia melihat minuman soda yang Zayn sering minum. Raveena baru sadar bahwa akhir-akhir ini sepertinya Zayn tidak pernah meminumnya. Apakah Zayn juga lupa seleranya? Raveena lalu mengambilnya untuk diberikan kepada Zayn.

"Ini minuman kesukaan kamu," ucap Raveena sembari memberikan minuman kepada Zayn.

"Oh ya? Apa aku suka soda ini? Sepertinya aku lebih suka kamu," ucap Zayn menerima minumannya.

"Basi, Basi," sahut Edlyn menatap sinis Zayn.

"Udah lupa ingatan pun masih bulol," ucap Ailee setelah menyantap baksonya.

"Bulol apaan Ai?" tanya Edlyn dan Raveena bersamaan.

"Bucin tolol!" jawab Ailee sembari menyengir.

❀❀❀❀

Sore itu Raveena hanya berdiam diri di teras. Rumahnya sepi. Entah kemana orang rumah, yang pasti mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sembari menatap kosong halaman, Raveena memikirkan Zayn. Hari demi hari hubungan mereka membaik, namun untuk menjadikan Zayn kekasih sepertinya itu akan sulit. Raveena takut jatuh hati lagi dengan Zayn. Kepura-puraan ini adalah hal tersulit bagi Raveena, bahkan lebih sulit daripada mengerjakan soal matematika.

Raveena bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Bagaimana jika dia mengatakan yang sebenarnya saja kepada Zayn? Tapi, ia sudah berjanji kepada Mama Zayn untuk membantu mengembalikan ingatan Zayn. Zayn mengingat setiap hal kecil bersama Raveena, namun tidak dengan orang lain. Itulah yang membuat Raveena bingung bagaimana mengembalikan ingatan Zayn. Sepertinya yang tidak ada diingatan Zayn adalah ketika mereka putus.

Raveena semakin frustasi. Ia memejamkan mata sebentar sembari bernafas berat. Saat ia membuka mata pelan-pelan, seseorang berjalan ke arahnya. Ia terkejut dan menyipitkan matanya. Itu bukan hayalan belaka.

"Sayangku, mau jalan-jalan sebentar?" teriaknya yang masih sedikit jauh.

Raveena turun dari kursinya dan berjalan menemui Zayn. Untuk apa Zayn kesini disaat ia sedang memikirkannya. Dia seperti cenayang, pikir Raveena.

"Ayo jalan-jalan," ucap Zayn lagi.

"Kemana?" tanya Raveena bingung.

"Yang deket-deket aja. Kayak hati ku ke kamu!" ucap Zayn mendapat pukulan kecil dari Raveena.

Kini mereka sedang menyusuri taman yang tidak jauh dari rumah Raveena. Bahkan mereka hanya berjalan kaki untuk sampai ke sana. Taman begitu ramai saat sore. Banyak pedagang yang berjualan disepanjang jalan. Anak kecil, remaja, dewasa bahkan aki-aki pun berjalan-jalan menikmati suasana.

After Break-upWhere stories live. Discover now