TI

50.1K 3.8K 40
                                    

"Kamu ada masalah?" Kira menyentuh lengan Kana dan ikut duduk di sebelah Kana yang sedari tadi memandang kosong ke arah televisi.

"Minggu lalu aku ketemu Niel, Kak." Kana belum memberitahu Kira tentang masalah ini. Pembicaraannya dengan Fritdjof di dapur malam itu lebih menyita ruang di kepalanya sehingga Kana malah melupakan isu utamanya.

"Kok bisa? Di mana? Bukannya dia masih di Inggris?"

"Iya, di supermarket. Dia udah balik. Dia masih gitu, kayaknya masih dendam sama aku." Wajah Kana berubah menjadi muram.

"Kamu nggak diapa-apain, kan?" Kira menelisik setiap inci tubuh Kana.

Kana menggeleng. Terakhir kali dia bertemu dengan Niel adalah sebelum lelaki itu berangkat ke Inggris. Dia mendatangi Kana di kampus, menarik tangannya dan menyeret paksa Kana. Kana yang merasa bahwa di kampus aman, karena banyak orang, sedikit kurang waspada. Hari itu dia memilih berjalan sendirian, tidak bergerombol bersama teman-temannya. Niel berusaha memasukkannya ke kamar mandi laki-laki. Untunglah saat itu ada beberapa orang yang melihat mereka, satu atau dua orang sempat melayangkan pukulan ke wajah Niel.

Sejak kejadian Niel kalah taruhan, citranya sebagai pelajar baik-baik di kampus itu sudah pudar. Laki-laki itu tidaklah lebih berharga dari sekadar sampah. Tidak seorang pun menaruh hormat kepadanya.

"Aku sama Fritdjof waktu ketemu dia." Kana berharap dengan begini Kira tidak terlalu khawatir.

"Sama Fritdjof? Ke supermarket? Kamu affair sama bosmu?"

"Kak, out of topic." Kana mengingatkan kakaknya yang malah membahas Fritdjof.

"Sebaiknya kamu jangan keluyuran sendiri, Kan. Kalau perlu apa-apa, aku atau Alen bisa temenin kamu."

"Kok aku ngerepotin kalian terus? Kalian sibuk persiapan menikah. Aku nggak papa kok." Kana meyakinkan kakaknya.

"Nggak apa-apa gimana kalau sejak ketemu sama Niel kamu bengong terus. Kamu nggak merasa CLBK kan habis ketemu dia?" Kira memperhatikan Kana sedikit aneh akhir-akhir ini.

"CLBK." Kana tertawa. "Jadul banget."

Bukan itu yang membuat dia banyak melamun. Tapi ... sunshine ... otaknya dipenuhi satu kata itu. Kata dan orang yang mengucapkannya. Orang yang mengatakan akan melindunginya.

"Jadi, gimana kamu dan Fritdjof?" Kira tersenyum menggoda Kana.

"Kak, dia itu bosku. Dia baik. Tapi siapa tahu dia juga orang jahat kayak Niel dan teman-temannya itu." Kana tidak bisa percaya pada laki-laki lagi sejak terakhir kali jatuh cinta.

"Bukan berarti karena satu laki-laki itu berengsek, lalu semua laki-laki sama. Kakak tahu kamu pacaran sama mantan-mantanmu itu cuma main-main saja, cuma ingin bikin mereka patah hati. Kamu ingin menghukum mereka, menghukum seluruh laki-laki di dunia, hanya karena kesalahan satu orang yang bahkan tidak mereka kenal.

"Kamu bersikap tidak adil sama mereka, Kan. Memangnya kamu nggak pernah berpikir, seandainya kamu berada di posisi mereka, yang mendekati seorang gadis, jatuh cinta, lalu dicampakkan begitu saja? Kamu bahkan nggak memberi penjelasan yang masuk akal yang bisa mereka terima saat memutuskan mereka."

"Aku sudah pernah merasakannya. Kalau Kakak nggak lupa, aku bukan hanya dicampakkan tapi aku juga dipermalukan." Dulu di kampusnya, yang didominasi laki-laki, Kana termasuk salah satu mahasiswa yang cantik dan pintar. Banyak laki-laki yang mengaguminya, menyukainya, dan ada juga yang menjadikannya sebagai objek taruhan. Niel dan kawan-kawannya itu. Kabar mengenai Niel yang kehilangan mobilnya dalam taruhan itu menyebar dengan cepat di kampus dan Kana dikenal dengan nama baru. Gadis taruhan.

THE DANISH BOSSWhere stories live. Discover now