SEXTEN

38.5K 3.4K 64
                                    

Halo, teman. Kalau kamu membaca cerita ini, tinggalkan komentar untukku ya. Terima kasih :-)

***

"Jadi, kalau kamu mau mempermainkan dia sebaiknya jangan diteruskan. Kasihan anak orang jauh-jauh ke sini," kata Kira.

"Mengobati luka hati memang susah. Kalau luka dan sakit di badan, ada dokter yang bisa mengobati. Kalau luka hati, tidak ada yang bisa menyembuhkan kecuali diri sendiri. Itu sebabnya setiap orang memiliki cara untuk melupakan luka hatinya. Mabuk di club sampai pagi, nyanyi di ruang karaoke atau berteriak di tepi pantai, guling-guling di lantai, menangis berhari-hari, traveling. Apa pun yang bisa membantumu melampiaskan rasa sakit itu. Bukannya dengan melampiaskan kepada laki-laki yang nggak tahu apa-apa.

"Kalau sekali patah hati membuat orang langsung mati, pasti tidak ada satu pun orang hidup yang tersisa di dunia ini." Kira menasihati Kana.

Kira benar. Kira selalu benar. Setiap orang di dunia ini pasti pernah patah hati.

"Ada orang yang ingin sekali menyembuhkan luka di hatimu," kata Kira lagi.

"Memangnya kalau aku memercayainya, dia tidak akan menyakitiku?" Kana masih ragu.

"Kamu nggak tahu kalau nggak mencobanya."

"Aku takut."

"Tahu apa yang lebih menakutkan? Kamu menjauh dari orang yang ingin dekat denganmu dan menunggumu. Saat kamu sadar, dia sudah pergi."

***

Kana berdiri di halte, setelah meloncat turun dari bus, dia baru sadar hujan ternyata sangat deras. Tadi Kana memilih untuk naik bus setelah berpisah dengan Kira, yang tiba-tiba harus bertemu dengan orang yang akan memakai jasa event organizer-nya. Jadi di sinilah Kana sekarang, putus asa karena hujan yang tak kunjung reda. Sambil meringis menahan keinginannya untuk ke kamar mandi.

Setelah menunggu lima menit, Kana melepas blazernya dan menutupkan ke atas kepalanya. Lalu berlari menembus derasnya hujan. Apartemennya tidak jauh dari sini, hanya perlu lari lima menit. Blazernya tidak membantu banyak untuk menghalangi air hujan, Kana tetap basah kuyup ketika sampai di lobi. Setengah berlari Kana menuju lift. Perutnya sudah sakit sekali.

Kana mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya di lantai lift, berharap liftnya segera sampai di lantainya.

"Fritdjof!" Teriaknya begitu berbelok ke lorong dan melihat Fritdjof sedang membuka pintu. "Toilet. Perutku sakit." Kana menerobos masuk ke apartemen Fritdjof.

Akan lebih memakan waktu kalau dia harus membuka pintu unitnya sendiri. Mata Kana dengan cepat mencari kamar utama, untungnya desain unit Fritdjof sama dengan unitnya, tidak ada penambahan dan pengurangan.

Kana menggunakan kamar mandi di kamar Fritdjof tanpa permisi. Pasti Fritdjof mengerti Kana sedang terdesak.

Kana mendesah lega ketika keluar dari kamar Fritdjof.

"Ganti bajumu." Fritdjof memberikan kemeja bersih dan handuk kepada Kana.

Kana kembali masuk ke kamar mandi dan mengeringkan tubuhnya. Lalu bergabung dengan Fritdjof duduk di depan TV. Masih mengenakan rok zebra yang dipakai kerja hari ini dan sekarang mengganti blusnya dengan kemeja putih milik Fritdjof, yang kebesaran sekali di tubuhnya. Lengannya harus digulung berkali-kali.

Fritdjof meletakkan handuk kering di kepala Kana dan mengeringkan rambutnya. "Bukankah kamu tadi sama Kira?"

Tadi Kana sempat bilang padanya akan pulang bersama Kira.

"Iya. Tapi Kira ada urusan mendadak. Pegel lari-lari." Kana meregangkan kakinya.

"Kenapa tidak naik taksi? Malah hujan-hujan?"

THE DANISH BOSSWhere stories live. Discover now