Langit dan Bumi

15 3 0
                                    

"Orang bilang, langit pandang lah seperti langit. Jangan pernah mencoba untuk menggapainya. Tapi, bagiku langit memang tak akan pernah bisa digapai jika seseorang menggapainya dengan cara berjinjit atau melompat. Langit hanya bisa digapai mana kala seseorang bersujud dan berbisik kepada bumi. Karena langit pasti akan mendengarnya."

-Muhammad Yusuf Alaudin Althaf-

*
*
*

Aku terdiam bingung saat berada di antara kedua sahabatku yang kini tengah menatap kagum laki-laki yang duduk di hadapan kami. Sang pendekar dengan segala kesantunannya hanya menunduk sembari mengaduk kopinya walau ia tau kemana arah tatapan kedua sahabatku ini, sementara Haidar hanya menatap mereka dengan tatapan bingung saat aku juga fokus memotong kueku asal.

"Ekhem, mau sekalian kubukain fans meeting di sini?" sahut Haidar memecahkan kesunyian di antara kami.

"Boleh," balas Abigail semangat.

"What?!!" kejutku yang diikuti tawa renyah Haidar. "Gila ya lu!"

"Lagian sepi amat kalian."

"Bingung juga kak mau ngomong apa," balas Dhaniya apa adanya.

"Lagian kalian ngapain sih pada nimbrung, padahal harusnya kan cuma aku sama Zhafiy yang makan siang disini."

Kutatap tajam Haidar dengan ucapan to the pointnya. Nampak ekspresi Yusuf masih terlihat begitu tenang mengaduk minumannya tanpa menatap mata kami sedikit pun, bahkan dengan ucapan to the point Haidar. Namun perlahan laki-laki itu melirik jemariku kala aku masih memotong kueku asal, matanya terkunci pada indahnya cincin di jari manisku yang membuatnya merekahkan senyum indahnya dan menunduk pelan.

"Is there anything that makes you happy, Yusuf?" tanya Abigail yang membuat Yusuf menatapnya sekilas lantas menggeleng pelan, masih dengan senyuman yang merekah di antara bibir indahnya.

"Nothing," balasnya.

"May I ask you, Yusuf?" sambung Dhaniya.

"Sure."

"Bagaimana perasaanmu saat orang tuamu menjodohkanmu dengan Zhafira?" tanya Dhaniya yang membuatku dan Haidar membeku di tempat kami tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Aku tak begitu yakin dwngan perasaan Yusuf, namun laki-laki itu hanya menunduk santun tanpa menunjukkan kepada kami ekspresi apa pun yang bisa kami baca. Aku melahap perlahan kue yang ku pesan, tidak, sebenarnya Haidar yang memesannya dan ternyata dia masih mengingat kue kesukaanku sejak terakhir kali kami bertemu. Tampak pula harapan dalam tatapan Abigail dan Dhaniya kepada Yusuf seakan mereka menginginkan jawaban atas pertanyaan yang terlontar. Namun, bukannya marah dengan pertanyaan tiba-tiba Dhaniya yang mengungkit perasaan pribadinya, sosok tampan itu hanya tersenyum simpul dengan begitu indah, tatapan santunnya menunduk hingga menunjukkan deretan bulu mata panjang nan lentiknya yang indah, masih dengan jemari indahnya yang mengaduk minumannya.

"Ada beberapa perasaan yang sulit untuk kujelaskan, namun aku yakin itu bukanlah perasaan yang negatif," balasnya pelan.

"Lantas, bagaimana jika ternyata kelak Zhafira bukanlah pendampingmu di masa depan?" tanya Dhaniya masih dengan to the point nya yang membuat Haidar hampir tersedak kuenya sendiri dan langsung meminum minumannya dengan cepat.

She Is not CleopatraWhere stories live. Discover now