Benang Takdir

12 3 0
                                    

"Tuhan pun tau jikalau aku mengagumi dirimu, namun aku tetap berpegang pada Al-Isra' ayat 32 yang berbunyi, 'dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.' Karena mahkotamu lebih berarti dari pada dunia dan seisinya."

-Daffa Ramdan Fauzi-

*
*
*

3 tahun kemudian.

Aku terdiam tanpa suara saat mata dan pikiranku terfokuskan oleh laptop dihadapanku yang masih terbuka. Kata demi kata kutulis di layar laptopku dengan beberapa buku yang terbuka lebar sebagai referensiku. Sesekali kutatap ponselku dan kunikmati keripik kentang yang kubeli sebagai pengganjal rasa kantukku. Saat ini aku berada di taman yang tak jauh dari kampusku. Aku memang tak ada jadwal kuliah saat ini, tapi belajar di asrama hanya membuatku bosan dan ngantuk, hingga akhirnya aku memutuskan untuk keluar hanya sekedar mencari angin dan belajar. Hari ini begitu sejuk, tak panas dan tak dingin saat aku duduk di kursi taman tepat di bawah pohon mapple dengan dedaunan yang mulai menguning. Mataku masih terfokuskan kepada layar laptop dan bukuku saat aku hampir menggapai kopi kaleng yang ku beli, namun tiba-tiba seseorang mengambil kopi itu terlebih dahulu dan menggantinya dengan minuman bersuplemen yang ia letakkan di atas mejaku. Kutatap sosok yang melakukan itu saat sosok itu dengan senyuman indahnya membuka kaleng kopiku dan duduk di hadapanku sembari meminumnya.

"Kopiku?"

"Sudah tau punya masalah lambung, masih aja minum kopi?" omel Haidar.

"Tapi kan cuman sedikit kak."

"Masih pagi Zhafiy."

"Ya justru itu biar aku ga ngantuk hari ini."

"Enggak, udah minum aja itu," ujarnya menunjuk minuman bersuplemen yang dibawanya.

"Nyebelin banget sih."

"Kesehatanmu itu lebih penting ya, kalau kamu tiba-tiba ngedrop kan jadi kamu yang rugi sendiri."

"Astagfirullahaladzim, omongan adalah doa kak."

"Astagfirullah, kamu sih mangkanya ga usah minum kopi."

"Iya, nih aku minum vitaminnya, puas?" ucapku sembari meneguk minuman bersuplemen yang Haidar bawa.

"Sudah sarapan?"

"Sudah, ini," tunjukku pada keripik kentang yang kubeli.

"Kamu sebut ini sarapan?! Ya Allah Ya Kareem Zhafiy, ga berubah-berubah deh kamu."

"Ini kan kentang kak, udah mengandung karbohidrat."

"Tetep aja ga ngenyangin cantik."

Aku berdecak sebal saat Haidar melepas tasnya dan mengeluarkan sebuah kotak makan yang berisi dua potong sandwich dengan berbagai macam isian. Lantas laki-laki itu mengeluarkan satu potong dari sandwich tersebut dan memberikannya kepadaku.

"Makan!" pintahnya.

Aku tersenyum tipis saat kugapai sandwich tersebut dari tangannya.

She Is not CleopatraWhere stories live. Discover now