09 : Perkelahian sengit antar dua kubu

91 46 14
                                    

***

Setelah selesai melakukan kegiatan gotong royong, anggota geng 7V akhirnya pergi ke kantin untuk mencari teh es buatan bu kantin. Saat ini mereka lagi duduk di meja paling pojok, menunggu pesanan makan dan minum untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga mereka.

"Seriusan ini nanti sore kita ketemuan sama geng Argantara? Gue agak lupa cara berantem," ucap Alan sambil menompang dagunya menggunakan tangan yang bertumpu pada meja. Cowo itu bosan sekali, beberapa hari ini dia tidak berjumpa dengan pacar-pacarnya yang cantik, sehingga dia kelihatan lemah setengah mati.

"Alan stress memang, dia yang cari masalah tapi dia yang lupa cara berantem? Kita kick aja nggak sih dia dari geng 7V?"

Alena hanya bisa menghela nafasnya. Padahal hari ini dia ingin pergi keliling kota bersama Verco. Karna Verco kalah saat bermain basket saat itu, sehingga mengharuskan Verco untuk menjadi babu Alena selama tiga minggu. Mendengar itu Alan mendelik tak terima, ia menatap Alena tajam, dan dibalas kemudian dengan tatapan yang seribu kali lipat lebih tajam.

'Ngalah aja dah gue,' batin Alan bergidik.

"Tapi kalian tenang aja, gue masih punya jurusan andal." Alan menepuk dadanya bangga. Seolah-olah tahu apa yang harus ia lakukan nanti.

"Apa?"

Tanya Vivano. Cowo yang gila akan handphone itu akhirnya nimbrung setelah membalas pesan pacarnya dan memasukkan Hp-nya ke dalam saku.

"Lari, hehehehe!"

Pengen sekali Alena menggorok leher Alan pada saat itu juga. Tapi mengingat Alan masih punya banyak hutang dengannya, membuat cewe tomboy itu urung untuk melakukan hal yang bisa membuat Alan kehilangan nyawa karna rasa geramnya.

"Sekali lagi lo mengada-ada, gue gantung lo di tiang bendera. Bisa nggak sih? Nggak bikin orang pusing dulu? Gue badmood hari ini," ucap Valentino frustasi.

Alena yang mendengar perkataan Valentino langsung mendekat. Memeluk lengan cowo itu erat sambil tersenyum manis.

"Abang kenapa? Kok badmood hari ini?"

"Nggak usah kepo bocil! Sana nggak Lo? Bau ketek!" netra Alena sontak melotot. Suara teriakkannya meleking seketika.

"VALENTINO AKSARA! GARA-GARA MULUT LO BILANGIN GUE BAU KETEK TERUS, GUE PAKE DODORANT SATU HARI SATU SACHET TAU NGGAK?!"

Nafasnya ngos-ngosan, kemudian melirik Valentino yang saat ini tengah menutup telinga karna takut tuli akan teriakkan Alena.

"Bercanda doang, Na. Kok malah lo yang jadi sensi sih? Pms?"

Valentino kini langsung berniat untuk membujuk Alena. Walaupun dia ketua geng, dia juga takut kalau sudah ditatap tajam oleh Valeno. Kembaran dari Alena itu nampak seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"Bercandaan lo nggak ngotak! Lo bilang kek gitu, bikin gue insecure tau nggak sih? Ish bete!" Alena menghentakkan kakinya menimbulkan getaran hingga ke inti bumi.

"Tap-"

"Syut!"

Jari telunjuk Alena langsung menutupi bibir Valentino yang akan membalas ucapannya. Valentino langsung diam, hidungnya terdorong ke belakang karna perbatasan lubang hidup kanan dan lobang hidung kiri didorong oleh jari telunjuk Alena.

"Satu lagi! Jarak umur kita itu cuman beberapa bulan Valentino sang ketua geng yang narsisnya minta ampunn! Jadi, jangan sok-sokan manggil gue bocil!"

Hidung Valen mendadak memerah, kuku panjang Alena ternyata berbekas dihidungnya.

DAFFODILS: Valery Asoka (CAST: Member XODIAC)Where stories live. Discover now