8

203 6 0
                                    


2 Minggu setelah kejadian yang dialami kakak beradik itu ,kini kehidupan sang adik disekolah sudah tenang. Dia tidak lagi di bully. Orang yang membully dia dulu sudah meminta maaf dan mereka berdamai.

Wanita yang kemarin sudah putus dengan kekasihnya dan dia memulai kehidupan baru nya. Kedua orang tua mereka membatalkan perjanjian mereka demi kebaikan anak anak mereka.

2 Minggu itu juga Morin tidak lagi melihat Yian setelah hari itu.

Pagi ini Morin melakukan kegiatan seperti biasa.

Hari ini dia kebagian shift 2 jadi dia bisa beristirahat sebentar dirumah.

Dia akan pergi sore nanti.

Dia sekarang sedang menonton TV. Adik nya sudah pergi kesekolah pagi tadi. Dia hanya sendirian dirumah.

Karena bosan Morin keluar rumah. Dia akan berbelanja bulanan karena sudah hampir abis.

Morin berjalan menuju minimarket terdekat.

Dia kedalam dan mengambil keranjang belanja. Dia mulai memilih milih apa saja yang mereka butuhkan dirumah. Dirasa sudah cukup Morin pergi membayar barang belanjaannya.

Selesai berbelanja Morin pergi dari minimarket dan pulang kerumah.

Di perjalanan Morin tidak sengaja melihat sosok yang mengganggu pikiran nya baru baru ini.

Morin melihat dia sedang makan bersama dengan keluarga nya di dalam restoran.

Morin melewati restoran tersebut dengan menenteng tas belanja.

Yian yang tanpa sengaja melihat Morin segera beranjak dari duduknya  dan mulai keluar dari restoran.

Mama dan papa Yian menatap heran pada Yian.

Yian berlari keluar restoran.

Dia berlari menghampiri Morin.

"Kakak". Teriaknya memanggil Morin sambil terus berlari.

Morin berbalik badan melihat siapa orang yang memanggil dirinya.

Morin terkejut saat orang tersebut sudah dekat dengan dia.

Sosok itu langsung berdiri di depan Morin dengan nafas ngos-ngosan.

"Ha ha ha kak". Panggil nya.

Morin masih tercengang dengan mulut terbuka. Dia kaget melihat Yian berlari tadi.

"Kakak". Panggil Yian menggoyang pundak Morin.

Morin masih belum sadar.

"Kakak". Panggil Yian sedikit berteriak.

"Eh". Ucap Morin tersadar dan langsung menatap Yian.

"Kakak kenapa melamun dan juga kenapa kakak buka mulut tadi". Ucap Yian.

"Hah". Ucap Morin belum sepenuhnya sadar.

"Kakak kenapa ha ho ha ho dari tadi sih". Ucapnya merajuk.

"Lo kenapa berlari tadi". Tanya Morin setelah tersadar.

"Aku mengejar kakak". Ucapnya memasang wajah tampang polos.

"Kenapa Lo ngejar gue". Tanya Morin lagi.

"Kakak tadi sudah jauh dari restoran tempat Yian makan". Ucap Yian tersenyum.

"Siapa suruh Lo ngejar gue". Ucap Morin.

"Aku". Ucapnya menunjuk dirinya sendiri.

Morin menghela nafas panjang.

"Terus orang tua Lo kemana". Ucap Morin menatap Yian. Yian juga menatap dirinya.

"Itu". Ucap Yian menunjuk belakang mereka yang terdapat mama, papa dan adik Yian melihat dari jauh.

Morin Mengikuti arah tunjuk Yian. Dia melihat keluarga Yian menatap mereka dengan tersenyum.

Morin kembali menatap Yian.

"Lo jangan lari lari kayak tadi nanti kalau Lo jatuh dan terluka bagaimana". Ucap Morin.

"Kalau jatuh abis itu terluka, aku akan menangis karena saat kita terluka itu akan sakit ". Ucap Yian.

Morin merutuki orang yang ada di depannya sekarang.

"Ya tuhan kenapa ada manusia modelan kayak dia". Batin Morin kesal.

"Terserah Lo". Ucap Morin pasrah.

Yian melihat Morin membawa 2 tas belanjaan.

"Kakak habis belanja ". Tanya Yian.

"Lo gk liat ini apa". Ucap Morin geram.

"Kata mama gak boleh marah marah nanti cepat tua". Ucap Yian tanpa dosa.

"Itu kata mama Lo kalau kata gue gk sama sekali ". Ucap Morin bersiap pergi meninggalkan Yian.

"Dan juga Lo gk usah panggil gue kakak. Umur kita itu kayaknya seumuran ". Ucap Morin lagi.

"Emang umur kakak berapa". Tanya nya.

"23 tahun". Jawab Morin.

"Kok sama umur Yian juga 23 tahun. Berarti kita seumuran". Ucap Yian semangat.

"Hm. Dan ya nama gue Morin panggil saja Morin". Ucap Morin memperkenalkan dirinya.

"Morin". Ucapnya.

Morin hanya memutar bola matanya malas.

"Dah kan gue mau balik kerumah dulu. Lo balik gih sama orang tua Lo. Gue akan lihat Lo dari sini". Usir Morin.

Yian sedih karena dia merasa dia diusir.

"Iya". Ucapnya lesu kemudian berbalik badan dan langsung berlari menghampiri orang tua nya.

Morin hanya melihat dia di posisi mereka tadi.

My Husband Is Peterpan Onde histórias criam vida. Descubra agora