28. Love to hate you

28 6 0
                                    

•*•✺•*•

Kemunculan mobil sport Lamborghini Aventador hitam yang amat berkilau saat bersinggungan dengan cahaya matahari—menyengat di pagi hari yang cerah ini, membuat murid-murid yang memang sedang berada di area parkiran seketika menghentikan aktivitas mereka lantaran tercengang sekaligus penasaran. Siapa yang datang kali ini?

Begitu mobil tersebut berhenti dihadapan mereka semua, bisik-bisik pun mulai terdengar.

“Ayo, tebak, kali ini siapa lagi yang datang?”

“Guntur and the gang? Eh, tapi bukannya mereka tadi pake motor sport nya masing-masing, ya?”

“Ya terus siapa, anjir. Cih, bikin penasaran aja. Sekolah malah tempat ajang adu alat transportasi. Besok-besok gue bawa pesawat, deh!”

“Yaudah sih, biarin. Orang kaya, mah, bebas.”

Sementara si pemilik mobil yang sayup-sayup mendengarnya pun nampak memutar bola matanya seraya berdecak malas. Hari ini, Daisy yang menyetir karena dia hanya ingin saja.

Dan kali ini gadis itu tak sendirian. Karena ada Hanni, Svecha, Lianna juga Helena yang berangkat bersama dengannya. Hari ini anggap saja awalan baru bagi seorang Daisy yang sempat menggemparkan seantero sekolah dengan indentitasnya yang sedikit demi sedikit terungkap lantaran rumor serta berita-berita trending di sosmed yang mengikutsertakan namanya.

Ck. Merepotkan. Ingin bersekolah dengan tenang saja, ternyata itu hanyalah mimpi belaka.

“Ayo, gurls. Gue nggak sabar memainkan peran mulai hari ini. Kalian gimana? Sama kek gue, nggak?” ucap Hanni pada teman-temannya yang hanya membalas dengan decakan malas.

“Mentang-mentang social butterfly, dahlah ayok.”

Dan bagai gerakan slow motion, mereka berlima pun segera keluar dari mobil dengan didahului oleh Daisy, selanjutnya Svecha, Hanni, Helena serta Lianna.

See? Nyamuk-nyamuk itu semakin berisik, rupanya.

“WOAH, ANJIR! ITU KAN SI DAISY DAN CIRCLE NYA!”

“Gak nyangka, gue. Si Cinderella panjat pohon ternyata beneran tuan putri. Gimana nggak makin perfect itu hidup.”

“Jadi bener? Dia putri tunggal pebisnis otomotif dan perlengkapan pesawat yang sukses besar itu?”

“Gila, makin perfect ini circle. Kumpulan anak-anak pebisnis sukses besar yang anehnya kok mau sekolah disini. Kenapa nggak di OVHS?”

“Diem, anjir. Itu dilihatin kita. Udahlah, ayo. Bubar!”

Tentunya bisik-bisik nyaring para nyamuk tadi terdengar sampai ditelinga mereka berlima yang hanya bisa menatap datar seraya berdecak malas. Norak sekali, pikir mereka. Dan saat kelimanya hendak melangkah bersama menuju kelas, tiba-tiba sebuah suara menginterupsi langkah salah satu anggota dari circle tersebut.

“Tunggu! Daisy...!” ternyata pemiliknya adalah Sastra yang nampak berlari mendekati Daisy yang terpaksa menghentikan langkahnya. Pemuda itu juga tak sendirian karena ada anggota Gennaios lainnya yang menyusul dibelakangnya.

Baiklah, camera, rolling, and action!

“Ini...,” ucap Sastra seraya menyodorkan sebuah paper bag berukuran sedang yang jangankan menebak apa isinya, menyambutnya saja, gadis itu tak sudi.

“... Ini ada obat magh, yogurt strawberry sama waffle mocca. Oh iya, nanti temenin aku ke perpustakaan, ya. Kita belajar bareng buat persiapan UAS minggu depan.” lanjut pemuda tersebut seraya tersenyum manis yang berharap pemberiannya diterima oleh gadis dihadapannya itu.

𝗛𝗶𝗱𝗱𝗲𝗻 𝗗𝗮𝗶𝘀𝗶𝗲𝘀✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora