33. Semudah itu?

17 6 0
                                    

•*•✺•*•

“Gue bisa bantu lo buat deket sama Kaisar. Masalah akses, itu urusan gue. Yang terpenting, sahabat-sahabat gue bisa berbahagia dengan pilihannya masing-masing. Tapi khusus Helena, gue nggak bisa ikut campur karena bagaimanapun juga, gue menghormati keputusannya.” kata Daisy, serius. Kemudian gadis itu pun melanjutkan, “Lo, bebas melakukan hal yang lo suka dan lo mau, Helena,”

“Thanks, Daisy.” balas Helena seraya menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Yang gue mau, cuma ketenangan, Daisy. Makasih karena lo jadi orang pertama yang mau menghargai keinginan dan keputusan gue.” batin gadis itu seraya menunduk menatap kebawah. Yang dimana, disana ada kedua tangannya tanpa sadar bergetar hebat hingga memerah.  Lantaran cengkraman yang dilakukan olehnya sendiri.

•*•✺•*•

Sirena senang sekali. Sepertinya akhir-akhir ini dunia sedang berpihak padanya.

Dalam sekejap mata, hidupnya berubah seketika. Tidak ada lagi seragam maid yang menyebalkan selama bertahun-tahun karena seragam itu sudah tergantikan dengan seragam OCHS yang indah.

Bersekolah disini dan mendapatkan atensi semua orang termasuk Sastra, adalah salah satu impian terbesarnya.

Hari ini, Sastra juga nampak baik, perhatian dan romantis padanya. Ah, rasanya Sirena kembali bermimpi. Jika ini adalah mimpi, maka gadis itu tak akan bangun dari mimpi yang indah ini.

“Ayo, aku antar pulang. Kamu pasti capek, kan? Karena ini pertama kalinya kamu bersekolah sesuai impian kamu selama ini.” ucap Sastra yang seketika menghentikan lamunan gadis dihadapannya itu.

“Iya, Astra. Aku capek, tapi itu nggak seberapa karena rasa senang lebih mendominasi. Kedepannya aku bakalan berusaha keras supaya bisa bertahan di sekolah ini. Aku nggak mau homeschooling lagi,”

“Iya, kedepannya aku juga bakalan bantuin kamu. Jadi, mulai sekarang, kamu nggak sendirian lagi. Ada keluarga baru kamu yang menyayangi kamu. Dan ada aku, disini. Fely paham?”

“Hu'um! Makasih, Astra. Oh iya, kok Daisy berubah banget ya, sekarang? Kenapa dari tadi aku susah buat ngajakin dia ngobrol? Padahal aku cuma mau ngasih dia kado dan bingkisan dari Mama,” ucap Sirena seraya memasang raut sedih andalannya.

FYI, Astra awalnya merupakan panggilan yang pertama kali diberikan oleh Daisy.

Tapi karena semenjak insiden beberapa tahun yang lalu menyebabkan gadis itu membenci Sastra hingga tak pernah lagi menyebutkan nama panggilan itu, maka Sirena yang mengetahuinya tentu saja dengan cekatan memanfaatkannya.

Jika Sastra menyebutnya Fely, maka ia dengan senang hati akan menyebut pemuda itu dengan sebutan nama; Astra.

“Mungkin Daisy sibuk. Bentar lagi, kan, ujian akhir semester. Gimana kalau kamu kasih aja selepas UAS berakhir?” tawar Sastra yang seketika langsung dibalas anggukan setuju oleh Sirena.

Maka setelahnya, keduanya segera memasuki mobil milik Sastra yang ingin mengantarkan Sirena dengan selamat sampai tujuan.

Begitu mobil sudah tidak ada lagi disana, tanpa mereka berdua sadari, sedari awal percakapan keduanya tak luput dari pandangan beberapa orang yang berdiri tak jauh dibelakang mereka berdua.

“Jadi, si ular itu... Dulunya salah satu pelayan muda di mansion lo?” tanya Svecha pada Daisy yang terdiam disampingnya. Masih menatap lurus kearah tempat yang tadinya terdapat dua sejoli tersebut.

“Hm.”

“Woah, semudah itu? Semudah itu, takdirnya?” celetuk Hanni yang speechless. Pasalnya mereka sudah mendengar sebagian tentang gadis bernama Sirena Felycianne itu yang sebenarnya sempat membuat Hanni kesal di awal-awal.

𝗛𝗶𝗱𝗱𝗲𝗻 𝗗𝗮𝗶𝘀𝗶𝗲𝘀✓Where stories live. Discover now