01. Berlibur

494 37 7
                                    


Kehidupan Kim Seokjin sebagai seorang omega dominan tidak ada yang spesial. Ia mengalami manifestasi pada saat berusia 12 tahun. Orang tuanya adalah sepasang alpha dan omega, serta ia memiliki seorang kakak laki-laki yang juga alpha. Seokjin sebelumnya tidak mengira jika dirinya akan menjadi omega.

Dengan perawakan tinggi dan bahu yang lebar, ia berbeda dengan omega yang biasa temui. Namun, setelah 17 tahun berlalu sejak proses manifestasi, Seokjin belum juga menemukan alphanya.

Orang tua beserta kakaknya menjadi sangat mengkhawatirkan Seokjin. Bagaimanapun, mereka ingin seseorang mampu membantu Seokjin saat heatnya dan melindunginya sepenuh hati. Karena menjadi omega dominan tentu saja tidak mudah, banyak sekali para alpha kurang ajar yang ingin menandainya.

Seokjin tentu mengerti kecemasan itu, karena ia yang rutin mengalami heat 3 bulan sekali sungguh menderita karena hanya bisa menahannya menggunakan suppresan khusus. Karena inhibitor biasa tidak akan bekerja untuknya.

Dokter tentu saja tidak merekomendasikan suppresan ini dikonsumsi dalam jangka panjang, karena obat-obatan hanya akan membuat feromonnya tidak stabil nantinya.

Dan disinilah Seokjin sekarang. Dalam upaya merilekskan pikiran setelah melewati heatnya yang menyakitkan, Seokjin bersama teman-temannya melakukan refreshing ke pantai. Dan menyewa sebuah villa berukuran besar untuk 3 hari.

Semuanya berjalan lancar tanpa hambatan, persediaan pun aman terkendali. Dengan beranggotakan 6 orang yaitu Seokjin, Ken, Mina, Hani, Yera, dan Eunsang. Mereka bermalam di villa dan berencana melakukan banyak kegiatan keesokan harinya.

Sejak kedatangannya ke villa, entah mengapa Seokjin merasa seperti mendengar bisikan-bisikan di telinganya untuk segera berenang di laut. Pemandangan laut yang begitu indah memang menarik perhatiannya, tampak biru dan menenangkan. Seperti memanggilnya untuk segera berenang di sana.

Tapi tentu saja, Seokjin menghiraukan itu dan melanjutkan berbincang dan melakukan pesta BBQ pada malam harinya. Bagaimanapun esok ia pasti akan bermain air dengan teman-temannya. Sekarang waktunya berpesta, merayakan heatnya yang menyakitkan telah berakhir.

Perbincangan mengenai pasangan masing-masing pun mengalir dengan sendirinya, Seokjin selaku seorang omega yang belum memiliki pasangan hanya mendengarkan dengan seksama. Tidak merasa tersinggung ataupun rendah diri, karena bagaimanapun mereka adalah sahabat terdekat Seokjin.

Mina dan Hani juga seorang omega, mereka tentu merasakan sulitnya masa heat, namun para alpha pasangan mereka membantunya dengan baik. Eunsang dan Yera yang merupakan seorang beta tentu tidak merasakan hal itu dan ikut menyimak bersama Seokjin.

Ken yang merupakan alpha satu-satunya di grup pertemanan ini tentu saja menceritakan omeganya yang kini sedang ldr karena pekerjaannya dan berniat bertemu seminggu lagi.

Semuanya tampak bahagia dengan kisah masing-masing. Dan itu membuat Seokjin turut senang juga walaupun ada sedikit rasa rindu yang tidak mampu ia tumpahkan pada seseorang.

Malam menjelang, saat percakapan mulai semakin tidak jelas karena alkohol, Seokjin mendengar suara panggilan yang semakin jelas di telinganya. Sebuah ajakan untuk segera turun ke laut. Seokjin bahkan mengira jika temannya yang mengajaknya berenang di tengah malam seperti ini karena terlalu mabuk.

Hanya saja, Seokjin berusaha menolak ajakan itu, dan mulai berbaring di sofa karena mengantuk. Teman-temannya pun tampak berantakan dan tidak lama kemudian Seokjin yakin jika mereka akan tertidur seperti dirinya.

***

Sebuah pantai asing yang begitu cerah dan menenangkan dengan air laut berwarna merah muda terbentang luas di hadapan Seokjin. Ia terkejut, karena pantai yang dituju olehnya dan teman-temannya tidak memiliki pemandangan indah seperti ini.

Begitu indah seperti sedang berada di negeri dongeng. Seokjin yakin jika dirinya tengah bermimpi kali ini.

Dengan harapan teman-temannya juga akan muncul di sini, Seokjin memanggil nama mereka dengan kencang, Seokjin mulai mengelilingi tempat itu. Air laut mulai terasa mengenai kakinya. Dan sejauh mata memandang, Seokjin tidak juga melihat orang lain selain dirinya.

Rasa takut mulai menghantui Seokjin, seindah apapun pemandangan dalam mimpi ini, akan sangat menakutkan jika hanya ada dirinya sendirian. Apalagi ia tidak tahu kapan akan terbangun.

Ditambah lagi, air laut yang entah sejak kapan sudah sampai hingga menutupi pinggangnya. Seokjin menjadi kesulitan untuk melangkah. Rasa panik segera memenuhi pikiran Seokjin, ia ingin segera bangun dan keluar dari mimpi ini.

Di tengah kekalutannya, Seokjin melihat sebuah siluet laki–laki muncul dan mulai mendekati Seokjin. Air yang semula hampir menenggelamkannya itu mendadak surut hingga tubuhnya terasa begitu ringan.

Tanpa disangka, kehangatan yang belum pernah ia rasakan segera melingkupinya. Pria itu memeluknya dengan lembut, seakan Seokjin adalah hal yang paling berharga di dunia ini. Ditambah lagi, sebuah feromon yang menenangkan dan lembut tercium hingga membuat Seokjin memejamkan mata karena begitu nyaman.

Samar-samar Seokjin mendengar suara rendah dan nada yang lembut itu memanggil namanya dengan penuh rasa sayang. Membuat jantungnya berdebar dan menghangat.

Tapi, siapa laki-laki itu?

***

“Hey, Seokjin! Bangun!”

Sebuah tepukan lembut dan panggilan teman Seokjin yang bernama Lee Mina membangunkannya. Rupanya sinar matahari sudah bersinar begitu terik.

Dengan sedikit bermalas-malasan, Seokjin akhirnya bangun dan melihat sekelilingnya yang sepi. Dan baru Seokjin sadari ia kini tertidur di kamarnya, bukan di sofa seperti semalam.

"Siapa yang gendong gue ke sini? Perasaan semalem tidur di sofa deh," tanya Seokjin.

Mina tersenyum dan menjawab, "Ken yang gendong lo ke sini, katanya lo kayak lagi mimpi buruk, makanya dipindahin."

“Orang-orang pada kemana?” tanya Seokjin.

Mina mengelus rambut Seokjin yang acak acakan dengan lembut dan menjawab, “Anak–anak yang lain udah pada nyebur di laut, ini gue suruh bangunin lo soalnya udah siang gini tapi lo belum sarapan juga. Nanti kalau mau renang tinggal susul aja, ya!”

Seokjin melihat jam yang berada di nakas yang menunjukkan pukul 11 siang, padahal sebelumnya ia tidak pernah tidur sepulas ini. Pantas saja matahari sudah begitu terik.

Seokjin segera mengangguk pada Mina, “Iya gue bentar mau cuci muka terus sarapan dulu, nanti nyusul kok!”

“Tapi kalau lo cuma pengen rebahan doang juga enggak masalah kok! Jangan dipaksain ya! Lo kayaknya butuh banyak istirahat deh,” ujar Mina. Ia tentu khawatir dengan keadaan Seokjin yang terlihat kelelahan.

“Iya santai-santai, gue baik-baik aja kok! Nanti gue nyusul ke pantai. Gih sana kalau mau nyebur lagi! Jangan lupa bawa sun block biar enggak kebakar!” usir Seokjin.

Setelah mendapat jawaban berupa iya dari Mina, Seokjin segera bangun dan mencuci muka. Ia menuju meja makan dan memakan sandwich yang sudah dipersiapkan teman–temannya. Sangat bisa diandalkan sekali memang.

Beberapa menit berlalu dan Seokjin berniat menyusul teman-temannya ke pantai. Rencananya hari ini mereka akan berselancar dan melakukan snorkeling sore nanti.

Dengan membawa sebuah dompet berisi uang dan data dirinya yang entah kenapa ingin ia bawa, Seokjin memasukkannya ke kantong celana pendek selutut yang ia kenakan.

Sebuah pantai dan laut, sepertinya Seokjin memimpikan hal itu, tapi ia tidak mengingatnya. Apakah itu hal yang penting? Seokjin tidak yakin. Tapi menurut Mina, Ken memindahkannya karena mimpi buruk.

Seokjin mengendikkan bahu dan segera menyusul teman–temannya karena ia benar-benar tidak mengingat apapun tentang mimpi itu.

Terbersit perasaan cemas yang tidak dapat Seokjin pahami. Apakah berkaitan dengan mimpinya?

Seokjin sangat menyesal telah melupakan mimpinya.


***

To be continued.

DESTINY °TAEJIN°Where stories live. Discover now