🌻 Two 🌻

255 46 23
                                    

Naruto Uzumaki as Kazemaki Naero
Hinata Hyuuga as Hinata
Kakashi as Kakashi
Yamato as Yamato

----------------

Setiap hari kebiasaannya belum pernah berubah, Hinata sering sekali berdiri di bingkai jendela kamarnya, menatap ke hamparan taman bunga di luar seraya menyapu lembut permukaan perutnya. Dia lakukan itu selama lima sampai tujuh lipatan menit ke depan. Tak jarang bibirnya ikut berbisik, merayu bayinya agar bisa tegar, atau terkadang terdengar bahwa dia ingin bayinya kelak memaafkan apapun yang kepalang menghampiri. Tentu sulit terjebak dalam situasi seperti ini tanpa kebebasan mutlak atas dirinya sendiri, melainkan seluruh gerak-geriknya di bawah pengawasan ketat.

Suka tak suka, Hinata harus berlapang dada menerima. Tak ada yang dapat disalahkan, segalanya telanjur dan merupakan bagian dari rahasia takdir. Dia sekadar menjalankan aturan untuk memelihara kebaikan bersama, walau pada realitanya pilihan demikian berisiko menyakiti berbagai pihak, termasuk satu-satunya Penerus Kazemaki yang juga adalah ayah biologis dari bayi di dalam kandungannya.

Pemuda itu masih sangat awam tentang sebentuk pertanggungjawaban. Dengan usia relatif muda, kehidupan bebas serta dipenuhi beragam kejutan baru, mendorong Hinata dan kedua tangan kanan keluarga Kazemaki menyepakati sebuah keputusan yang cukup berat. Hinata terpaksa diasingkan ke desa Ouchi-juku, sengaja menjauhkan dia dan bayinya dari Kazemaki Naero.

"Bu, ini hampir malam. Bathtub-nya sudah diisi air panas." Lekas Hinata menoleh ke belakang, mengulas seringai tipis sambil mengangguk singkat kepada pelayan setianya.

-----

Sungguh berisik di sini. Kelap kelip lampu disko, lantangnya suara musik diperdengarkan sound system, hingga ramainya orang-orang pengagum dunia malam memenuhi lantai dansa. Tubuh mereka meliuk-liuk menuruti irama yang dimainkan si disjoki di atas pentas. Pemuda itu tampak atraktif dengan kaus body fit membungkus badan kekar dipenuhi otot-otot pas menghiasinya. Bariton berat nan dalam sesekali berteriak pongah, menyebarkan semangat euforia bagi jiwa-jiwa setengah sadar akibat dipengaruhi alkohol.

"Nar, dia menunggumu di atas."

"Ah, oke--Eren, tolong gantikan aku!" Headphone dilepas jangka dia menitipkan musik elektrik itu kepada temannya. Naero Kazemaki beringsut melewati keramaian menuju lantai dua, mengekori rekan yang tadi memanggil dia. Kedatangannya ke salah satu kamar VIP berbarengan seorang waiters membawa nampan berisi sebotol anggur putih berikut gelas-gelasnya. "Aku harap ada kabar bagus. Aku tidak punya waktu untuk omong kosong."

"Nar, duduk dulu!" kata Shikamaru. "Aku tidak akan mau repot-repot turun jika ini cuma isu picisan. Berikan dia waktu untuk menerangkannya ... silakan, Kiba!"

"Ya, aku tahu kalian masih kecewa atas misinformasi yang lalu. Maka dari itu aku sengaja tidak menghubungi kalian sampai hari ini."

"Jadi, apa yang kau dapatkan?!" Shikamaru mewakili saat menemukan Naero betah diam di situ.

"Sepertinya wanita yang kau cari sedang hamil muda." Naero mengernyit, tampak mulai tertarik oleh penuturan pria bayaran yang mereka utus untuk memata-matai Hinata.

"Kau yakin?"

"Kau perlu memastikan bukti-buktinya. Aku mengambil data-data ini setelah situasi kondusif. Ada seorang dokter kandungan, perlu melumpuhkan pergerakannya agar misi berhasil."

"Aku tidak mengerti bagaimana caranya kau tahu Hinata ada di rumah sakit Tokyo." Naero menukas bimbang sambil memperhatikan berkas-berkas serta  beberapa lembar foto candid Hinata penyerahan Kiba. "Ini memang data dia. Tapi--bahkan aku kepayahan untuk menemukan jejak kecil sekalipun, aku cari dia ke sana kemari dan hanya menjumpai kesia-siaan. Orang yang semestinya sangat mampu membantuku juga tidak bisa diandalkan. Mereka bersekongkol merencanakan ini dariku."

"Aku sedang bertugas. Maaf, aku terdesak dan tidak punya pilihan. Cukup mustahil menemukan keberadaan seseorang tanpa clue yang jelas. Aku sudah hampir menyerah pada kalian dan menerima job itu. Sedikit kesamaan karena aku pun diminta mengawasi wanita yang diduga suaminya ada affair dengan pria lain. Siapa yang menyangka kasus tersebut justru membawaku pada tujuan kalian. Aku membuntuti istri klienku sampai ke rumah sakit. Lalu, di rumah sakit tersebut aku berpapasan dengan wanita di potret, aku diam-diam mengambil gambarnya dari jauh."

"Kenapa kau tidak bilang kakakmu hamil?" Serta merta Shikamaru menginterupsi, menanggapi panjang lebar pernyataan Kiba barusan.

"Dia bukan kakakku, Shikamaru! Berulang kali aku tegaskan." Sekadar kepalanya yang bergerak samar tanpa dia melepaskan pandang dari informasi di hadapan. Tertera nomor ponsel berikut alamat tempat tinggal di permukaan kertas itu. "Ouchi-juku?! Pantas saja sulit menjumpainya, Hinata dipindahkan ke desa ini." Monolog Kazemaki dengan air muka kentara serius. Sedang, dua pria di sekitar dia cukup puas mengunci mulut sambil mengamati. "Terima kasih untuk kerja kerasmu, Kiba. Shikamaru akan segera mengurus pembayaranmu." Pembicaraan penting ditutup bersama keheningan yang begitu cepat menguasai sekeliling mereka.

-----

"Apa semua bukti-bukti ini kurang?! Aku tahu Paman menyembunyikan dia dariku! Bawa Hinata padaku atau aku yang akan menjemputnya ke sana!" Keributan biasa di ruang kerja saking kebalnya dua pria di sini terhadap segala tuduhan, amarah dan teriakan si penerus Kazemaki tatkala dia pulang ke mansion. "Kakashi! Kau akan terus diam seperti ini? Aku bilang aku ingin Hinata dan calon anakku!"

"Kau tidak bisa melakukan ini Naruto, kami hanya berusaha menjagamu dari--"

"Dari apa?! Menjaga, menjaga, selalu saja soal menjaga! Aku sudah dewasa sekarang, berhentilah mengatur hidupku! Aku berhak membuat keputusan atas diriku sendiri, tidak ada pengecualian."

"Dan lihat yang kau lakukan! Kau bolak-balik kelab malam, mabuk-mabukan, main perempuan, berjudi, apa ada kekacauan lain yang belum disebutkan, Naero?! Terlalu banyak dan kami sungguh pusing dengan semua perilaku kekanak-kanakan ini."

"Yamato, tahan--" Kakashi coba mendinginkan supaya hawa di antara mereka bertiga tidak berubah tegang, sayangnya percuma.

"Apa yang salah?! Aku menikmati masa mudaku, itupun dilarang?! Aku pergi ke kelab untuk bekerja, aku disjoki di sana! Aku minum beberapa macam merek alkohol, tapi aku tahu batasanku! Untuk perempuan, kau pikir aku yang menyeret mereka? Apa yang bisa aku perbuat ketika seorang pelacur berupaya mendapatkan afeksi dariku?! Haruskah aku memukul mereka? Kau melihatku, tapi tidak benar-benar melihat segalanya, Yamato! Kalian cuma pecundang yang berlagak memahami diriku! Kalian tidak tahu apapun. Jangan campuri urusanku lagi, atau kalian akan menyaksikan kerusakannya!"  Meja ditendang jangka dia menyingkir, mengakibatkan barang pecah belas di atasnya sebagian jatuh, berhamburan di lantai. Kopi bertumpahan ke mana-mana.

"Dia mengerikan!" Kakashi mendengkus, menatap nanar pada percikan air kopi yang praktis menodai kemejanya.

"Kau tidak akan memakai kemeja itu lagi."

"Ya, ini tidak bisa hilang. Warna putih dan tetesan kopi--semacam perumpamaan dari ancaman dia tadi. Naero tumbuh menjadi pria yang kuat dan tidak bisa dibantah. Dia sama seperti mendiang Tuan Minato dalam versi yang lebih menyusahkan. Bujukan tidak mungkin cocok lagi diterapkan padanya." Kakashi mendesah putus asa.

"Bebaskan saja dia. Kita tidak akan suka dia betul-betul menghancurkan Kazemaki." Sejemang Yamato menyesap kopi yang masih utuh di cangkir miliknya. "Bagaimanapun juga, mustahil menepis kesungguhan dan fakta dari pengakuannya. Sekilas mata anak itu tampak problematik. Di sisi berseberangan, kita justru tidak pernah terlibat ke dalam permasalahan yang dia timbulkan seperti asumsi kita selama ini. Dengan kata lain, Naero juga melindungi nama baik keluarganya."

Continue ...

Foster child (Commission) ✓Where stories live. Discover now