🌻 Lima 🌻

285 40 18
                                    

Kebisingan di siang hari, Yua nyaris berlari untuk menyambut seseorang yang telah dengan sengaja merusak kedamaian mereka di rumah itu, menuruni satu tangga disebabkan ruang setelah pintu sengaja dibuat lebih rendah. Bukan sekadar kaget begitu knop dia tarik, seorang pria minus tata krama menyelonong melalui dia tanpa sedikitpun rasa canggung. "Di mana Hinata?"

"Anda siapa? Kenapa mencari Ibu?"

"Ibu?!" pekik Naero. Sedangkan, Shikamaru yang sudah puas mendengkus pasrah di bingkai pintu tampak tak berniat menguatarakan tanggapannya. "Aku tidak tahu dia memiliki anak seusia dirimu? Apa dia mengadopsimu dari panti asuhan? Yang kuingat usianya masih tiga empat, tidak mungkin dia bisa punya anak--"

"Tunggu! Anda salah paham. Saya terbiasa memanggilnya ibu. Itu tidak berarti bahwa kami sedarah atau terikat hubungan khusus. Saya hanya bekerja untuknya." Yua menunduk, menampilkan serta senyum tipis di bibirnya. "Tapi, kenapa Anda melangkahi saya? Bukankah itu tidak sopan? Saya bahkan baru kali ini melihat Anda."

"Maaf, Nona--temanku ini memang tidak memahami yang namanya kesantunan. Aku harap kau bisa memakluminya."

"Diamlah, Shika! Aku tidak butuh guyonan. Hei, kau Nona! Di mana Hinata? Aku ini calon suaminya. Kami terlibat sedikit percekcokan. Yah, kau tahu 'kan setiap pasangan akan menghadapi kendala di dalam hubungan mereka. Dia tersinggung, marah, dan pergi begitu saja. Aku sungguh mencemaskan kondisinya dan bayi kami. Jadi, bisakah kau pertumakan aku dengan--"

"Naero kazemaki! Kau sama sekali tidak berubah, ya. Selalu seenaknya!" Tiga pasang mata di situ kompak melirik ke sumber suara. Dan Naero adalah yang paling tercengang, sejenak sebelum rautnya berubah cemas sembari dia menghampiri si empu suara. Hinata jelas tak punya opsi tepat untuk bermanis-manis menyapa mantan anak asuhnya, si penerus Kazemaki.

"Kau tidak berhak lagi mengatakannya, Hinata. Masa kejayaanmu sebagai seorang penjaga anak telah bertahun-tahun habis. "Aku tidak tahu cara romantis untuk mengunjungi pacar yang kabur. Apa kau ada solusi agar perjumpaan kita ini terasa manis?"

Hinata mengerang rendah, menggulir pandang kepada Yua dan berkata, "Yua, tolong siapkan teh dan kue untuk tamuku. Antar ke halaman belakang, ya."

"Baik, Bu." Tidak butuh penegasan bagi Yua dalam menyegerakan tugasnya. Gadis itu seketika beringsut ke dapur bertepatan Hinata menggiring Naero dan Shikamaru ke dalam.

"Aku akan melayani dirimu jika kau bersedia bersikap tenang, Tuan Muda."

"Oh, Tuhan! Wanita ini benar-benar keras kepala. Sudah kubilang jangan bicara formal lagi padaku, Hinata."

"Aku lebih tua di sini."

"Ya, ya, dan akulah kepala rumah tangganya saat kita resmi menikah--apa kau masih ingin memperdebatkan egomu mengenai umur? Aku tentu tahu dan akan selalu ingat kau yang lahir pertama kali di tiga belas tahun terdahulu. Sampai kapan kau mau terus menyerangku melalui etika persetan itu? Aku hanya perlu kejujuranmu, Kak! Oke?! Tolong sedikit saja dengarkan suara hatimu."

"Nar, aku tunggu di depan saja. Sepertinya kalian perlu ruang dan waktu privasi." Keputusan cepat oleh Shikamaru. Lalu, Naero sekadar mengangguk tanpa menahan pergerakannya untuk mengikuti langkah Hinata.

"Lakukan apapun maumu jika bosan." Sepenggal interupsi supaya sahabatnya itu tidak bimbang dalam memutuskan tindakan.

-----

Mereka duduk di gazebo yang sering digunakan Hinata untuk menghabiskan masa senggangnya. Secerek teh bunga lily, stoples kue kering berikut sepiring bermacam kue yang terbuat dari ketan dan tepung-tepungan tersaji di sana. Naero leluasa memungutnya satu-persatu menggunakan garpu untuk kemudian dia lahap.

Foster child (Commission) ✓Where stories live. Discover now