🌻 Tiga 🌻

203 39 8
                                    

"Kau tahu sepayah apa aku mengusahakan semuanya hanya untuk kenekatan ini, Nar? Lokasi tempat tinggal kakakmu belum pasti. Berbekal nama daerah bukan berarti dapat menjamin kita berhasil menemukan dia, terpencil pula lagi." Shikamaru mengerang putus asa. Dia baru saja menutup pintu mobil jip usai sengaja menyalakan mesinnya. Mereka membutuhkan mesin kendaraan prima sebelum melakukan perjalanan jauh.

"Aku yakin kita mampu temukan dia."

"Dengan apa? Telepati?!" Seraya mendahului Naero, dia praktis menggeleng-geleng jemu. Shikamaru tak punya alasan bagus untuk dapat mengelak dari rencana sahabat karibnya ini. Terlebih dia yang memang loyal terhadap Naero, tidak akan pernah mampu menolak permohonan pemuda itu.

"Insting. Kakashi memberiku sedikit petunjuk, semoga dugaanku tepat sasaran. Jika memang dia benar ada di sana, aku berjanji tidak bakal melepaskannya barang sejenak pun--kuharap kau ikut merasakan niatku ini, Hinata. Jaga baik-baik bayiku, aku datang untuk menuntut pertanggungjawaban darimu sekaligus memberi kalian hak atas tanggung jawabku."

"Naiklah, kita terlalu lama berprasangka. Berada di perjalanan juga bisa dibarengi berpikir. Setidaknya roda jip ini berputar mendekatkan jarak kita ke tujuan. Jangan lupa tasmu!"

Seruan sekian menyentak Naero. Pemuda itu tersadar, masuk ke halaman rumah sederhana yang mereka sewa sebagai alternatif tempat beristirahat maupun lahan untuk berkumpul. Sejemang dia keluar setelah memastikan pintu-pintu dan jendela terkunci dengan baik. Ransel disandang ke punggung, Naero segera menyusul Shikamaru di dalam mobil.

-----

"Kau yakin kita tidak cuma ke sana tanpa informasi 'kan? Desa itu masih asing buat kita, Nar."

"Sudah kukatakan bahwa Kakashi menyebutkan clue-nya. Mereka sengaja menyiapkan hunian khusus untuk kenyamanan Hinata. Lokasinya ada di kaki bukit, tak jauh dari hamparan gunung terbesar yang ada di sana. Bangunannya mirip rumah-rumah tradisional sekitar, hanya lebih tinggi, megah dan dengan kebun bunga sebagai halamannya."

"Yah, tapi tetap saja kita tidak mendapatkan titik pas area itu. Kita perlu mencari tahu langsung kepada warga setempat."

"Tidak masalah, aku yakin pencarian ini tidak bakal gagal." Itu pernyataan final yang menyebabkan temannya seketika menutup mulut. Shikamaru sekadar mendesah keras-keras di kursi kemudi.

"Omong-omong, Nar. Kenapa kau menghamili orang yang seharusnya kau hormati layaknya seorang kakak?"

"Heh, kau serius menanyakan itu? Bukannya kau sudah tahu seperti apa perasaanku terhadap dia?" Naero mengerutkan kening, menengok penuh tanda tanya ke sampingnya.

"Tentu aku tahu."

"Terus?"

"Tapi, haruskah? Apa kau tidak sungkan saat melakukannya?"

"Tidak. Aku justru sangat menikmatinya, diperlukan fokus dan sepenuh hati agar hasilnya bagus."

"Hasil?"

"Dia hamil, Shikamaru! Kenapa kau mendadak bodoh begini, sih? Aku sengaja meniduri Hinata demi kelancaran hubungan kami. Banyak sekali penentang jika dengan cara baik-baik. Semua orang sangat menyebalkan, berlagak suci juga bijak. Padahal mereka hanya mengulang doktrin tua yang sering diucapkan petuah zaman dulu."  Pengakuan ini praktis memenuhi kepala Shikamaru. Informasi yang dia inginkan terjawab bagai sekelebat tamparan penarik kesadaran, dia lupa seberapa kurang ajar temannya yang satu ini.

Foster child (Commission) ✓Where stories live. Discover now