BELAJAR

30 13 0
                                    


Dua bulan telah berlalu semenjak pertemuan Karina dengan penulis Gilang Aksara yang membuatnya tertantang untuk menulis sebuah buku karyanya sendiri, akan tetapi selama itu pula Karina mengalami banyak kesulitan dalam menulis meskipun kakaknya sudah sering kali memberikan saran untuk membantu Karina.

Sebuah naskah buku kini telah Karina persiapkan dengan baik dan sekarang yang perlu dirinya lakukan adalah mengajukannya ke penerbit, walaupun sebenarnya Karina dapat meminta bantuan kakaknya untuk hal itu akan tetapi Karina tidak mau untuk terus bergantung kepadanya, apalagi saat ini kakaknya sedang sangat sibuk karena harus melakukan editing naskah milik Gilang Aksara hingga Karina memutuskan untuk pergi mengajukan buku itu sendiri.

Sebuah taksi telah Karina pesan untuk mengantarkannya ke penerbit tempat kakaknya bekerja, meskipun dirinya baru pertama kali bepergian menggunakan taksi seorang diri, akan tetapi Karina ingin berubah menjadi pribadi yang lebih mandiri dan setelah perjalanan menggunakan taksi akhirnya Karinapun sampai di tempat tujuan.

Ada perasaan sedikit cemas saat Karina mulai melangkah masuk ke kantor penerbitan, akan tapi dirinya memilih untuk terus maju hingga sampai di ruang depan seorang resepsionis tiba-tiba berbicara kepada Karina.

"Maaf nona anda tidak bisa masuk ke dalam kantor begitu saja, bila ada keperluan tolong isi daftar tamu dan tulis keperluan anda terlebih dahulu," tegur pegawai resepsionis itu.

Ternyata aku harus mengisi daftar tamu terlebih dahulu, padahal dulu aku bisa langsung masuk ke dalam karena bersama Kak Mita, tapi baiklah lagi pula aku juga tidak begitu mengerti tentang tata cara pengajuan naskah agar bisa di terbitkan di penerbit ini.

"Baik saya mengerti," jawab Karina.

Setelah Karina mengisi daftar tamu di sana, petugas resepsionis itu langsung mengeceknya dan membaca di bagian keperluan Karina datang ke kantor penerbitan ini.

"Jadi anda ingin mengajukan naskah, kalau begitu silahkan masuk ke ruangan redaksi di sebelah kiri dan anda bisa menyerahkan proposal serta naskah anda di sana untuk di cek oleh tim redaksi kami," terang petugas resepsionis memberikan arahan kepada Karina.

Karina masuk ke ruangan redaksi hingga terlihat ada beberapa pegawai di sana kemudian langsung menghampiri salah satu meja dan berbicara pada seorang yang masih terlihat sibuk membaca salah satu naskah yang bertumpuk di mejanya.

"Maaf saya kemari ingin mengajukan naskah saya," kata Karina kepada pegawai itu.

"Kalau begitu letakan naskah dan proposalnya di sini," pinta pegawai itu agar Karina meletakkan naskahnya di salah satu dari tumpukan naskah yang lain di meja si pegawai.

"Baik saya mengerti,"

Karina pun meletakkan naskahnya di atas sebuah tumpukan naskah lainnya, tapi dirinya masih berdiri mengamati pegawai itu yang masih membaca satu-persatu naskah kemudian mengambil yang lain, sementara pegawai yang menyadari kalau Karina belum beranjak dari tempat itu kemudian berbicara.

"Sekarang kamu boleh pergi, nanti kalau naskah kamu sudah selesai di kurasi kami akan mengabarkan padamu apakah naskah kamu akan kami terima atau tidak," kata pegawai itu.

"Baik terimakasih kalau begitu saya permisi," pamit Karina dengan sopan.

Karina tidak begitu paham tentang penerbitan karena baru mulai masuk ke dunia literasi, akan tetapi dirinya berharap naskahnya dapat di terbitkan meskipun Karina juga tidak tahu kalau semua proses itu masih akan memakan waktu yang cukup panjang dan tanpa kepastian apakah naskahnya akan di terima atau tidak.

Karinapun berjalan keluar dari kantor penerbit dan sebuah kafe tidak jauh dari gedung penerbitan yang baru Karina tinggalkan adalah tempat yang ingin dirinya kunjungi berikutnya karena Karina ingin menghabiskan waktu sejenak di tempat itu, Karina tahu lokasi kafe itu karena Mita dulu sempat mengajaknya mampir kesana sebelum pulang saat terakhir kali Karina datang ke kantor penerbitan.

Karina duduk sendiri di sudut kafe sambil membaca naskahnya kembali menggunakan laptopnya, akan tetapi dirinya tidak sadar kalau saat ini sedang di amati oleh seseorang lagi hingga orang itu mendekat ke tempat Karina.

"Kamu Karina yang dulu bertemu denganku di kantor penerbitan bukan?" Sapa seorang pria kepada Karina.

Karinapun menoleh dan langsung mengenali pria yang barusan menyapanya. Bukankah dia Gilang Aksara yang dulu marah-marah padaku saat di kantor tempat kerja kakak, mengapa dirinya ada di sini. Karina tidak langsung menjawabnya dan hanya menatap Gilang yang langsung duduk seenaknya di kursi satu meja dengan Karina.

"Tenanglah aku tidak akan marah-marah padamu lagi dan justru sebaliknya aku ingin meminta maaf padamu soal sikapku yang dulu terlalu berlebihan terhadapmu," kata Gilang.

"Aku mengerti, aku juga tidak mempermasalahkan hal itu," jawab Karina.

"Oh iya, Karina apakah kamu kemari bersama kakakmu, di mana dia?" Tanya Gilang kembali.

"Aku datang sendirian karena Kak Mita sepertinya sedang sangat sibuk mengerjakan naskahmu," jawab Karina.

Gilang merasa sedikit tersindir karena dirinya telah mulai sadar kalau sebenarnya naskah yang dirinya tulis memang memiliki banyak kekurangan hingga editornya harus bekerja ektra keras untuk mengedit dan memperbaikinya.

"Begitukah, ya aku memang paham kalau tulisanku memang memiliki banyak kesalahan, banyak juga orang yang sempat menghujatku di internet hingga membuatku merasa sangat tidak tahan dan mudah tersulut emosi, tapi sekarang aku sudah berubah dan akan belajar untuk memperbaiki tulisanku," ucap Gilang terlihat cukup tulus mengatakannya.

Aku mulai paham mengapa Gilang dulu langsung kesal saat aku memberikan penilaian negatif terhadap karyanya dan sepertinya sekarang dirinya telah benar-benar mengerti.

Sementara itu Gilang kemudian berbicara lagi. "Oh Iya Karina kamu sedang apa di sini, kalau aku memang sering menulis di kafe ini karena suasananya yang cukup nyaman."

"Aku sedang mengecek kembali naskah yang tadi sudah aku serahkan ke penerbit, meskipun aku sudah mengeceknya berulang-ulang sebelum aku menyerahkannya tapi aku masih terus merasa ada yang kurang dari naskahku."

"Jadi kamu benar-benar telah menulis sebuah buku aku tidak menyangkanya, bolehkah aku melihat tulisanmu?" sahut Gilang yang tidak menyangka kalau gadis di depanya benar-benar akan menulis sebuah buku setelah dia menyuruhnya untuk membuktikan kalau dia tidak hanya berbicara omong kosong, padahal gadis di depannya dulu sempat mengatakan kalau sebelumnya belum pernah menulis.

"Aku tidak masalah dengan hal itu, silahkan kamu baca bila mau," jawab Karina sambil menyodorkan naskah yang tertulis di laptopnya kepada Gilang.

Gilangpun membacanya perlahan beberapa bab awal dan dirinya langsung terkejut tidak menyangka kalau setiap kalimat yang Karina tulis sangatlah bagus dan hampir tidak ada kesalahan yang dapat dirinya temukan, itu sangat berbeda dari tulisan Gilang sendiri yang terkesan biasa saja dan banyak kesalahan di mana-mana.

"Hebat sekali di mana kamu belajar menulis seperti ini?" tanya Gilang.

"Aku hanya menulis sendiri dan caraku menulis mungkin terinspirasi dari tulisan di buku-buku yang pernah aku baca."

Karina memang suka membaca tapi Gilang tidak pernah menyangka kalau tulisan pertama Karina akan sebaik itu.

"Aku sangat malu kepada dirimu karena dulu pernah menghinamu, tulisanmu ini bahkah jauh lebih bagus dari tulisan di bukuku," Tutur Gilang Aksara.

"Terimakasih tapi meskipun demikian aku masih merasa ada yang kurang dari kisah yang aku angkat di buku novelku ini."

Gilang memang juga menyadari hal itu karena inti dari sebuah novel bukan hanya pada di tulisan yang bagus tapi juga kisah yang di angkat, meskipun Karina memiliki karakter tulisan yang bagus itu akan percuma bila ceritanya membosankan, berbeda dari Gilang meskipun dari segi kepenulisannya sangat kurang tapi karena kisah yang dirinya buat cukup menarik sehingga orang-orang masih tetap tertarik untuk membacanya.

Elipsis Karina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang